Seperti yang Odit katakan dua hari yang lalu, akhir pekan ini rumah wanita itu diadakan acara makan-makan bersama dengan teman-temannya. Menjadikan halaman rumah Odit sebagai tempat acara BBQ. Layaknya piknik, menggelar tikar lebar. Di atasnya sudah ada berbagai macam kudapan manis, juga empat tungku yang di atasnya terdapat panci berisi kuah seblak yang sudah mendidih. Segera Odit dan Salena mengisinya dengan isian berbeda di setiap masing-masing panci. Ada seblak kuah pedas, seblak ceker, seblak seafood kuah pedas dan seblak makaroni bakso yang bisa dikonsumsi anak-anak karena tidak pedas.
Sementara di karpet lain terdapat anak-anak yang ditemani Akram dan Rasya yang asik mengobrol seraya mengawasi anak-anak.
Di tempat memanggang daging dan sosis ada Bara dan June yang khusyuk memanggang.
"Pah, bagi dong," rengek Nasha pada Bara yang langsung mendelik menjauhkan piring yang terdapat daging yang sudah ia panggang dari istrinya tersebut.
"Mah, dari tadi Mamah makan daging lho," ujar Bara tetap bersabar. Ia tak makan sedikit pun padahal wajahnya rasanya terbakar karena terlalu lama berada di depan panggangan. Hanya Nasha yang terus menerus makan.
"Maunya anak mu!" Bara menghela nafas pelan, segera memberikan piring tersebut pada Nasha yang langsung sumringah.
"Gak jadi makan daging gue, bisa-bisa leher gue tegang terus marah-marah," Bara memutuskan berhenti memanggang karena Nasha tidak akan ada berhentinya memakan BBQ, ia beralih duduk. Lebih baik menikmati seblak yang telah jadi.
"Papah!" Tidak mengacuhkan Nasha yang merengek, tau jika daging BBQ sudah habis di lahap Nasha.
Nasha mendengus pelan, ia menatap June. Atau lebih tepatnya piring June yang banyak dagingnya yang telah di panggang.
June mendelik tajam pada Nasha, menjitak kepala wanita itu. "Lo jangan curi-curi pandang ke daging gue!"
"Pelit banget! Lagian bukan lo yang beli daging!" gerutu Nasha kesal seraya mengusap kepalanya.
"Emang bukan, tapi gue yang panggang. Jangan mau enaknya aja lo!"
Nasha memilih tidak mengacuhkan June, meninggalkan pria itu memanggang sendiri. Bergabung dengan lainnya yang sedang menikmati seblak.
"Mau itu, Mami." Gadis berusia delapan tahun itu menunjuk seblak seafood yang langsung digelengi Odit.
"Itu pedas Nak, yang makaroni aja ya?"
Zidny merengek.
"Kakak dengerin Mami, lagian Kakak gak bisa makan seafood nanti alergi lho," sahut Akram. Lalu menunjuk mangkuknya. "Mau coba ini?"
Zidny langsung menunjukkan ekspresi ngeri saat melihat kaki ayam di mangkuk Papi-nya. Lalu menggeleng pelan.
Akhirnya gadis kecil itu memilih makan seblak makaroni. Lalu meminta untuk duduk di sebelah Shalita yang memakan seblak kuah pedas membuat Zidny tergiur mencobanya. Meminta Shalita menyuapkan kuahnya, segera Shalita memberinya. Karena tidak terbiasa makan pedas akhirnya Zidny menjerit kepedasan.
"Dia sendiri yang minta!" Sebelum orang-orang menyalahkannya Shalita membela diri, ia merengut takut dimarahi Aunty Odit dan Uncle Akram.
"Gak usah takut, Sayang. Emang ini anak bandel banget," omel Odit seraya memberikan air minum untuk Zidny yang masih merasakan pedas.
"Minum susu." Akram yang tadi langsung berlari masuk ke dalam rumah untuk mengambil susu, memberikannya pada Zidny yang langsung meneguknya.
"Zisel mandiri banget, ya?" ujar Salena menatap Zisel yang makan dengan sendirinya, meski lebih banyak mengacak-acak kuah yang sudah dingin tersebut. Duduk bersebelahan dengan Shara yang kurang lebih sama persis cara makan mereka berdua, berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Enemies Be Lovers
Romansa•Bittersweet Series 4• _____________ Tuntutan dari orang tua agar ia menikah membuatnya jengah. Ingin rasanya lenyap saja jika setiap harinya di suguhi pertanyaan 'Kapan Nikah?'. Tidak akan teradi perang dunia ketiga jika ia tak menikah, bukan? Usi...