Hari ini anggota Acantha menjalankan kegiatannya masing-masing di rumah, termasuk Fey. Kini gadis itu tengah duduk di balkon kamarnya sambil menyelesaikan naskahnya.
“Cavero, kenapa dia begitu penuh teka-teki. Aku bingung sebenernya dia laki-laki yang seperti apa?” Gumam Fey,
Ponsel Fey berdering, layar ponselnya menampilkan nama Key. Tak menunggu lama, Fey langsung mengangkat teleponnya.
“Hallo key”
“Fey, Elang baru aja nemuin bukti kalo Cavero memang di paksa bunuh diri”
Kedua mata Fey membulat, “Apa? Oke aku ke markas sekarang” ucap Fey,
Gadis itu langsung memakai jaketnya lalu mengambil kunci mobilnya. Fey memang tidak bisa mengendarai motor tapi ia bisa mengendarai mobil. Ini salah satu keunikan Fey.
Saat Fey keluar dari rumahnya ia melihat ayahnya yang tengah berbicara dengan seseorang. Orang itu terlihat lebih muda dari ayahnya. Mungkin seorang klien yang membutuhkan arahan dari ayahnya. Tapi kenapa mereka berdiskusi di sini di dekat rumah ibunda Fey?
Fey segera masuk ke dalam mobil, ia sudah sangat penasaran bukti apa yang Elang punya, dan dimana dia menemukannya. Saat sedang diperjalanan Fey melihat Allen yang jatuh dari sepeda motornya. Dengan inisiatif gadis ini menghentikan mobilnya tepat di dekat Allen.
Fey menurunkan kaca mobilnya. “Allen” sapa Fey,
Allen mendongak, senyum manis terukir di bibirnya. Laki-laki ini bangkit sambil membersihkan celananya yang kotor akibat terjatuh tadi.
“Lu ngga papa?” Tanya Fey,
Allen menganggukan kepalanya, “gue ngga papa Fey” jawab laki-laki itu, di susul dengan senyum manisnya,
“Motornya tinggal aja di sini, lu ikut gue aja” ucap Fey,
“Aman ngga?” Tanya Allen,
Fey melihat ke sekelilingnya, “Nah lu titipin aja ke warung itu” ucap Fey,
“Ok, bentar ya Fey. Jangan tinggalin gue” ujar Allen,
Fey hanya menjawab dengan anggukan dan juga senyuman. Sementara Allen langsung memindahkan motornya ke pelataran sebuah warung kelontong. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa bersama Fey lagi. Ini sesuatu yang belum pernah Allen bayangkan sebelumnya.
•••
Key duduk di depan markas bersama anggota inti Acantha lainnya. Laki-laki ini tengah menunggu Fey datang kemari. Di sampingnya ada Elang yang tengah memegang memori dari kamera GoPro yang saat itu menempel di helm milik Cavero.
Agna dan Grey sampai di markas, mereka menggunakan motor mereka masing-masing.
“Tumben bebarengan?” Tanya Gavieno,
“Emang ngga boleh bareng sama calon istri?” Tanya Grey,
Perkataan Grey sontak membuat Bintang dan Key menatap tajam ke arahnya, begitu juga dengan Gavieno, tapi tidak dengan Elang. Dia masih melamun.
“Calon istri? Weh apaan weh” ucap Gavieno,
“Jelasin bagong” titah Bintang,
Grey menggaruk-garukan kepalanya yang tak gatal, “Nanti aja deh kalo udah full team” Ujar Grey,
Agna tersenyum malu sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak mengira semuanya akan menjadi seperti ini. Gadis ini duduk di kursi dekat pintu masuk. Kedua matanya tidak lepas dari sosok laki-laki bernama Grey.
“Haus ngga?” Tanya Grey,
“Engga Grey” jawab Agna, detik berikutnya Grey duduk di samping Agna,
Bintang memicingkan matanya “Kalian pacaran?” Tanya bintang,
“Engga” jawab Grey dan Agna secara bersamaan,
“Jawabnya kompak bener” cibir Fey yang baru sampai,
Fey dan Allen masuk ke pelataran markas Acantha, Fey merasakan tatapan tidak enak dari Key. Laki-laki itu menatap Allen dengan tangan yang mengepal kuat sepertinya ia tidak suka dengan keberadaan Allen.
“Key kamu kenapa?” tanya Fey,
Key hanya menggeleng sebelum akhirnya mempersilahkan semuanya untuk masuk ke dalam markas. Laki-laki ini terlihat dingin sejak kedatangan Allen, ia bahkan tidak tersenyum lagi. Padahal sebelumnya ia sedang tersenyum karena mendengarkan percakapan teman-temannya.
Allen duduk di dekat Fey, membuat Key menjadi semakin kesal padanya. Ia terus memperhatikan Allen, semakin lama tingkah Allen semakin jadi. Laki-laki itu terus menempel pada Fey seperti perangko.
“Mana sini coba gue liat rekamannya” Ucap Fey,
Elang memberikan laptop pada Fey, gadis ini menatap layar laptop dengan seksama. Ia tidak mau kehilangan detik ataupun menit berharga dari video itu.
Ketika video di putar di sana menampilkan seseorang tengah berdiri, laki-laki itu terlihat tidak muda. Semua itu terlihat dari kulit tangan pria itu. Badannya pun terlihat cukup berisi. Namun sayang pria itu memakai helm full face, hal ini membuat Fey tidak mengenali siapa laki-laki itu sebenarnya.
Fey mengeraskan volumenya karena ia tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang sedang laki-laki itu bicarakan.
Semuanya terkejut saat mendengarkan pembicaraan dari rekaman video itu. Ternyata Cavero di paksa melakukan itu semua, agar Fey menderita. Dan yang lebih mengejutkan lagi, suara itu terdengar seperti suara ayah Fey. Tapi kenapa Arsyad tidak menginginkan kebahagiaan anaknya sendiri?
Fey terdiam, gadis ini tidak bisa menerima apa yang ia dengar. “Ngga mungkin ini pasti salah. Aku yakin ini semua pasti salah” Ucap Fey.
Key mengusap tangan Fey dengan lembut, “Ini kan masih samar-samar. Coba besok kita cari tau lagi ya. Sekarang kamu istirahat aja, atau main sama kita di sini” ujar Key,
Fey membisu, Agna yang mengerti apa yang Fey rasakan langsung memeluk gadis itu. Seketika air mata Fey mengalir begitu saja, jika memang itu bukan ayahnya lalu siapa yang tidak menginginkan Fey bahagia? Apa sebenci itu pada Fey?
______________ฅ^•ﻌ•^ฅ_______________
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata/penempatan kalimat.See you in next chapter
Follow Instagram
@ phelia.30
@ its.cheeta
KAMU SEDANG MEMBACA
ACANTHA
Teen FictionSemua kisah Fey berawal saat datang kerumah Agna. Pada awalnya Fey datang ke rumah Agna hanya untuk menemui Agna. Namun tiba-tiba saja ia tertarik pada Cavero yang notabene adalah sepupu Agna. Setelah dua tahun lamanya Fey menyukai Cavero dalam diam...