Chapter.21

46 8 0
                                    

Cuaca hari ini cukup terik, Fey dan Agna memutuskan untuk pergi ke Cafe sambil mengobrol dengan Allen. Fey dan Agna meminta bantuan kepada Allen untuk mencari tau siapa sebenarnya dalang di balik penusukan Fey dan kematian Cavero.

"Oke, gue bantu kalian. Saran gue kalian jangan katakan apapun ke anggota geng kalian" ujar Allen,

Fey dan Agna menganggukan kepalanya. Mereka segera menghabiskan minuman yang mereka pesan. Fey sangat berharap Allen dapat membantunya menyelesaikan masalah.

"Agna, lu bisa pulang sendiri kan? Gue mau bicara empat mata sama Fey" ujar Allen, Agna menganggukan kepalanya. Mengiyakan perkataan Allen,

Fey menaikan alisnya, gadis ini tidak bisa mempercayai laki-laki dengan mudah setelah apa yang Cavero lakukan padanya.

Agna bangkit dari tempat duduknya, "Gue duluan ya, Allen kalo lu sampe macem-macem gue ngga akan diam" ucap Agna,

"Hati-hati ya Na" seru Fey,

Agna pergi dari Cafe itu, kini tersisa Allen dan Fey. Hanya mereka berdua, tentu saja Agna tidak benar-benar pergi. Ia tidak mau mengulangi kesalahannya dengan meninggalkan Fey hanya berdua dengan laki-laki.

Allen memegang tangan Fey, laki-laki ini menorehkan senyum manis di wajahnya. Kedua matanya menatap tulus Fey. "Fey, Would you be my lover?" Ucap Allen,

Fey membulatkan matanya, gadis ini mematung di tempatnya. Allen baru saja menyatakan perasaannya pada Fey. Jantung Fey mulai tidak stabil bukan karena ia juga menyukai Allen. Tapi karena gadis ini takut.

"Allen, kenapa kamu mengatakan itu, kamu lupa dengan kalung salib melingkar di lehermu?" Jawab Fey. Gadis ini merasa tidak enak sekarang. "Maaf Len, aku ngga bisa" lanjut Fey,

Allen mengangguk-anggukkan kepalanya. Laki-laki ini mengusap kepala Fey dengan lembut. "Gue lupa Fey, maaf ya. Walaupun gue ngga bisa memiliki lu seutuhnya. Gue janji gue akan jagain lu layaknya adik gue" ujar Allen,

Fey sedih mendengarnya, Ia paling tidak bisa melihat orang terdekatnya merasa sedih. Gadis ini mengambil buku note kecil dari dalam tasnya. Mendadak sebuah ide terbesit di kepalanya.

Fey menuliskan janji persahabatan untuk Allen. Lalu Fey berikan pada Allen. Laki-laki itu bingung, dia menatap heran kertas yang Fey berikan padanya. 'Kami hanya sepasang sahabat yang tidak dapat terpisahkan, dan akan selalu membantu satu sama lain. Promise' kurang lebih begitu kalimat yang tertulis.

Allen tersenyum, walaupun sebenarnya hatinya merasa sakit. Membaca kata sahabat saja membuat hatinya seperti teriris.

Ponsel Fey mendadak berdering, nama Key tertera di layar ponsel Fey. Gadis ini segera mengangkat teleponnya. Allen merasa iri pada Key, laki-laki itu bisa meminang Fey tanpa mempermasalahkan kepercayaan mereka berdua. Sementara dirinya mana bisa meminang Fey. Mungkin dirinya memang ditakdirkan untuk menjaga Fey.

•••

Fey datang ke markas Acantha setelah menerima telepon dari Key bahwa mereka sudah menemukan seseorang yang merupakan pelaku penusukan Fey saat Fey di culik waktu itu.
"Jadi gimana?" Tanya Fey langsung saat baru tiba di markas,

Key menunjukan video rekaman dashboard mobil seseorang pada Fey. Gadis itu melihatnya dengan seksama. Ia tidak akan mau kehilangan satu titikpun petunjuk dari video ini.

"Fey menurut kamu siapa wanita ini?" Tanya Key,

Fey diam, gadis ini masih mencerna semuanya di dalam kepala. Anggota yang lain berusaha terus melihat dan mencoba mengenali siapa wanita yang terekam kamera sedang berbicara dengan pelaku.

"Dania" ucap Fey, semua orang kini menatap ke arahnya.

Fey berdiri dari tempat duduknya. Gadis ini berjalan ke arah papan yang sudah berisi hasil investigasi mereka. "Kalian inget laki-laki yang pake helmnya Ayah?" Tanya Fey,

Semuanya mengangguk, "Iya kita inget Fey" Jawab Elang,

"Menurut gue, Ibu tiri gue si Dania ini yang ambil helm ayah untuk di pakai sama laki-laki ini supaya nantinya ayah yang di salahkan bukan dia. Lalu liat ke video yang aku screenshot tadi. Di situ wanita itu memegang helm yang sama. Andai aja dia ngga pake masker kita pasti tau" ujar Fey dengan napas memburu,

Gadis ini mengambil tas dan ponselnya yang tergeletak di meja. "Ayo kita ke kantor polisi" Ucap Fey,

"Lu yakin Fey? Dia Ibu lu juga loh" sahut Gavieno,

Fey memutar bola matanya malas, "Dia yang buat Ibu dan Ayah gue bercerai. Dia sumber dari masalah dalam hidup gue. Kenapa perlu gue kasihani?" Ucap Fey,

Setelah mendengarkan perkataan Fey, anggota inti Acantha langsung bersiap-siap menuju kantor polisi untuk membuat laporan, tak lupa mereka juga membawa semua bukti yang mereka dapatkan.

Key sedikit lega setidaknya masalah Fey akan berkurang. Beban yang gadis ini pikul tidak akan terlalu berat lagi. Setelah ini Key berencana akan menyatakan perasaannya pada Fey. Ya, laki-laki ini sudah menyukai Fey, bahkan lebih dari itu.

______________ฅ^•ﻌ•^ฅ_______________
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata/penempatan kalimat.

See you in next chapter
Follow Instagram
@ phelia.30
@ its.cheeta

ACANTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang