Chapter 17

19.4K 2.5K 350
                                    

"Abangg..."

"Kenapa, hm?" tanya nya.

"Abang, gak tidur?" tanya Zee, semoga ia baru bangun. Itulah yang dipikirkan Zee.

"Gak, dari awal kamu masuk kamar abang, abang gak tidur." ucapnya. Wajah Zee seketika memerah, menahan malu. Apalagi mengingat tentang pengakuannya.

"Bang Vano gak denger kan?" tanya Zee, ia masih terduduk di lantai tapi agak jauh dari ranjang Vano.

Yap. Lelaki yang dari tadi di pandangi Zee adalah Vano.

"Denger, semuanya. Bahkan, pengakuan kamu. Abang bahkan bertanya apa maksud dari kamu bahwa abang bukan keluargamu." ucap Vano, ia berdiri dari ranjangnya, hingga selimut yang menutupi badannya terjatuh menyisakan tubuh atletis dan bawahannya hanya tertutup boxer.

Zee meneguk air liurnya dengan kasar. Pandangan matanya jatuh kepada benda yang tertutup boxer.

Bangsat. Otak gue jadi travelingkan. batin Zee, ia mengalihkan pandangannya melihat Vano yang sudah berdiri di depannya.

"Terpesona, hm." ucap Vano yang berada tepat didepannya.

"A-apaan sih bang." Zee mengalihkan pandangannya ke arah lain. Vano melihatnya gemas. Ia mengangkat tubuh Zee, hingga Zee terkejut. Bagaimana bisa Vano mengangkat tubuh Zee dan seperti koala. Hey, seringan itukah Zee baginya.

"Abangggggg." Zee terpekik keras.

"Hey, jangan gerak. Nanti ada yang bangun." tegur Vano, Zee dengan cepat mengalungkan tangannya di leher Vano. Vano dengan pelan menurunkan Zee di sofa dan pergi menuju walk-in closet. Ia tak ingin kelepasan.

Zee yang melihat Vano mengambil pakaian, mengelus dadanya pelan.

"Yahhh,  gak jadi di grepe-grepe nih." ucap Zee.

"Astaga, tuan. Anda mesum sekali."  sedari awal sistem sudah melihat tingkah Zee yang terbilang mesum. Bisa-bisanya ia memiliki tuan yang mesum.

"Ya gak papa, kan calon suami." ucap Zee, tak lama Zee melihat Vano sudah berpakaian santai kaos hitam dan celana selutut berwarna abu. Vano mendudukkan badannya di samping Zee. Ia memandangi Zee. Membuat Zee gugup.

"A-bang kok mandangin Zee, sih." kesal Zee.

"Abang butuh penjelasan." ucap Vano.

"Hah?" Zee yang tak fokus menatap bingung apa yang dimaksud Vano.

"Kamu bukan keluarga Baskara?" tanya Vano to the point. Tentu saja Zee gelagapan, fakta yang disembunyikan terbongkar karena kecerobohannya sendiri.

"Zee. Abang mau kamu jujur." ucap Vano, nada yang lembut tapi terdengar tegas ditelinga Zee.

"Em itu anu.. Zee-" huft mungkin ini memang waktu yang tepat. batin Zee. "Zee memang bukan anak dari dad sama mom. Zee anak dari sahabat mereka. Zee di angkat sebagai anak, karena orangtua Zee meninggal." ucap Zee lantang, ia menundukkan kepala takut dengan respon Vano. Ia takut di tolak. Ia takut dihujat oleh orang yang sudah membuat dia nyaman. Ia takut di jauhi oleh orang yang selalu melindunginya. Ia takut tak dianggap oleh orang yang pernah peduli dengannya.

Vano yang mendengar pengakuan Zee tersenyum hangat. Cinta yang dari awal sudah ia kira tak bisa dia gapai, sekarang ia ingin memperjuangkannya, ia menarik Zee kedalam pelukannya.

Zee yang dipeluk tiba-tiba tentu saja terkejut dengan respon Vano yang diluar dugaan.

"Abang gak marah?" tanya Zee disela-sela pelukan.

"Gak.." jawab Vano, ia memundurkan Zee hingga wajah mereka saling bertatapan. Vano mendekatkan wajahnya dan mengecium kening Zee dengan perasaan cinta. Zee yang diperlakukan begitu hanya terdiam bingung.

Figuran Pencinta Cogan (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang