17. Khawatir

288 50 128
                                    

(Jangan lupa vote, comment and vote)

Haii friend 👋

Apa kabar?

Kabar baik kan ya.

Yuk baca,

Tandai typo 📌

___________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________________

"Jadi lo udah bangun?" Tiba-tiba ada seseorang datang menghampiri Anin. Suaranya mirip seorang perempuan, tetapi wajahnya tidak terlihat karena orang tersebut menggunakan topeng.

Anin sontak saja kaget dan langsung menoleh. Bingung.

Anin menunduk, air matanya langsung menetes dengan derasnya. Berdoa dalam hati semoga ada yang menolongnya.

Berharap hidupnya layaknya sinetron di televisi. Di culik, dan akan ada malaikat penolong yang membantunya bebas dari penculikan.

Wanita bertopeng itu berjalan mendekat ke arah Anin. Membuatnya semakin takut. Ruangan ini sangat gelap. Serta sangat menyeramkan.

"Lo gak usah takut, gue cuman mau kasih peringatan terakhir!" ucap orang tersebut agak keras.

Anin masih menunduk, air matanya pun belum juga berhenti. Seakan memiliki stok yang banyak, air matanya malah semakin deras mengalir.

Orang itu tertawa. Tertawa yang sangat mengerikan, mungkin senang karena membuat tawanannya ketakutan.

"Ngapa lo gak ngomong, lo takut?" tanya perempuan itu sambil mencengkram bahu Anin keras.

Orang itu memutar bola matanya. "Oh iya mulut lo kan di perban, gimana bisa ngomong."

Lalu dengan gerakan cepat, orang itu langsung melepas paksa perban yang menutupi mulut Anin. Perih, sangat perih rasanya.

"Hikkss, lo siapa?" dengan sekuat tenaga Anin mendongak dan menatap orang itu intens.

"HAHAHA." Tawanya semakin keras, membuat Anin semakin ketakutan. Ia takut nyawanya tidak terselamatkan.

"Lo jauhin Kenzie, atau nyawa keluarga lo yang bakal hilang." Di dalam topengnya, orang itu tersenyum devil. Seperti psikopat.
••••

Sudah satu malam Anin tidak pulang ke rumah, membuat Alen sangat cemas. Tidak biasanya Anin menghilang seperti ini. Ia juga sudah menghubungi teman-teman Anin. Tapi nihil, tidak ada yang tau keberadaan Anin.

"Yah, kemana Anin?" tanya Alen pada suaminya, Elno.

"Sabar ya, bun. Nanti kita cari lagi, sekarang sudah petang." Ujarnya mencoba menenangkan istrinya.

KENAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang