Viora menatap Saren, lalu tas ransel yang tersampir di lengan kanan pria itu kemudian Biru yang tangannya digenggam oleh tangan kiri Saren.
Saren menitipkan Biru padanya untuk sehari ini karena di rumah tidak ada orang dan Saren harus ke kantor. Viora tau itu hanya alasan Saren, karena Saren ingin ia dan Biru menjadi akrab.
Bukan seperti tom and jerry yang selalu bertengkar jika bertemu. Biru yang selalu dengan terang-terangan menunjukkan rasa tidak suka padanya, dan ia yang tidak perlu repot-repot bertingkah manis agar Biru menerima kehadirannya.
Sedari tadi Biru merengek, enggan dititipkan di rumah Viora. Mengatakan jika ada Mbak Rum di rumah menemaninya atau ingin ikut dengan Daddy-nya ke kantor.
"Gak ada anak kecil ke kantor Daddy!"
Biru memicing kesal. "Nora sering ke sana!"
"Ya karena Papinya yang punya kantor! Di sini aja sama Mami kamu!"
"Dia bukan Maminya Biru!"
"Mami kamu!"
"Bukan!"
"Biru!"
"Daddy!"
"Stop!!" pekik Viora menghentikan dua orang tersebut. Segera Viora meraih ransel milik Biru, juga tangan Biru, tapi Biru segera menepis tangannya. Mata Viora memicing tajam, dan dibalas dengan hal serupa membuat Saren yang melihat tersebut mendadak gusar. Apa ini keputusan yang baik? Membiarkan Biru bersama Viora?
"Vi, gak pa-pa kan... kalau kamu keberatan, biar Biru..."
"Oh gak pa-pa kok, Sayang. Aku bisa tanganin anak nakal ini!"
Biru mendelik kesal mendengar perkataan kekasih Daddy-nya itu. "Biru gak nakal!"
Dan tentu Viora bukan Saren yang akan meladeni perkataan bocah itu. Saren hendak meladeni, tapi ia segera menyuruh pria itu untuk pergi ke kantor.
"Hari ini kenapa kamu gak sekolah?" Meski tau alasan Biru tidak sekolah karena gedung sekolahnya baru saja terkena kebakaran membuat sekolah tersebut diliburkan selama beberapa hari.
"Libur," jawab Biru malas. Ia mengamati rumah tersebut yang menurutnya sangat kecil. Kemudian duduk dengan angkuh di sofa tepat depan televisi. "Aku mau nonton."
"Nyalain sendiri!" ujar Viora malas. Pertanyaannya yang tidak disambut baik membuatnya kembali malas meladeni bocah nakal itu. Ia hendak membuka kulkas, tapi diurungkan saat tidak mendengar suara Biru. Juga suara televisi menyala.
Mata Viora berpendar mencari keberadaan Biru. "Biru!" Beberapa kali memanggil bocah itu. Mencarinya ke dalam kamar juga ke dalam kamar mandi. Segera ia keluar dari kamar. Melihat pintu pagar terbuka membuatnya menyimpulkan jika Biru keluar.
Apakah bocah itu kabur?!
Segera Viora berjalan tergesa-gesa mengelilingi area perumahan tempatnya tinggal. Bertanya pada orang-orang yang dilewatinya, tapi tidak ada satupun melihat sosok anak kecil. Viora bertanya pada satpam kompleks dan tidak ada juga yang melihat Biru. Jadi, dua satpam tersebut membantunya mencari Biru.
Perumahan yang ia tempati begitu luas, jadi Viora kesusahan mencari Biru.
Menggigit bibirnya cemas. Kalau ia beritahu Saren, nanti Saren marah.
Karena lelah dan merasa haus, Viora memilih duduk di pinggir, tepat di bawah pohon yang rindang. Waktu sudah masuk siang membuat terik matahari semakin panas.
Kepala Viora menegak saat mendengar suara langkah kaki. Sosok Biru yang dengan santai menjilat es krim kini berdiri di depannya.
Kedua tangan Viora terkepal kuat, wajahnya semakin memerah antara panas dan kesal luar biasa. Ia yang kalang kabut mencari bocah itu, tapi ternyata bocah itu malah asik memakan es krim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Enemies Be Lovers
Romance•Bittersweet Series 4• _____________ Tuntutan dari orang tua agar ia menikah membuatnya jengah. Ingin rasanya lenyap saja jika setiap harinya di suguhi pertanyaan 'Kapan Nikah?'. Tidak akan teradi perang dunia ketiga jika ia tak menikah, bukan? Usi...