20. Responsibility

171 34 17
                                    

foto di multimedia sama akurnya dengan dua pangeran di part ini.

"Arselin sudah pulang?" tanya Archilles pada pelayan yang barusan keluar dari kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Arselin sudah pulang?" tanya Archilles pada pelayan yang barusan keluar dari kamarnya.

"Sudah Pangeran."

"Apakah Arselin baik-baik saja?"

"Nyonya sempat mengatakan jika kepalanya pusing. Karena hal demikian sekarang saya ingin meracikan ramuan untuknya."

Archilles mengangguk.

"Ya sudah. Segera buatkan ramuan untuknya."

"Baik Pangeran." Pelayan itu pun berlalu. Sedangkan Archilles melangkah masuk menuju kamar.

Archilles mendekati Arselin yang sedang berbaring dengan selimut menutupi hampir setengah tubuhnya.

"Sayang, kamu sakit?" tanya Archilles sambil meletakkan telapak tangannya pada dahi Arselin.

"Sedikit panas," gumamnya, Archilles melirik, "ada apa? Apakah terjadi sesuatu di sana?!" seru Archilles yang mendadak menaikkan nada suaranya.

"Tidak. Aku baik-baik saja."

"Tadi aku bermain air di sungai. Dan aku rasa aku masuk angin karena itu."

Arselin hanya mengingat hal tersebut. Karena Rhino telah menghapus ingatannya mengenai serigala dan juga telapak tangan yang berdarah serta semua yang terjadi setelah itu.

"Wajahmu pucat." Suara Archilles kembali terdengar.

"Perutmu mual tidak?"

"Sedikit."

Archilles menghela nafas cemas.

"Sekarang ini aku ingin pergi bersama perdana menteri. Apakah kamu tidak keberatan jika aku tinggal? Sejujurnya aku khawatir meninggalkanmu."

"Pergi saja tidak apa-apa."

"Aku hanya masuk angin."

Hening sesaat. Archilles sedang menimang-nimang apakah dirinya harus pergi atau tidak. Archilles bisa saja membatalkan janjinya pada perdana menteri tapi—

"Pergilah. Aku tidak kenapa-napa." buyar Arselin. Ia meraih telapak tangan Archilles lalu menggenggamnya.

Untuk kedua kalinya Archilles menghela nafas cemas. Archilles menggenggam balik tangan Arselin bersamaan dirinya yang menunduk lalu mengecup kening Arselin.

"Aku tidak akan lama. Tunggu aku pulang, ya?"

"Tentu."

Setelah mengucapkan kata pisah lagi akhirnya Archilles benar-benar pergi dengan langkah berat. Selepas kepergian Archilles, Arselin kembali melanjutkan tidurnya. Namun tidurnya tidak begitu tenang.

Kepalanya pusing, perutnya mual, tubuhnya juga terasa pegal, terutama pada pinggangnya. Dan hal inilah yang menjadikan Arselin tidak bisa tidur.

"Akh." Arselin mengerang pelan tatkala perutnya berdenyut nyeri. Ia memegangi sisi perutnya sambil meringis sakit.

Blood & LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang