Chapter.7

70 12 1
                                    

Key menghentikan motornya di bawah pohon rindang di depan rumahnya. Ia menarik napas panjang sambil memejamkan matanya. Sebenarnya Key enggan pulang ke rumah saat ini, namun apa daya jika sang Ibunda sudah memberi titah. Key masuk ke dalam rumahnya, ia mengeraskan otot rahangnya saat melihat adiknya tengah di pukuli oleh ayahnya.



Key membanting vas bunga ke hadapan Ayahnya. Wajahnya kini berubah keruh. Ia tidak mengerti apa maksud Ayahnya memukuli Ken, dan kenapa Ken tidak berani melawan atau setidaknya ia berusaha melindungi dirinya.



"Apa-apaan ini?!" Ferdinan, Ayah Key membuka suaranya. Dia mengulas senyum sinis di wajahnya.



"Ajari anak ini untuk mencari uang" ucap Ferdinan sebelum akhirnya pergi meninggalkan kedua putranya,



Ferdinan tidak mau berdebat dengan anak sulungnya. Ia lebih memilih pergi meninggalkan rumah untuk sementara waktu dari pada harus berdebat dengan Key yang pasti tidak akan ada habisnya.



Key berjalan ke arah Ken, membantunya untuk berdiri. Bayangan seorang perempuan terlihat dari sudut mata Key. Apa ini alasan Gita, ibunda Key meminta Key agar cepat pulang? Ibunda Key tidak pernah berani melawan suaminya. Atau bahkan hanya sekedar menegurnya. Dan inilah yang terjadi ketika Ken di pukuli. Gita akan menelepon Key, dan memintanya untuk kembali ke rumah.



"Thanks bang" Ucap Ken,



Key menatap ke arah Ken, ia menghela nafasnya dengan kasar. Laki-laki ini menahan diri agar ia tidak memarahi adiknya karna diam saja saat di pukuli tadi.



"Obatin sendiri bisa kan?" Tanya Key,



Ken menganggukan kepalanya, "Iya bang bisa"



Key memberikan beberapa lembar uang kertas pada Ken lalu beranjak pergi menjauh dari adik dan ibunya.



"Thanks bang" Ucap Ken,



•••



Fey duduk di rumahnya, gadis ini tengah menyesap jus buah yang di sajikan oleh ibunya. Beberapa orang berkumpul di dekat Fey, mereka tengah mendengarkan cerita dari ayah Fey.



Dania, ibu sambung Fey tiba-tiba saja duduk di sebelah Fey. "Kamu tidak membenci Ibu nak?" Tanyanya,



Fey menyunggingkan senyumnya, gadis ini mendekat ke arah telinga Dania. "Sangat benci" ucap Fey,



"Bagus, itu harapan saya. Gimana cari perhatiannya? Sudah selesai?" tanya Dania.



Fey menyunggingkan senyum di wajahnya, "Apa yang anda katakan? Cari perhatian? Di sini sebenarnya siapa yang cari perhatian? Saya atau anda?" Balas Fey,



Dania bungkam mendengar perkataan Fey, wanita ini merasa sangat kesal, ia tidak bisa membiarkan Fey menang begitu saja. Dania berencana membuat Fey menyesali perkataannya barusan.



Sementara Fey pergi meninggalkan Dania, ia memilih akan memanjakan diri di kamar dari pada harus duduk mendengarkan perkataan ibu sambungnya itu. Fey membuka pintu kamarnya, gadis ini terkejut bukan main saat snow sedang mengacak-acak tumpukan kertas yang ada di mejanya.



"Karyaku!" Teriak Fey,



Snow hanya diam mengamati Fey yang tengah menangis sambil membereskan kertas-kertas yang berceceran di lantai. Agna menaikan alisnya saat ia melihat apa yang Fey lakukan, "heh ndul ngapain?" Tanya Agna,



"Naskah gue di berantakin"



"Di siapa?" Tanya Agna lagi,



Fey menunjuk kucing putih miliknya yang bernama snow, hal itu membuat Agna mendadak tertawa. Entah apa yang membuatnya tertawa kali ini.



"Miris" Ucap Agna,



"Makasi" sahut Fey.



Agna duduk di atas tempat tidur Fey sambil memakan yupi kesukaan Fey. Gadis itu melihat ke arah ponsel milik Fey. Ada notifikasi di layar ponsel itu.

 Ada notifikasi di layar ponsel itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kurang lebih begitu tulisannya. Agna menyeritkan dahinya, nomor tidak di kenal menelepon Fey sebanyak 5 kali? "Fey, ada panggilan tidak terjawab tuh" ucap Agna.



Fey berdiri sambil membawa tumpukan kertas yang hendak ia letakkan di atas meja.



"Siapa yang telpon?" Tanya Fey,



Agna menyerahkan ponselnya ke Fey, "Nomor ngga di kenal Fey" ucapnya,



Fey membuka ponselnya melihat SMS yang di kirim dari nomor sama yang meneleponnya selama 5 kali tadi. Seketika gadis ini membulatkan matanya. Rupanya ini nomor pria penculik itu. Fey menjatuhkan ponselnya, bayangan tentang kejadian saat itu seolah-olah mau menerkam dirinya.



"Fey, lu kenapa?" Tanya Agna,



Bukannya menjawab Fey malah menangis, badannya gemetaran. Tatapan matanya kosong. Semua hal itu membuat Agna khawatir.



"Om, Tante!" Teriak Agna,



Ayah dan ibu Fey langsung masuk ke kamar Fey, tak hanya mereka beberapa anggota keluarga juga ikut masuk ke kamar Fey.



"Ada apa ini?" tanya Arsyad,



"Setelah melihat hpnya, Fey jadi begini om" Jelas Agna,



Arsyad mengambil ponsel milik Fey, dia membaca pesan yang tertera di sana.

Itu pesan yang tertera di layar ponsel Fey, Arsyad spontan menatap ke arah Lezi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Itu pesan yang tertera di layar ponsel Fey, Arsyad spontan menatap ke arah Lezi. Jadi semua ini karena pria yang mengincar Lezi?



"Lezi, baca ini" titah Arsyad,



Lezi segera membaca pesan di ponsel Fey. Air matanya turun saat mengetahui kejadian yang di alami putrinya ada sangkut paut dengan dirinya sendiri.



Arsyad mengambil kunci mobilnya, "Sementara ini Fey tinggal di rumah saya. Kita tidak bisa membiarkan Fey dalam bahaya dengan berada di rumah ini. Karna mereka mengincar Fey untuk menemukanmu Lezi" ucap Arsyad,



"Iya mas, Aku setuju. Biar aku bereskan baju Fey dulu"



Arsyad memapah Fey, perlahan mereka berjalan ke luar kamar menuju halaman rumah. Sementara Dania membantu Lezi membereskan barang-barang Fey.


_______________ฅ^•ﻌ•^ฅ_______________

See you in next chapter
Follow Instagram
@ phelia.30
@ its.cheeta

ACANTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang