Bagian 34 : Dibawain Bekal

3.2K 446 18
                                    

Menyemprotkan parfum ke pergelangan tangan juga leher. Kemudian menyisir rambutnya. Melihat penampilannya di depan cermin.

Viora merasa aneh melihat pantulan dirinya saat ini.

Mengenakan gaun selutut tanpa lengan berwarna biru navy, kerahnya melingkar di leher. Ia juga menggunakan riasan di wajahnya.

Padahal Viora hanya ingin mengantar makan siang untuk Saren, kenapa ia malah berdandan seperti ini?

Apalagi make up-nya....

Viora segera menghapus riasan pada wajahnya, mencuci muka. Kembali menggunakan sun screen. Kemudian melepas gaun tersebut, menggantinya dengan baju kaos berwarna putih kemudian mengenakan hoodie berwarna mint dipadukan dengan celana jeans. Mengikat rambutnya. Lalu memakai bedak, juga lisptik. Tidak semenor tadi.

Menghela nafas pelan, ia segera keluar dari kamar usai menyandang tas salempangnya. Mengambil tote bag berisi food container. Kemudian keluar dari rumah, menaruh tote bag di dalam bagasi motor.

Mengendarai motor kesayangannya menuju ke tempat kerja Saren.

Setelah tiba, ia memarkir motor lalu bertanya pada security letak kantin kantor tersebut. Mengikuti arahan security, ia pun tiba di kantin. Lalu mengambil bangku yang kosong kemudian menghubungi Saren.

"Hah? Serius ada di sini?" Seperti dugaannya, Saren terkejut, ia mendengar langkah tergesa-gesa membuatnya mengulum bibir untuk menahan senyumnya.

"Lo lagi gak makan di luar, kan?" Viora menjaga agar intonasi nada bicaranya biasa saja.

"Enggak. Gue lagi turun tangga nih."

"Kok gak pake lift?"

"Lama! Keburu lo pulang."

Viora tidak bisa mencegah agar senyumnya tidak merekah. Saren tidak memutus panggilan telepon sehingga ia bisa mendengar suara grasak grusuk di seberang sana.

Astaga!

Pria itu benar-benar lewat tangga. Padahal lewat lift lebih cepat, bukan?

Tidak berapa lama Saren tiba dengan nafas tersengal. Segera duduk di hadapan Viora seraya mengatur nafasnya. Pria itu berkeringat.

"Serius turun pake tangga? Gak pake lift?"

Saren menyengir seraya menyeka keringat di keningnya. "Iya. Kalau jam segini naik lift lambat banget. Banyak orang yang mau turun." Menerima tisu saat Viora memberinya. Juga wanita itu menyuruhnya minum. "Ada apa nih bawain gue makanan?"

Gerakan tangan Viora yang hendak mengeluarkan food container dari tote bag berhenti. Kini wajahnya tanpa ekspresi. "Gak jadi..."

"Eh jangan marah dong." Segera Saren menyela, ia pun mengambil alih tote bag tersebut lalu mengeluarkan isinya. Membuka food container juga wadah berbentuk bulat yang berisi sup ayam. "Terima kasih."

"Santai aja kali! Dan gak usah senyum lebar!" ujar Viora ketus. Membuat Saren merubah senyumnya menjadi tipis.

Lalu senyum pria itu berganti menjadi senyum geli saat melihat perkedel kentang di dalam wadah tersebut berbentuk hati. Kemudian ia menatap Viora yang langsung membuang pandangan.

"Em... itu... Nina yang bikin perkedel itu," ujar Viora terbata-bata. Ia hendak berdiri, tapi Saren segera menahan pergelangan tangannya.

"Ck! Kenapa sih panik banget?"

"Tau ah! Mending lo makan aja deh, gak usah lihatin gue mulu."

Saren tersenyum geli. Ia pun menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Kemudian memuji betapa lezatnya makanan Viora. Bisa menangkap wanita itu tersenyum.

Bittersweet Enemies Be LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang