Fey terkejut bukan main saat laki-laki yang baru saja tertusuk adalah Cavero. Key juga sama terkejutnya dengan Fey. Mereka berdua masih tidak mengerti apa di balik semua ini.
Key menatap kearah Fey yang sudah terduduk di tanah dengan air matanya yang menetes. “Fey, semua pasti akan baik-baik saja. Jangan khawatir” ucap Key berusaha menenangkan Fey,
“Key, apa aku yang membunuh Cavero?” Tanya Fey,
“Apa maksud kamu Fey, Cavero sendiri yang menusuk dirinya. Bukan kamu” jelas Key,
Fey menggelengkan kepalanya, “Bukan, aku tadi yang mengayunkan ke tubuhnya. Aku kira itu bagian tumpulnya” ujar Fey,
Kepala Key berdenyut, ia pusing sekali memikirkan harus bagaimana sekarang. Sidik jari Fey ada di pisau itu. Bagaimana jika Fey tertangkap polisi?
Baru saja Key memikirkan polisi tiba-tiba polisi datang, mengepung Key dan juga Fey. Mereka menangkap Fey dan juga Fey, beberapa dari mereka berusaha mengamankan jenazah Cavero. Fey dan Key diam saja, mereka hanya menurut, karna menurut mereka memberontak hanya akan membuat semua ini semakin rumit.
Mereka memasukan Fey dan Key kedalam mobil, tubuh Fey masih gemetaran. Gadis ini masih belum bisa menerima bahwa ia yang melakukan semua itu.
“Jangan khawatir, kamu melakukan itu dengan tidak sengaja Fey” Ucap Key sambil mengusap tangan Fey,
Seorang polisi wanita memperhatikan Fey dan Key dari kaca spion. Polisi wanita itu menoleh kebelakang, ia mengusap tangan Fey yang gemetaran.
“Jangan takut, saya yakin kamu tidak bersalah” ucapnya,
Tubuh Fey sangat dingin, tangannya gemetaran. Fey benar-benar sangat takut. Ia tidak pernah melakukan hal seperti ini kepada orang lain. Ia juga tidak pernah melukai keluarganya. Bagaimana bisa ia membunuh Cavero tadi?
“Kenapa Ibu bisa bicara begitu?” Tanya Key,
Polisi wanita itu tersenyum, “Saya tau pasti pacarmu ini tidak melakukannya dengan sengaja, dia melakukannya karena mau melindungi dirinya. Itu hanya perasaan saya saja” ujarnya,
Key menganggukan kepalanya, lalu mencoba menenangkan Fey lagi. Gadis ini masih ketakutan seolah-olah ia sedang di kejar-kejar penjahat. Namun mendengar bahwa ada orang lain yang menganggap Fey dan dirinya sepasang kekasih, itu membuat Key merasa lebih baik.
•••
Agna duduk di depan laptopnya, ia bersiap mendengarkan rekaman yang Cavero berikan padanya. Agna penasaran dengan apa isi rekaman ini. Gadis ini mengeklik tombol play di laptopnya.
“Hi, ini gue Cavero. Mungkin waktu kalian denger rekaman ini gue udah ngga ada di dunia ini. Di sini gue Cuma mau bilang ke kalian semua. Tentang apa yang sebenarnya terjadi antara gue sama Fey. Dan kenapa gue melakukan itu. Ya kalian bener gue melecehkan Fey, dan gue melakukan itu emang karna nafsu gue semata. Awalnya gue takut karna perbuatan gue sendiri. Gue sampe ngancem Fey supaya dia ngga bilang sama siapapun kalo ngga gue akan melakukan hal yang sama ke Agna.”
Agna spontan menutup mulutnya, ia tidak percaya dengan apa yang Cavero lakukan. Anak itu sudah gila bagaimana bisa dia melakukan semua itu pada Fey?
“Tapi setelah gue inget-inget gue ini salah. Saat gue memutuskan mau bertanggung jawab Mama nyuruh gue untuk terus melanjutkan kuliah gue, mama larang gue buat bertanggung jawab. Gue cape dengan tuntutan mama yang selalu nyuruh gue belajar dan gapai tittle gue. Setelah semua yang terjadi, gue ngerasa jadi orang bodoh yang ngga berguna sama sekali. Maaf gue meninggalkan kalian tanpa penjelasan yang detail. Gue cape, gue mau pergi. Tapi gue ngga mau bunuh diri gue sendiri. Gue mau Fey yang bunuh gue. Karna gue pantas menerima itu. Kalau Fey di tetapkan sebagai tersangka, kasih rekaman ini ke kepolisian. Selamat tinggal semua. Salam dari Cavero laki-laki tidak bertanggung jawab”
Agna membulatkan matanya, “hah?”
Agna segera mengambil jaket dan kunci motornya, ia berencana datang ke rumah Fey untuk memastikan bahwa temannya itu baik-baik saja. Untung saja gadis ini memutar rekaman suara Cavero jika tidak mungkin Agna tidak tau Fey akan di tetapkan sebagai tersangka pembunuhan Cavero.
•••
Key dan Fey dimasukan kedalam sel yang berbeda. Key bersandar pada dinding yang sama dengan yang Fey gunakan untuk bersandar. Ia tidak tega jika meninggalkan Fey sendirian dalam kondisi begini. Gadis itu diam saja, tatapannya kosong.
“Kalian berdua, ayo keluar” Ucap seorang wanita sambil membuka pintu sel.
Mereka bedua mendekat ke meja di depan pak polisi lalu duduk. Key melihat ke arah Fey, memastikan Fey baik-baik saja. Walaupun ia tau pasti Fey tidak baik-baik saja. Gadis ini diam, ia hanya menatap ke arah pulpen yang ada di meja.
“Apa yang kalian lakukan di sana?” Tanya pak polisi to the point,
“Kita mengikuti motor merah yang berusaha mencelakai kita” jawab Key,
Seorang polisi wanita memberikan foto baret berwarna merah di motor hitam milik Key. Polisi itu menganggukan kepalanya.
“Lalu setelah itu?” Tanya pak polisi lagi,
“Kami menghampirinya untuk menanyakan maksud dia melakukan hal itu pada kami berdua. Bukannya menjawab Cavero malah menodongkan pisaunya untung saja Fey menahan tangan Cavero. Lalu saat Fey ingin menjauhka pisaunya dari Cavero laki- laki itu malah menusukan Pisaunya ke dadanya sendiri” tutur Key,
Polisi itu berusaha mencocokan kejadian yang Key ceritakan dengan barang bukti yang ada. Untuk saat ini Fey dan juga Key tidak dapat di bebaskan karena bukti yang mereka temukan masih samar-samar.
______________ฅ^•ﻌ•^ฅ_______________
Cavero mati🤗 hore...
See you in next chapter
Follow Instagram
@ phelia.30
@ its.cheeta
KAMU SEDANG MEMBACA
ACANTHA
Teen FictionSemua kisah Fey berawal saat datang kerumah Agna. Pada awalnya Fey datang ke rumah Agna hanya untuk menemui Agna. Namun tiba-tiba saja ia tertarik pada Cavero yang notabene adalah sepupu Agna. Setelah dua tahun lamanya Fey menyukai Cavero dalam diam...