Fey membuka kedua matanya, di sekelilingnya ada 3 orang pria memakai masker. Kepalanya terasa sangat sakit, seperti habis di pukul oleh balok kayu. Gadis ini merasa ketakutan. Kenapa ia berada di tempat ini?
Salah satu pria itu menarik rambut Fey hingga membuat Fey berteriak kesakitan. "Kemana Ibumu?" tanyanya, Fey diam tak menjawab.
Pria itu geram lantas menampar Fey dengan cukup keras hingga membuat pipi Fey memerah. "dimana ibumu!" bentak pria itu, lagi-lagi Fey membisu.
Pria itu menutupi mulut Fey menggunakan lakban hitam, pria ini berencana akan membuat Fey berbicara dan menjawab semua pertanyaannya. Pria ini memegangi tangan Fey, dua orang pria lainnya mencoba melepaskan pakaian Fey. Gadis ini hanya bisa menangis dan berserah diri kepada yang di atas.
Pria ini menghentikan aksinya, ia menarik rambut Fey hingga gadis itu kesakitan "Dimana Ibumu, jawab atau kau mau kita santap di sini bersama-sama?" Tanya pria berjaket coklat,
Fey menggelengkan kepala sebagai jawabannya. Pria itu lantas melepas lakban yang menempel di mulut Fey. "Kalau begitu katakan dimana Ibumu?" tanyanya lagi,
Fey diam tak menjawab, Pria itu lagi-lagi di buat geram oleh Fey. Tentu saja Fey tidak mau ibunya ada dalam masalah, lebih baik dirinya yang menjadi korban dari pada ibunya sendiri yang menjadi korban para pria jahat ini.
Salah satu pria pergi keluar untuk mengangkat telepon, sementara dua pria ini menyentuh tubuh Fey. Gadis ini berusaha sekuat yang ia bisa agar mereka tidak menyentuhnya.
"Tidak papa bos tidak mendapatkan Ibunya. Anaknya saja sudah cukup untuk memuaskan kita" ucap pria berjaket jeans berwarna hitam,
"Bos, ada telpon. Darurat"
Mereka semua segera keluar dari kamar kecil itu. Ekspresi mereka terlihat panik dan ketakutan. Sepertinya orang di telepon itu adalah orang penting untuk mereka. Fey bersyukur sekali mereka tidak melanjutkan aktivitasnya, karena Fey tidak di ikat tangannya Fey bisa membuka pintu kamar dengan hati-hati. Fey perlahan berjalan ke arah pintu keluar sembari memperhatikan mereka.
Akhirnya Fey berhasil keluar dari rumah itu. Kedua matanya menyapu tempat di sekelilingnya. Ia menemukan gang kecil di dekat rumah itu. Tanpa berpikir panjang lagi ia segera lari. Persetan dengan rasa takut yang penting ia selamat sampai rumahnya.
Brakkkk. Fey menabrak seseorang. Ia merasa sekujur tubuhnya terasa sakit. Sembari memegangi lehernya ia perlahan membuka matanya. Fey spontan berteriak saat melihat pria dengan helm full face ada tepat di hadapannya.
Orang itu melangkahkan mundur agar bisa menarik Fey bangun dari duduknya. Namun Fey mendorong orang itu hingga jatuh tersembab. Fey segera berlari, ia menggunakan seluruh tenaga yang ia punya. Dengan berbekal keberanian Fey berhasil lari. Fey menoleh, ia melihat jaraknya yang cukup jauh dari orang itu.
Fey sedikit lega saat melihat tempat persembunyian. Tempat itu cukup cocok untuk bersembunyi. Fey memutuskan untuk bersembunyi di tempat itu. Walaupun terlihat kotor dan hampir mirip seperti bak pembuangan sampah, namun ini bisa menyelamatkan dirinya.
"Mau bermain - main rupanya" ucap orang itu
Fey seketika merasa sangat takut. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar ia tidak mengeluarkan suara apapun tanpa disengaja maupun tidak disengaja. Badannya sudah bercucuran keringat. Ia tidak dapat berpikir lagi apa yang harus ia lakukan saat ketahuan nanti.
Tanpa Fey sadari orang itu sudah berdiri di sampingnya sambil menyunggingkan senyum dibalik maskernya "sudah cukup main-mainnya" ucap orang itu
Fey tersentak, tubuhnya gemetaran. Tanpa sadar ia meneteskan air matanya, rasa takutnya sudah tidak dapat ia bendung lagi. Ia bingung harus berbuat apa agar bisa keluar dari situasi mengerikan ini. Isi kepala Fey benar-benar kacau, banyak sekali pemikiran gila yang terbesit di otaknya. Jika dalam film yang ia lihat kemarin, setelah adegan ini akan ada laki - laki tampan yang menolongnya. Tapi ini kehidupan nyata, ia tidak bisa berharap pada hal bodoh semacam itu.
Orang itu mencengkeram lengan Fey, bersiap untuk menarik Fey agar mengikutinya. Fey tidak mau kalah, ia menggigit tangan orang itu dan menginjak kakinya dengan kuat. Dan ya, Fey berhasil kabur. Ia berlari sekuat tenaganya, ia sangat mengharapkan agar ia bisa keluar dari situasi ini.
"Tolong..." Triak Fey
"Teriaklah sekuat tenagamu, tidak akan ada orang yang mendengarnya" ucap orang itu, sambil berjalan cepat kearah Fey,
Fey semakin panik, pandangannya mulai buram. Kini langkah kakinya tidak secepat tadi, kecepatannya berkurang. Rasa sakit masih terasa bahkan terasa dua kali lipat di bandingkan tadi. Lagi - lagi orang itu berhasil mencengkeram tangan Fey.
Fey segera berlutut, "Tolong jangan bunuh aku, jangan lakukan itu. Apa salahku padamu?" akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Fey,
Sejujurnya ia tidak tahu apa motif dari orang ini yang terus menerus ingin menangkapnya. Ia bahkan merasa jika dirinya tidak pernah melakukan kesalahan pada pria ini.
Fey melihat ke sekeliling, tidak ada satu orang pun yang lewat. Ia menatap orang itu berharap dia bisa memberi jawaban atas pertanyaan - pertanyaannya itu. Namun orang itu diam, ia tak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Silent" ucapnya dari balik helm yang ia kenakan,
Fey tersentak. Sebuah benda tajam sudah masuk ke dalam perutnya. Orang itu telah menancapkan pisaunya ditubuh Fey. Tubuh Fey kini luruh dan terjatuh. Ia tidak bisa melakukan apapun sekarang.
"Ini akibatnya jika Ibumu tidak mau kembali bersamaku" ucap pria itu sembari berjongkok di sebelah Fey yang sudah terkapar tak berdaya.
Orang itu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam sakunya. Fey terkejut, ia takut. Fey ingin sekali lari tapi ia tidak bisa apa - apa sekarang. Tubuhnya lemas tak berdaya.
Rasa takut Fey hilang saat orang itu tidak menusuk Fey lagi melainkan orang itu memberikan beberapa lembar uang berwarna merah pada Fey. Lalu menaruhnya di atas perut Fey. Fey tidak tau apa tujuan orang ini memberinya uang. Yang Fey bisa lakukan hanya mengamati dan diam.
Fey merasa tenaganya sudah habis, bahkan ia sudah tidak bisa bernapas dengan lancar. Pandangannya mulai buram. Ia tak sanggup lagi menahan rasa sakitnya. Dan gelap, Fey menutup matanya.
_______________ฅ^•ﻌ•^ฅ_______________
See you in next chapter
Follow Instagram
@ phelia.30
@ its.cheeta
KAMU SEDANG MEMBACA
ACANTHA
Teen FictionSemua kisah Fey berawal saat datang kerumah Agna. Pada awalnya Fey datang ke rumah Agna hanya untuk menemui Agna. Namun tiba-tiba saja ia tertarik pada Cavero yang notabene adalah sepupu Agna. Setelah dua tahun lamanya Fey menyukai Cavero dalam diam...