Chapter 14

20.4K 2.6K 760
                                    

Sudah 1 minggu Zee terbaring, Al dkk dan Eca dkk beserta Amel dan Bella selalu mengunjungi Zee dan mengajak Zee berbicara. Seperti sekarang mereka sedang berkumpul.

"Zee lo kapan bangun sih?" tanya Amel.

"Zee, lo tau Anna di bully abis-abisan di sekolah. Sayangkan kalo lo gak liat dia di bully." ucap Bella.

"Zee. bangun yuk, Zee kuatkan. Lo inget kan 5 hari lagi lo bakal tanding basket. Lo tau Laras dkk, lagi bingung cari pengganti lo." ucap Eca.

Al dkk hanya menatap kosong kearah tubuh Zee yang masih nyaman dengan posisi berbaring.

"Guys, lebih baik kalian balik aja. Biar gue yang jaga Zee" sambung Eca, karena ia tau teman-temannya kurang istirahat, tetapi memaksakan diri untuk menjaga Zee.

"Hmm.." gumam mereka dan berlalu meninggalkan Eca, Vino dan Vano.

"Ca, Vin lo balik gih. Biar gue aja yang jaga." ucao Vano.

"Tapi bang-"
Belum juga Eca berbicara, Vino memotong ucapan Eca.

"Turutin aja." ucao Vino, Eca hanya mengangguk ringan dan meninggalkan Zee bersama Vano.

Tinggallah Vano dan Zee, Vano mengelus pelan puncak kepala Zee, ia menatap Zee dengan tatapan cinta.

"Zee, gue tau ini salah. Gue udah terlalu jatuh kedalam pesona lo. Gue jatuh cinta sama lo, Zee. Gue pengen perjuangin lo. Tapi, gue tau kita masih punya hubungan darah." ucap Vano, tanpa ia sadari jari tangan Zee bergerak pelan.

Oh, shit! Gue pengen peluk lo bang. Tapi, takut nanti canggung. batin Zee. Hey, Zee sebenarnya sudah bangun ketika Eca berbicara, tapi ia malas membuka mata. Hingga ia mendengar pengakuan Vano. Ingin sekali dia berteriak kalo Vano dan Zee tidak ada hubungan darah.

Sebuah benda basah mendarah di kening Zee. Zee yakin, kalau Vano sedang mencium keningnya.

.o0o.

Hari kedua sebelum pertandingan.

Selama beberapa hari, Zee selalu berpura-pura koma ketika keluarganya dan teman-temannya datang menjenguk Zee. Karena, ia ingin memberi suprise kepada yang lain.

Zee bahkan ingat ketika Al yang menjenguk Zee sendiri.

Flashback On

"Hai Zee. Sorry, gue banyak salah sama lo. Tapi, jujur gue udah jatuh cinta sama lo, bahkan mungkin ada sedikit keinginan egois buat miliki lo." ucap Al yang didengar Zee.

Awalnya Zee ingin sekali menyumpah serapahi Al, bisa-bisanya dia jatuh cinta ke adik tunangannya sendiri.

"Zee. Eca tau gue cinta sama lo. Dia gak marah, dia ngedukung gue. Dan bentar lagi pertunangan gue batal."

"Gue tau, gue cowok brengsek. Tapi, sebrengseknya gue, gue juga kesepian Zee. Mungkin lo benci, ah bukan sangat benci sama gue. Tapi, bisa gak gue memperjuangin lo Zee? Entah kenapa setiap kali gue liat lo ditatap oleh cowok lain, ada rasa yang menyentil hati gue Zee."

"Zee, gue pergi dulu. Gue kangen sama lo." ucap Al, dan mengecup singkat kening Zee, tentu saja Zee merasakan sentuhan dari bibir Al.

Hingga suara pintu tertutup, Zee membuka mata.

"Gila, udah 2 orang cium gue. Cogan semua lagi." gumam Zee sambil mengusap keningnya pelan.

"Gue susah jatuh cinta, meski gue pencinta cogan." gumam Zee, karena di kehidupannya dulu. Zee 3 tahun terbaring di rumah sakit dan tak pernah merasakan apa itu cinta.

Figuran Pencinta Cogan (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang