Chapter.4

87 14 0
                                    

Kejadian kemarin masih membekas di benak Fey, ia bahkan membiarkan naskahnya tergeletak di meja begitu saja tanpa ada niat untuk mengerjakannya kembali. Pagi ini adalah pagi pertama untuk berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Keadaan rumahnya masih seperti biasa, sepi. Hanya ada Fey dan Eyangnya.



Agna tidak kesini hari ini, di rumahnya akan di adakan acara. Jadi dia tidak bisa ke sini. Fey bingung ia harus bagaimana sekarang. Bagaimana jika dia hamil? Apa orang-orang akan mengucilkannya? Fey tak tau harus berbuat apa agar dirinya sendiri bisa merasa bahagia. Biasanya ia menghibur dirinya bersama Agna dengan menonton video komedi atau mendengarkan satu sama lain bercerita. Tapi sekarang?



Fey mengambil tas dan jaketnya, ini pertama kalinya ia pergi sendirian. Ia tidak pernah kemana-mana sendirian itu kebiasaannya sejak kecil. Tapi mungkin hari ini adalah harinya memulai sesuatu yang baru. Ia berencana keluar untuk mencari inspirasi ceritanya.



"Eyang, Fey mau jalan-jalan ya. Cari inspirasi buat naskah Fey" Ucap Fey,



Eyang hanya mengacungkan jempolnya karena mulutnya tengah mengunyah makanan.



Entah kemana ia akan menghabiskan waktu hari ini, tapi untuk beberapa jam ke depan Fey memilih untuk datang ke taman air mancur di kotanya. Namun sebelum itu Fey memutuskan akan pergi ke minimarket dahulu. Gadis ini memiliki kebiasaan unik saat menulis naskahnya. Ia akan membeli sebuah yogurt atau olahan dari yogurt lalu memakannya sambil menyelesaikan tulisannnya.



Sesampainya disana Fey membuka pintu lemari pendingin, terlihat deretan minuman yogurt yang iklannya tengah merajalela di telivisi dan YouTube sudah tertata rapi disana. Kedua matanya tertuju pada varian rasa strawberry. Hanya tinggal satu, terpojok dan sendirian di antara varian rasa yang ada. Fey sangat suka strawberry, tidak ada alasan untuk menolak mengambilnya.



"Permisi"



Fey mendongak, kedua matanya menatap laki - laki yang mengambil minuman yogurt dengan varian rasa strawberry. Baru saja Fey akan mengambilnya, tapi belum rezekinya untuk meminum minuman itu.



Fey menatap ke arah laki-laki bertubuh proposional itu. Kedua matanya terlihat indah, alisnya juga tebal. Cukup indah untuk di perhatikan, tapi sayang tak saling mengenal.



Pada akhirnya Fey mengambil minuman yogurt rasa Blueberry. Bagaimana lagi, tidak ada pilihan lain selain ini. Rasa yang lain, Fey tidak begitu menyukainya.



Fey mengantre di belakang laki-laki yang mengambil minuman yogurt strawberry tadi. Jika di perhatikan ternyata tubuhnya tinggi, bahkan jika di bandingkan dengan Fey, gadis ini akan terlihat seperti anaknya di bandingkan temannya.



"Aaaawwww" teriak Fey,



Tiba-tiba saja laki-laki itu mundur dan menginjak kaki Fey. Sangat menyakitkan, terlebih lagi laki-laki ini tubuhnya seperti atlet renang. Bagaimana bisa dia menginjak kaki Fey yang tubuhnya bahkan lebih kecil dari tubuh laki-laki itu.



Semua mata tertuju pada Fey saat suara teriakan Fey menggema di dalam mini market ini, tak terkecuali laki-laki itu. Dia menatap dengan seksama gadis yang berada di belakangnya. Badan Fey yang mungil membuat laki-laki ini ingin membawanya pulang ke rumah.



"Maaf saya tidak sengaja" ucapnya, Fey hanya mengangguk mengiyakan perkataan laki-laki itu.



Merasa bersalah pada Fey, Laki-laki itu memberikan minuman yogurt rasa strawberry secara gratis kepada Fey. Sementara gadis itu merasa sangat senang, jarang-jarang ia mendapatkan sesuatu secara gratis seperti ini.



"Key buruan weh" seru seseorang dari pintu minimarket. Rupanya laki-laki ini bernama Key.



•••



Agna terus menatap ke layar ponselnya, kedua tangannya di lipat di depan dada. Ia tengah menunggu balasan pesan dari Fey, namun gadis itu tak kunjung membalas pesan darinya.



"Aduh Fey ngga bales-bales lagi" gumamnya,



"Apa gue bilang aja ya kalo gue liat semuanya? Tapi--ck aduhhh... Bingung..."



Agna memukuli bantalnya dengan frustasi, ia benar-benar bingung harus bagaimana. Fey adalah sahabatnya, tapi di sisi lain Cavero adalah sepupunya. Ia bingung harus memihak siapa.



"Agna makan" Teriak Nenek Agna dari lantai satu,



Agna mengerucutkan bibirnya, baru saja ia akan menutup matanya Neneknya sudah berteriak-teriak di lantai satu. "Nenek mah, ngga tau apa cucunya ini lagi mendalami frustasi" gumamnya sebelum akhirnya beranjak dari kamarnya.



•••



Fey duduk di kursi taman sambil menikmati indahnya pemandangan air mancur yang menyegarkan. Ia juga membawa laptopnya, ia berencana melanjutkan naskahnya di sini. Tak lupa gadis ini juga meminum minuman yogurt yang di beri laki-laki bernama Key tadi.



"Cavero sialan" Maki Fey, tiba-tiba saja gadis ini teringat dengan kejadian kemarin.



Fey tersenyum sinting sambil menatap layar laptopnya, "gue ngga bisa ngapa-ngapain di dunia nyata. Seenggaknya gue mau membuat lu menderita dan abadi di karya gue" gumamnya, sambil mengetikkan sebuah judul baru di lembar kosong yang tertera di layar laptopnya.



Orang lewat yang mendengar perkataan Fey sontak merasa heran. Mereka berpikir kalau Fey sudah mulai kehilangan akalnya. "Cavero, gue samarin aja namanya inisialnya jadi D" gumam Fey,



Fey mulai mengetik outline naskahnya dengan bangga, rasanya ia lega saat menulis. Menulis membuatnya tenang entah apapun itu masalahnya. Jika ia marah ia akan melupakannya dengan cara menulis, jika bosan ia menulis, semuanya ia transfer dalam bentuk tulisan.



Saat Fey sudah terlarut dengan ceritanya, tiba-tiba seseorang yang membungkam mulut dan hidung Fey. Gadis ini sulit bernapas hingga akhirnya ia tidak sadarkan diri. Pria itu menutup kepala Fey menggunakan kain berwarna hitam. Lalu memasukan Fey ke dalam mobil.



Agna yang akan menghampiri Fey, spontan terkejut. Gadis itu tidak mempercayai apa yang dilihatnya "Itu Fey kan tadi?" Ucap Agna,



Agna melihat kejadian itu secara langsung di depan matanya. Tanpa berpikir lama ia langsung menelpon ayah dan ibu Fey. Ia tidak mau kehilangan sahabatnya.



Gadis ini mendekatkan ponsel ke telinganya, menunggu telponnya terhubung dengan Arsyad, Ayah Fey. "Hallo Om, ini Agna. Fey di culik Om, tadi Agna lihat sendiri" Ucap Agna, setelah teleponnya terhubung.



"Terimakasih ya, share lokasinya ke Om, Om segera kesana" ujar Arsyad,



Begitu telepon terputus Agna langsung mengirim lokasinya pada Arsyad. Agna begitu panik sampai tidak bisa berkata-kata lagi. Yang ia pikirkan sekarang adalah mencoba menghafalkan plat nomor mobil itu.


_______________ฅ^•ﻌ•^ฅ_______________

See you in next chapter
Follow Instagram
@ phelia.30
@ its.cheeta

ACANTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang