"Lo ngobrol apaan sama June?"
Baru masuk ke dalam mobil, Viora sudah ditodong pertanyaan dari Saren yang telah masuk lebih dulu. Pria itu menatapnya penuh penasaran.
"Bukan urusan lo," balas Viora ketus. Merasa risih dengan sikap kepo Saren.
"Gue gak lajuin nih mobil kalau lo gak mau jawab." Saren memberi ancaman. Melihat Viora hendak turun dari mobil, segera ia menekan tombol kunci mobil. Wanita itu melotot yang ia balas dengan cengiran.
"Lo ngeselin banget!"
"Oh I'am."
Viora mendengus kesal seraya membuang pandangannya. Saren pun mengalah, ia segera melajukan mobilnya meninggalkan rumah Akram dan Odit. Dalam perjalanan, keduanya bungkam. Tidak ada di antara mereka yang ingin memecah keheningan hingga tiba di rumah Viora.
"Dih ngambek," ejek Viora setelah melepas sabuk pengamannya. Saren meliriknya tanpa ekspresi.
"Lo tau gak kalau dalam hubungan itu, kalau pacarnya ngambek diapain?" tanya Saren tanpa menatap Viora.
"Dipukul," jawaban Viora membuat Saren mendengus kesal, ia melirik wanita itu yang berekspresi datar.
"Nih," Saren menunjuk pipinya. "Biar pacar lo gak ngambek, lo..." Belum selesai perkataan Saren, Viora sudah menampar pipi Saren.
"Dah gak usah ngambek." Setelahnya Viora turun dari mobil, tidak mengacuhkan Saren yang mengusap pipinya yang terasa panas. Tapi, ada yang membuat Saren bahagia.
Lewat perkataan Viora, ia mengartikan jika Viora telah menganggapnya kekasih, bukan? Senyumnya merekah. Sepertinya ia akan mimpi indah malam ini.
***
Jika Mama tidak ada kesibukan di toko saat pagi hari, maka Mama akan ke rumah Viora membawa sarapan untuk Viora. Tapi, kali ini Viora tau maksud kedatangan Mama. Bukan hanya membawa sarapan, tapi juga untuk meminta maaf karena kejadian beberapa hari yang lalu.
Meski tidak terlontar langsung, Viora tidak akan mendesak Mama.
"Kok Nina gak anterin Mama?" tanya Viora. Rasa marah yang ia rasakan tidaklah tertanam dalam hati pada orang tuanya. Bahkan setelah kejadian itu, ia merasa bersalah. Berniat ke rumah orang tuanya untuk meminta maaf, tapi Mama yang lebih dulu ke rumahnya.
"Nina lagi ke kampus. Katanya jadwal kelasnya dimajuin," ujar Mama seraya menyiapkan makanan yang dibawa.
Viora pamit untuk ke kamar mandi dahulu, saat keluar ia tercengang saat melihat Saren kini duduk di salah satu kursi makan. Mengobrol santai dengan Mama.
"Ngapain lo ke sini?" suara Viora tertahan, ekspresinya begitu kesal. Lalu tersadar saat Mama menatapnya kemudian ia menyengir. "Kok lo gak ngomong sih kalau mau ke sini?" Meremas pundak Saren, atau lebih tepatnya mencengkeram, menghantarkan perasaan kesalnya. Pria itu meringis pelan, tapi tetap tersenyum.
Saatnya berakting!
Itulah arti tatapan Viora pada Saren.
"Beneran kalian pacaran?" Pertanyaan Mama membuat keduanya menoleh.
"Iya Tante. Baru aja dua minggu." Saren yang menjawab sementara Viora memilih duduk dan mengambil piring.
"Oh baru..." Mama mengangguk pelan, ia melirik Viora yang tidak jadi makan menatap Mama dan Saren bergantian. "Kok bisa pacaran?"
Mulut Viora terbuka, hendak menjawab, tapi keduluan Saren. "Vio ternyata suka sama saya Tante, terus saya juga suka sama Vio. Ngapain berteman kalau suka sama suka, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Enemies Be Lovers
Romance•Bittersweet Series 4• _____________ Tuntutan dari orang tua agar ia menikah membuatnya jengah. Ingin rasanya lenyap saja jika setiap harinya di suguhi pertanyaan 'Kapan Nikah?'. Tidak akan teradi perang dunia ketiga jika ia tak menikah, bukan? Usi...