Empat lampu sorot terarah kepada luka Fey di meja operasi. Terangnya membuat darah pada luka itu terlihat jelas dan berkilau. Semua fokus pada pasien yang terbaring di atas meja operasi. Luka tusuk yang dalam membuat mereka semakin berhati-hati. Sudah lebih dari 60 menit Fey terbaring di meja operasi.
Keluarga Fey dan anggota inti Acantha tengah berada di ruang tunggu. Mereka semua tengah menunggu operasi Fey selesai. Sementara Arsyad dan juga Lezi berada di kantor polisi. Mereka tengah mengurus kasus Fey. Key sangat terpukul dengan kejadian ini, terlebih laki-laki ini melihat Fey jatuh di depan matanya sendiri.
Agna menepuk bahu Key dengan perlahan, “Istigfar Key” ucap Agna,
Suasana di sana sangat dingin, tidak ada yang beranjak dari tempat duduknya atau sekedar pindah ke tempat duduk lain. Mereka semua menunggu Fey. Grey berdiri, laki-laki ini berjalan ke arah Agna. Mengusap punggung tangan gadis yang dicintainya.
“Na, minum dulu ya” bujuk Grey,
Agna mengangguk, gadis itu ikut bersama Grey ke kantin di rumah sakit. Grey juga berencana membelikan minuman untuk orang-orang di sana. Sejak mereka datang mereka belum meminum apapun.
Setelah kepergian Agna dan juga Grey beberapa suster berjalan keluar dari ruang operasi. Tak lama kemudian Fey keluar dengan oksigen yang terpasang di hidungnya. Beberapa suster dan dokter berjalan beriringan membawa Fey keluar. Key yang melihat itu langsung berjalan mengikuti mereka. Akhirnya setelah lama menunggu, operasinya selesai dengan sukses.
Fey di masukan ke dalam ruang perawatannya, gadis ini terbaring lemah. Dokter belum mengijinkan siapapun untuk masuk ke dalam. Mereka harus memasangkan beberapa alat bantu untuk Fey.
•••
Arsyad menatap istrinya dengan tajam, pria ini tidak menyangka istrinya membunuh putri sulungnya tanpa berbelas kasihan. Bahkan saat ini Dania terlihat sedang tersenyum bersama Siska, Ibunda Agna. Mereka berada di sel yang sama. Lezi duduk dengan pengawas beberapa polisi wanita. Entah sudah berapa kali Lezi berusaha menyerang Dania. Wanita ini sangat marah dengan Dania. Setega itu ia kepada putri sambungnya padahal Dania juga memiliki seorang putri.
Arsyad berjalan ke arah sel tahan Dania dan juga Siska. Kesabaran pria ini sudah habis. Ia tidak dapat lagi menahan amarahnya pada Dania. “Apa yang kau lakukan pada putriku Dania!” bentak Arsyad,
“Katakan kenapa kau melakukan itu pada putriku!” Bentak Arsyad lagi,
Lezi tersenyum sinis, “Mas, dia ini terobsesi denganmu. Jelas saja dia melakukan semua itu” cibir Lezi,
“Diaaamm!!” bentak Dania, wanita itu memegang besi selnya.
“Kenapa kau begitu tega dengan Fey padahal kau juga seorang Ibu!”
“cukuuupp” teriak Dania,
Dania menunjuk ke arah Lezi, lalu ke arah semua orang yang ada di sana. “Kalian semua ingin tau?!! Aku melakukan itu karena aku muak. Aku muak dengan Fey. Dia selalu saja menggangguku, dia meminta uang sekolah pada suamiku, dia meminta belikan buku pelajaran pada suamiku. Aku muak! Aku berkerja sama dengan mantan kekasih Lezi untuk membunuh Fey dan juga dirinya. Tapi gadis itu kabur. Lalu aku bertemu dengan Siska dan aku—” jedanya,
“Dan aku berkerja sama untuk menghancurkan kehidupan Fey, dan kita berhasil sekarang hahaha” ujar Dania sambil tertawa,
Arsyad dan Lezi yang sudah kehilangan kesabaran berusaha untuk memukul Dania, Lezy bahkan menjambak wanita itu. Petugaspun kewalahan di buatnya. Tak hanya Dania, Lezy juga menyerang Siska. Wanita ini mencaci maki Dania dan juga Siska. Anak semata wayangnya mengalami hal yang begitu tragis karena mereka berdua.
•••
Key menemani Fey, laki-laki itu membawa boneka singa yang ia gunakan untuk memberi tanda pada Fey setiap ia berkunjung ke rumahnya saat gadis ini di kurung oleh ibunya. Sudah lebih dari 10 menit Key menunggu Fey, namun gadis ini tak kunjung sadarkan diri.
“Fey nih Lio nemenin kamu” ucap Key saat menaruh boneka singa itu,
Key mengusap perlahan puncak kepala Fey, bahkan di saat tidak sadarkan diri pun gadis ini terlihat cantik. “Fey, inget ngga waktu pertama kita ketemu dimana?” Tanya Key,
“aku inget kamu itu suka minuman yogurt rasa strawberry, oh iya Fey. Kapan kamu bangun?” Ucap Key,
Tiba-tiba pintu terbuka, dokter masuk bersama satu suster di sebelahnya. Key mengangkat alisnya. Ia bingung kenapa sedari tadi dokter terlihat cemas dengan kondisi Fey. Akhirnya Key memutuskan untuk bertanya. “Dok, ada apa ya dok?” tanya Key,
“Maaf apa anda kerabat Pasien?” tanya dokter, Key mengangguk mengiyakan.
“mari ikut saya” titahnya,
Key mengikuti dokter, sementara itu Agna masuk untuk menggantikan Key berjaga. Agna menangis saat melihat kondisi Fey. Sahabatnya ini tengah berjuang antara hidup dan mati. Beberapa alat sudah terpasang di tubuhnya. Melihat Fey begitu membuat Agna tidak sanggup lagi berkata-kata. Gadis ini banyak belajar dari Fey. Bahwa semua orang di dunia ini tidak seberuntung dirinya. Orang yang kita sukai dan kita anggap baik pun belum tentu baik pada kita.
Agna juga belajar dari kasus Fey dengan Ibunya yaitu Siska. Ibunya menganggap bahwa dirinya berubah karena Fey, Ibunya menganggap ia tidak menuruti perkataannya karena Fey padahal itu memang kemauan Agna. Gadis ini ingin Ibunya mengerti perasaannya mau memperhatikannya bukan hanya menyuruh dan memperhatikan suami barunya saja. Tidak semua dampak buruk anak itu ada karena temannya.
______________ฅ^•ﻌ•^ฅ_______________
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata/penempatan kalimat.See you in next chapter
Follow Instagram
@ phelia.30
@ its.cheeta
KAMU SEDANG MEMBACA
ACANTHA
Teen FictionSemua kisah Fey berawal saat datang kerumah Agna. Pada awalnya Fey datang ke rumah Agna hanya untuk menemui Agna. Namun tiba-tiba saja ia tertarik pada Cavero yang notabene adalah sepupu Agna. Setelah dua tahun lamanya Fey menyukai Cavero dalam diam...