Chapter.11

64 12 0
                                    

Fey bosan seharian kerjaannya hanya duduk, tiduran dan bermain hp. Lagi pula kenapa Fey hanya di kurung di kamar bukan di rumah saja. Kalau di rumah kan Fey bisa Lihat Tv atau setidaknya jalan-jalan keliling rumah.

Fey terkejut saat boneka singa mendarat di atas perutnya. Rupanya Key sudah datang. Ketika Fey melihat ke bawah ternyata anggota Acantha sedang berdiri di bawah, Grey dan Gavieno memegangi tangga panjang, sementara Key, Elang, dan Bintang memegang kresek dan paper bag.

"Kalian ngapain?" Tanya Fey,

Grey menaruh tangga panjang di dinding rumah Fey. "Pegangin ya Pey" Perintah Grey,

Grey naik duluan ke atas, yang lain berjaga di bawah. Entah ide dari siapa tapi ide ini sangat gila dan membuat Fey panik. Bagaimana tidak, kalau ibunya tau ada orang yang berusaha masuk kamarnya secara diam-diam, sudah di pastikan orang itu akan terkena serangan Ibunya.

Gavieno menyusul, laki-laki ini berada di bawah Grey. Jaraknya tidak terlalu jauh. Mereka berdua naik perlahan, seperti Kukang yang tengah menaiki pohon.

"Hati-hati" Ucap Fey,

Grey berhenti, laki-laki itu melihat ke bawah. "No" kata Grey,

Gavieno mendongak, "Apaan?"

Bruuuutttt
Suara nyaring itu berasal dari Grey, dengan tanpa merasa bersalahnya ia kentut saat Gavieno berada tepat di bawahnya. Raut wajah Gavieno berubah masam. Laki-laki itu spontan mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya.

"Kampret lu kentut ya?" Tanya Gavieno dengan kesal,

Semuanya tertawa melihat tingkah laku Grey dan Gavieno tak terkecuali Fey. Mereka terlihat seperti Kakak dan adik yang tidak bisa berhenti bertengkar. Grey tertawa terbahak-bahak saat melihat ekspresi Gavieno.  "Lega bego. Lu lagian ngapain di bawah gue" Ucap Grey.

"Gue manjat, buta lu" ujar Gavieno,

Grey melanjutkan pijakannya, sementra Gavieno mengikutinya dari bawah. Sejujurnya Gavieno kesal dengan apa yang dilakukan oleh Grey.

"Baunya nempel heh" Ucap Gavieno,

Grey sampai lebih dulu di balkon, "Ya lagian lu pake napas segala" gumam Grey,

"Gue kaga napas mati bego" sahut Gavieno,

Grey membantu Gavieno naik ke Balkon, "Emang lu hidup?" Tanya Grey sambil tertawa,

"Hidup heh, gue manusia bege. Bukan setan" jawab Gavieno.

Akhirnya mereka sampai di balkon kamar Fey. Kini Bintang dan Elang menyusul. Mereka naik satu persatu. Sementara Key sibuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa melalui ember yang ia gunakan kemarin.

•••

Agna duduk di kamarnya, seluruh anggota keluarga membencinya karena ia memberikan kesaksian untuk Fey. Ia sangat terluka, ia juga tidak mengerti kenapa keluarganya tega membiarkan perempuan menjadi korban ketidakadilan demi nama baik dan masa depan keluarga.

"Kecewa gue" gumamnya,

Rumahnya sekarang sepi, hanya ada Agna dan Neneknya. Agna heran pada keluarganya, mereka marah pada Agna, atau mereka marah pada diri sendiri karena tidak bisa menerima kenyataan kalau putranya itu ternyata sifatnya jauh dari harapan?

"Agna" panggil Cavero,

Agna langsung menutup pintu kamarnya, sampai sekarang ia tidak bisa menerima Cavero. Ia bahkan malas walaupun hanya untuk menatap Cavero. Sepupunya itu benar-benar keterlaluan.

"Agna gue mau jelasin sesuatu" ucap Cavero,

Agna menghela nafasnya perlahan, akhirnya gadis ini membuka pintu kamarnya.

Cavero memberikan sebuah rekaman suara pada Agna, "Kasih ini ke Fey kalau suatu saat terjadi sesuatu sama gue" ucap Cavero,

Belum sempat Agna bertanya apa maksud Cavero. Laki-laki itu sudah pergi keluar kamar meninggalkan Agna yang saat ini sedang menatap rekaman suara Cavero dengan bingung.

“Apa maksudnya? Dia mau mati?” gumam Agna, gadis ini asal bicara, ia mengeluarkan kata-kata yang ada di kepalanya, tanpa berpikir terlebih dahulu.

•••

Anggota geng motor bernama Acantha ini sudah berkumpul di dalam kamar Fey. Di hadapan mereka ada banyak makanan. Perjuangan mereka naik ke kamar Fey yang berada di lantai dua tidak sia-sia. Sekarang mereka bisa menikmati makanan sambil mendengarkan curhatan Fey.

"Jadi lu di lecehkan sama manusia itu?" Tanya Grey,

Fey mengangguk pelan, Key terlihat khawatir melihat keadaan Fey. Walaupun Fey ceria ketika di depannya tapi ia tau bahwa beban itu tidaklah ringan. Elang mengetuk lantai dua kali, spontan perhatian mereka tertuju pada Elang.

"Gimana kalo kita buat rencana" ucap Elang,

Key mengangkat satu alisnya, "Rencana?" Tanyanya,

"Kita buat anak itu menerima hukumannya. Gue ngga terima perempuan dia jadiin bahan percobaan setelah dimintai pertanggungjawaban dia malah mundur. Pengecut men" jelas Elang,

"Gue setuju" ujar Bintang,

Grey dan Gavieno menganggukan kepalanya sebagai respon kalau mereka setuju dengan apa yang Elang katakan. Elang dan yang lainnya menatap ke arah Key. Mereka menunggu jawaban dari sang pemimpin. Tanpa ijin Key mereka tidak berani melakukan apapun.

"Oke, tapi jangan sampai kalian berbuat melewati batas" tegur Key,

Mereka berempat menganggukan kepalanya sementara Fey tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Yang gadis ini lakukan hanya makan dan menonton film yang tengah di putar.

______________ฅ^•ﻌ•^ฅ_______________

See you in next chapter
Follow Instagram
@ phelia.30
@ its.cheeta

ACANTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang