Mata Viora berbinar menatap pesanan nasi gorengnya tiba. Sepertinya hanya pada makanan Viora tidak bersikap galak atau pun malas.
Melihat hal itu Saren mendengus geli. Malam harinya, seperti biasa ia mengunjungi Viora karena di siang hari ia kerja dan tidak bisa menemui Viora. Sebelumnya ia bertanya pada Viora ingin memakan apa, tapi dibalas jika ia tidak perlu membawa makanan karena tidak mau mencuci piring nantinya. Membuatnya tertawa saat itu juga.
Akhirnya ia mengantar Viora makan di warung nasi goreng tersebut. Hanya Viora yang memesan karena Saren masih kenyang.
"Kok lo gak makan?"
"Hm?" Saren terbuyar, lalu tersenyum tipis. "Tadi sore abis ditraktir. Makanya masih kenyang."
Viora mengangguk-angguk seraya mengunyah.
"Ya udah mending lo balik ke mobil lo, daripada lo disini."
Saren menggeleng pelan. "Gue mau lihatin lo."
Ekspresi Viora mendadak geli membuat Saren terdiam lalu berdiri. "Ya udah. Gue ke mobil dulu."
Gerakan mulut Viora yang sedang mengunyah berhenti, ia menatap punggung Saren yang keluar dari tempat tersebut. Lalu lanjut makan.
Baru kali ini Viora makan tidak terlalu fokus pada makanannya karena memikirkan sesuatu.
Ia berdecak pelan dan segera menghabiskan nasi gorengnya. Setelahnya membayar. Lalu bergabung masuk ke mobil Saren.
Pria itu langsung memperbaiki posisi duduknya, lalu memasang sabuk pengaman. Menatapnya sejenak lalu melajukan mobil.
"Gue mau singgah di minirmarket."
"Siap Nyonya." Viora mendengus pelan mendengar perkataan Saren hingga mereka tiba di minimarket tersebut.
"Lo mau apa?" tanya Viora usai melepas sabuk pengaman. Memandang Saren yang membalas pandangannya.
"Beliin durex," Saren mendengus geli, ia pikir Viora akan memukulnya, tapi wanita itu terlihat serius.
"Tisu basah atau hand sanitizer?"
Saren mengerjap pelan lalu tertawa. Membuat Viora menatapnya aneh. "Lo kenapa? Pertanyaan gue ada yang lucu?"
"Gue baru tau kalau durex ada tisu basah sama hand sanitizer-nya?" Saren mendengus geli ia kembali mengamati Viora yang terlihat berpikir.
"Ah... maksud gue carex. Durex merk kondom, kan?" Ekspresi Viora saat ini benar-benar membuat Saren tertawa. Viora mendengus kesal lalu turun begitu saja dari mobil tersebut.
Astaga, kenapa wanita itu lucu sekali? Dibalik sikapnya yang selalu galak dan kasar.
Beberapa saat kemudian, Viora kembali membawa dua tas belanja yang sepertinya baru dibeli wanita itu. Dengan sigap Saren turun dari mobil, mengambil alih belanjaan Viora lalu membuka bagasi.
"Eh gue mau ambil minuman," Viora menginterupsi. Merogoh salah satu tas belanja tersebut untuk mengambil minuman yoghurt juga botol kopi dan segera memberinya pada Saren.
"Thank's," ujar Saren yang dibalas dengan dua alis terangkat.
"Jangan jalan dulu. Gue gak bisa minum kalau mobil jalan," Viora mencegah Saren yang ingin melajukan mobilnya. Saren pun mengurungkan niatnya. Ikut membuka tutup botol minumannya. Lalu meneguknya.
"Lo abis berantem ama June?"
Saren berhenti minum, ia menatap Viora yang kini tanpa ekspresi.
"Luka lo itu bukan karena jatuh, kan? Lo bohong?"
Namanya juga wanita, sudah tau tapi masih saja bertanya.
Saren menghela nafas pelan. "Iya. Gue ama June berantem."
"Kenapa lo bohong?" tanya Viora lagi. "Gue gak suka pembohong."
"Maaf," ujar Saren pelan.
Viora menghela nafas pelan. Saren dan June bertengkar karena dirinya. Hal yang sangat membuatnya tercengang. Kalau saja Nasha yang bercerita, ia pasti tidak percaya. Tapi, Bara yang memberitahunya.
Katanya June mendatangi Saren di unit apartemennya, dan saat Saren membuka pintu June langsung memberi bogeman pada Saren hingga Saren terhuyung. Tentu Saren terkejut dan segera membalas.
"Gue gak mau bikin lo khawatir." Viora yang tadi melamun kembali menatap Saren lalu mendengus pelan.
"Apa sih? Kurang kerjaan banget gue kalau gue khawatir sama lo."
"Siapa tau aja." Saren mengulum senyum. Masih senantiasa menatap Viora yang membuang pandangan ke depan. "June cemburu. Lo tau kalau dia suka sama kamu?"
"Gue gak mau bahas!" ujar Viora tegas membuat Saren bungkam.
Meski Viora enggan membahasnya, ia masih tetap melanjutkan. "Kenapa respon lo kayak gitu? Beda sama respon lo setelah tau kalau gue suka sama lo."
Viora kembali menatapnya. Lalu menghela nafas kesal. "Gue benci ngakuin ini ataupun males nginget pas June ngomong kalau dia mau jadi pacar gue bikin gue syok berat. Lo bayangin, lo temenan selama bertahun-tahun terus tiba-tiba dia ngungkapin perasaan lo ke dia. Itu... kayak.... em... gue...ngue merinding." Viora bergidik ngeri. Jika mengingat tentang June yang memiliki perasaan padanya membuatnya kesal sendiri. Kenapa bisa temannya yang slengean itu memiliki perasaan padanya?
"Dan buat lo. Dari awal kita gak temenan, gue anggap lo itu musuh gue. Jadi respon gue be aja. Gak kayak June," Viora menambahkan.
Saren mengulum senyum, menatap lembut Viora. "Terus sekarang anggap gue apa?"
"Pacar... eh?!" Viora panik sendiri, ia memukul bahkan mencubit lengan Saren bertubi-tubi. "Maksud gue bukan itu! Lo gak boleh denger kata tadi! Lupain!!" Tanpa sadar Viora berteriak.
Saren meredam suara tawanya dengan menunduk membiarkan Viora yang mengguncang tubuhnya masih merengek agar dia melupakan perkataan Viora tadi.
"Kan kita emang pacaran," ujar Saren di sela-sela tawanya dan membuat Viora semakin memberikan pukulan bertubi-tubi padanya. Entah kenapa pukulan Viora tidak terasa sakit. Apakah wanita itu tidak memakai tenaganya?
***
Pacar....eh?!🤭
Viora :😳😤😡🤬
Saren:😍😘🤣☺️
June :😭😭😭😭See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
05/11/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Enemies Be Lovers
Romance•Bittersweet Series 4• _____________ Tuntutan dari orang tua agar ia menikah membuatnya jengah. Ingin rasanya lenyap saja jika setiap harinya di suguhi pertanyaan 'Kapan Nikah?'. Tidak akan teradi perang dunia ketiga jika ia tak menikah, bukan? Usi...