Viora menekuk wajahnya kesal sesekali menepis tangan Saren yang ingin menggandeng tangannya. Membiarkan Auri dan anaknya berjalan lebih dulu. Setelahnya ia menjitak kepala Saren. Lalu melewati Saren begitu saja. Kemudian masuk ke dalam ruang perawatan June. Pria itu sedang disuapi oleh Mamanya. Melongo melihat kehadirannya. Tapi, kemudian tersenyum cerah.
"Vi, bukannya lo mau pulang? Atau jangan-jangan gak jadi pulang karena kangen sama gue?"
Viora hanya berdecak pelan merespon perkataan June.
"Eh ngapain pacar orang kangen sama lo?" Celetukan Auri membuat June menatap kakak sepupunya itu.
June mengernyit heran. Lalu kembali menatap Viora. "Lo udah jadian ama Pak Aji?"
Viora menghunuskan tatapan kesal pada June yang terlihat terkejut. Rasanya ia ingin menjitak kepala June.
"Gue kira lo suka sama Vio, Dam?" celetuk Auri membuat June semakin melotot.
"Ngadi-ngadi lo!" sahut June kesal membuat Auri tertawa.
"Kalau pun Dami suka sama Vio, tapi Vio gak bakal balik suka, kan?" Mama menyahut membuat June semakin kesal. Kini Viora ikutan tertawa.
"Bener Tante. Udah tau busuknya, jadi gak mau," ujar Viora.
"Permisi," sahutan tersebut menyentak mereka. Sosok Saren tersenyum, berdiri di ambang pintu.
"Siapa?" tanya Mama, lalu menatap June. "Bukan pacar kamu kan, Dam?"
"Astaga Mama! Walaupun aku gak normal gak mungkin lah dia kujadiin pacar. Mukanya aja udah kelihatan brengsek," gerutu June kesal.
"Secara gak langsung ada kemungkinan lo gak normal?" sahut Auri membuat June rasanya ingin membanting dirinya sendiri.
"Bully aja gue terus! Emang gue pantes dibully!" June mendengus kesal lalu menatap Saren yang terkikik. "Ngapain lo ke sini?"
"Nah itu Dam pacarnya Vio," Auri yang bersuara. Viora melotot dan segera menggeleng.
"Lah bukan Kak. Dia ini tukang ojek," ejek June pada Saren yang berdecak pelan.
"Lebih tepatnya kerja di kantornya LeGo," Saren memberi koreksi.
"Ah kenal Bang Iyo dong?" sahut Auri.
"Sepupu gue, Kak. Bokapnya ama bokap gue saudara kembar," jawab Saren.
"Ah gitu." Auri mengangguk mengerti.
"Kenapa lo gak bawa bingkisan? Kalau gak bawa gak usah masuk ke sini," sahut June agak ketus.
"Gak boleh gitu. Masuk aja Nak. Yang penting kamu beneran bukan pacarnya Dami, kan?" ujar Mama penuh selidik.
"Mama! Aku masih normal!" pekik June tertahan.
"Bohong Tan. Kapan hari itu, dia jalan berdua sama laki-laki. Kayaknya kualat, makanya sekarang kecelakaan," ujar Viora tertawa mengejek June yang wajahnya memerah karena kesal.
"Duh. Bahaya nih Tan. Kasih tau Pak Mahabrata secepatnya biar Dami dieksekusi!" Auri berseru heboh. Pak Junaidi Mahabrata adalah Papa June saudara Ibu Maharani.
"Semuanya berhenti, gue gak sanggup lagi!"
"Mommy, ini semua buahnya gak enak."
Semuanya tertuju pada Zian yang menunjukkan keranjang buah yang dibawa Auri juga tas belanjaan yang di bawa Viora tadi berisi beberapa makanan ringan.
"Zian, itu punyanya Om!" pekik June melihat semua buah telah digigit Zian bahkan buah anggur telah dicabut dari tangkainya dan kulitnya dikelupas. Juga bungkus cemilan sudah dibuka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Enemies Be Lovers
Romance•Bittersweet Series 4• _____________ Tuntutan dari orang tua agar ia menikah membuatnya jengah. Ingin rasanya lenyap saja jika setiap harinya di suguhi pertanyaan 'Kapan Nikah?'. Tidak akan teradi perang dunia ketiga jika ia tak menikah, bukan? Usi...