Viora mengernyit menatap kedatangan Nasha di rumahnya. Temannya itu menyengir lebar membuat perasaannya mendadak tidak enak.
Tatapannya beralih pada paper bag berada di masing-masing ibu hamil tersebut. Jika dilihat-lihat, bukan makanan.
"Itu apaan?" Membiarkan Nasha masuk seorang diri, yang ia tebak datang menggunakan taksi.
""Perlengkapan lo buat kencan." Nasha tertawa. Lalu memeluk Viora, berjinjit, karena perbedaan tinggi mereka. "Akhirnya lo laku juga, Vi."
"Heh?" Viora mendadak bingung, ia melepaskan pelukan Nasha dari dirinya. "Maksud lo apaan sih?"
"Ih! Kata Saren kalian udah jadian, terus Saren minta bantuan dari gue biar bantuin lo prepare buat kencan kalian nanti!" jelas Nasha menggebu-gebu. Terkejut luar biasa saat Saren menghubunginya, mengatakan jika pria itu telah jadian dengan temannya yang jomblo lumutan. Juga memberitahu jika Saren telah menyiapkan pakaian serta peralatan make up untuk Viora yang langsung dikirim ke rumahnya.
Entah kenapa bukan ke rumah Viora langsung. Mungkin cemas jika Viora membuangnya.
"Sarap tuh anak! Kami cuma pura-pura pacaran!" Viora menggerutu kesal seraya menghempaskan tubuhnya ke sofa.
Gerakan tangan Nasha yang ingin mengeluarkan gaun dari paper bag berhenti, ia menatap Viora yang terlihat kesal. Lalu tawanya menyembur keluar. Menggelegar.
"Astaga! Segitu ngenesnya lo, sampai ajakin Saren pura-pura pacaran? Pasti gara-gara kejadian kemarin, ya? Lo takut nyokap lo desak lo nikah lagi, makanya lo ajakin Saren jadi pacar boongan lo?" Nasha menebak. Ia pun awalnya agak ragu jika Saren dan Viora pacaran, tapi karena kelewat bahagia akhirnya temannya punya pacar, makanya ia tidak berpikiran sampai jauh.
"Iye. Dan gue koreksi, Saren yang ajakin gue," ujar Viora malas. Ia membuang pandangannya. Enggan menatap Nasha yang tersenyum menggoda.
Lalu kembali menatap Nasha saat wanita itu mengeluarkan ponselnya. Perasaan Viora mendadak cemas lagi, ia segera merebut ponsel Viora. "Mau ngapain lo?!"
"Ih Vio! Gue cuma mau ngasih tau temen-temen kalau lo udah punya pacar!"
"Gak usah! Lagian gue sama Saren gak pacaran beneran!" ujar Viora galak.
"Kalau gak pacaran beneran, tapi kenapa Saren mau ajakin lo kencan?" Nasha mengerutkan kening heran. Merasa ada yang janggal. Perlakuan Saren pada Viora layaknya seorang kekasih. Sampai-sampai Saren akan membelikan keranjang bayi seharga puluhan juta agar ia mendandani Viora untuk pergi kencan dengan pria itu.
"Gak tau tuh orang. Kayaknya dia ngenes juga makanya mau rasain punya pacar." Viora mendengus kesal. Membayangkan berkencan dengan Saren membuatnya merinding.
"Saren playboy, by the way. Gue rasa dia gak sengenes elo." Nasha menyengir saat Viora mendelik kesal padanya. Entah wanita itu kesal karena cemburu mengetahui Saren yang playboy atau karena dikatai mengenaskan. "Udah ah! Buruan lo mandi. Abis itu gue make-upin lo!"
"Gue gak mau!" Viora menepis tangan Nasha saat Nasha ingin menariknya berdiri.
Nasha berkacak pinggang. "Vi, ayolah. Lo hidup dua puluh tujuh tahun. Masa remaja lo gak pernah lo gunain buat cinta-cintaan padahal saat masa itu seru banget. Terus pas masa kuliah juga, lo gak nikmatin, dan sekarang pas lo udah dewasa lo gak mau nikmatin juga? Emang lo sekarang punya duit melimpah. Apapun lo bisa beli. Dan pertanyaan gue, apa lo nikmatin?"
Viora terdiam mendengar perkataan Nasha.
"Lo bahagia?" Dan Viora semakin bungkam. "Vi, gak selamanya lo bakal hidup sendiri, kan? Ini kesempatan lo buat mengenal cinta. Perasaan ke lawan jenis. Buktiin kalau lo itu masih normal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Enemies Be Lovers
Romance•Bittersweet Series 4• _____________ Tuntutan dari orang tua agar ia menikah membuatnya jengah. Ingin rasanya lenyap saja jika setiap harinya di suguhi pertanyaan 'Kapan Nikah?'. Tidak akan teradi perang dunia ketiga jika ia tak menikah, bukan? Usi...