Chapter 8

23.1K 2.9K 194
                                    

Eca mematung dengan penuturan Zee, adiknya.

"Gila Ca, adek lo keren banget sih." ucap Kaysa, dan di iyakan Wanda.

"Sumpah, ya. Tadi, aura nya tuh kaya psyco gitu. Kayaknya si Annajing tuh nyenggol Zee dengan bacotannya deh." ucap Kaysa yang masih menyeruput es teh. Ya, mereka sekarang di kantin, karena mereka terlambat istirahat, dan sekarang membolos.

"Apa gue perlu labrak si Annajing?" tanya Eca.

"Gak perlu, cukup Zee. Kalo lo labrak Annajing, bisa-bisa lo yang di keroyok sama Al dkk. Karena, otak lo cuma setengah." ucap Kaysa, dan mendapat jitakan dari Eca.

"Kaysa bener Ca, Zee aja ngelindungin lo. Sepertinya, Zee lebih pinter dari lo Ca."

"Tapi, masa gue sih yang dilindungin. Seharusnya, gue ngelindungin adek gue."

"Lo cukup lindungin dia dari belakang." usul Wanda.

"Lo sama Al gimana?" tanya Kaysa.

"Gak tau deh." Eca merasa lesu dengan pertanyaan Kaysa yang menyangkut Al.
Al yang dulu selalu melindungi Eca, tapi semenjak Anna datang.

Semuanya berubah, Eca yang selalu di fitnah Anna karena membully nya, membuat Eca melakukan dengan nyata. Abang-abangnya di rebut Anna dan sekarang Al juga, tunangannya. Meski ia yang memaksa, karena Al tak akan menolak apabila bundanya yang meminta. Dan, semenjak itu Al makin menjauh, seperti tak bisa digapai. Sampai pada akhirnya Al mengklarifikasi hubungannya dengan Anna, seakan hatinya di timpa benda besar. Itulah yang ia rasakan SAKIT. Tapi, ia bisa menahan karena masih ada keluarga yang mencintainya meski bukan Abang-abangnya. Semenjak Zee hadir, awalnya ia takut Zee menolaknya tapi tak disangka Zee sendiri yang mendekat dan melindunginya tanpa diminta.

"Caa.." panggil Wanda.

"Hm, kenapa?" tanya Eca.

"Tim basket putri belum ada yang ngisi, coba deh lo minta sama adek lo." tawar Wanda.

"Emang dia bisa main basket?" tanya Eca bingung.

"Ya tanya dulu, Ecaaa." Kaysa heran dengan otak Eca, seberapa persen ia memilikinya.

"Iya iya."

.o0o.

Ditaman belakang, tiga gadis remaja sedang berdiskusi.

"Lo si Na, gara-gara lo, bukannya Zee gabung ke kita malah jadi musuh kita." sungul Dina.

"Lah, lo kan ngikut juga bego." sumpah Anna.

"Salahnya kita gak cari asal usul Zee, kita anak miskin ternyata anak Sultan. Niatnya mau mendekati buat jadi most wanted, malah masuk lubang neraka." sungut Lula.

"Lo aja tadi kek cemburu karena dia dekat Vano." Anna menatap Lula dengan tatapan aneh.

"Iya awalnya. Sekarang, bukannya dapat restu adek ipar, malah dapat ancaman adek ipar." kata Lula kesal, karena rencana mereka gagal total.

"Jujur ya, gue agak insecure. Dia cantiknya kebangetan, modal money. Kita cantiknya modal tempe." ucap Dina sendu.

"Kita juga modal money, lo lupa?" tanya Anna.

"Itu lo bego. Money dari Al, lah kita berdua dari mana coba."

"Kayaknya kita jangan berurusan sama Zee deh. Gue takut." cicit Lula.

"Alah takut. Eca aja bisa kita buat dia di benci abangnya, pasti kita bisa ngebuat Zee di benci abangnya juga." ucap Anna dengan wajah smirk.

Tanpa mereka sadari, dari balik tembok mendengar mereka dan merekam semua percakapan merekan, dan tersenyum smirk.

Figuran Pencinta Cogan (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang