Viora menoleh saat merasakan seseorang berdiri di sebelahnya. Sosok itu adalah Saren yang sepertinya telah membeli tiket untuk nonton. Tidak perlu mengantri karena waktu telah memasuki tengah malam, bahkan pengunjung bioskop tersebut bisa dihitung jari.
Pria itu terlihat mengernyit menunduk menatap tiket ditangannya, membuatnya menegur. "Kenapa lo?"
"Lo serius mau nonton film ini?"
"Serius. Gue gak penakut."
"Kata temen gue bikin merinding."
"Ya karena temen lo penakut." Viora mendengus remeh. Apa Saren yang takut nonton film horor apalagi di waktu sekarang?
Segera ia kembali menghadap ke depan untuk mengambil popcorn yang sudah jadi dan juga minuman. "Mau yang mana? Rasa balado atau caramel?" tanya Viora pada Saren. Pria itu mengambil keduanya. Tidak lupa menentang minuman juga.
"Biar gue yang bawa."
Viora diam saja, ditanya ini malah jawab itu. Sesekali mencomot popcorn rasa balado saat mereka masuk ke teater. Duduk di kursi bagian tengah sesuai dengan yang di pesan Saren.
Awalnya film tersebut biasa saja, tapi saat pertengahan Viora merinding hebat. Baru kali ini menonton film horor membuatnya takut. Bahkan untuk menghabiskan popcorn-nya saja tidak.
Segera ia menoleh ke arah Saren, pria itu ternyata tidur membuatnya mendengus kesal.
Meski merasa takut, tapi Viora tetap menontonnya karena penasaran.
Viora terkejut luar biasa saat masuk ke bagian klimaks film tersebut bersamaan dengan kepala Saren yang bersandar di pundaknya.
Ia dan beberapa penonton lain refleks berteriak.
Benar-benar menegangkan.
Harusnya ia mempercayai perkataan Saren dan tidak mempercayai perkataan June. Katanya film yang berasal dari negeri gajah putih tersebut biasa saja. Pasti June mengerjainya. Ternyata pria itu masih menaruh dendam padanya karena ia tidak membalas perasaannya.
Apanya yang biasa?!
Membuatnya merinding ketakutan seperti ini. Beda dari film horor yang ia pernah tonton sebelumnya.
***
Sepanjang pulang, Viora hanya diam. Membeku karena masih ketakutan, bahkan untuk memukul Saren karena mengejeknya terus menerus, ia tidak ada tenaga sama sekali. Terlanjur lesuh, ditambah mengantuk usai menonton.
Saren sendiri masih tertawa, mengingat bagaimana pucatnya wajah Viora saat lampu teater menyala membuatnya agak tersentak lalu wanita itu pun memberitahunya jika film horor yang diputar tadi benar-benar menegangkan.
Saren menoleh untuk menatap Viora yang bersandar lesuh. Tangan kirinya terulur, hendak mengusap kepala Viora, tapi ia mengurungkan niatnya. Kembali memegang kemudi.
Tersentak saat tangan kirinya di tarik dan digenggam Viora. Wanita itu saat ini tengah terpejam. Ia pun mengusap punggung tangan Viora menggunakan ibu jarinya. Lalu fokus menyetir hingga tiba di rumah Viora.
Melepaskan genggamannya dari tangan Viora, hendak membangunkan tapi ternyata Viora tidak tidur. Wanita itu membuka matanya.
Melihat ke arah luar, lalu menatapnya. "Lo nginep ya."
Saren mengerjap pelan mencoba mencerna perkataan Viora. Apakah itu pertanyaan? Permintaan? Atau malah perintah?
"Hah?" Saren kemudian melongo. Apakah Viora kesurupan? "Vi, lo gak kesurupan, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Enemies Be Lovers
Storie d'amore•Bittersweet Series 4• _____________ Tuntutan dari orang tua agar ia menikah membuatnya jengah. Ingin rasanya lenyap saja jika setiap harinya di suguhi pertanyaan 'Kapan Nikah?'. Tidak akan teradi perang dunia ketiga jika ia tak menikah, bukan? Usi...