Bagian 31 : Cowok Gue

2.8K 427 14
                                    

Semua hancur dilahap si jago merah. Kos-kosan pertama milik Vio tak tersisa sama sekali. Tidak ada korban jiwa karena para penghuni kos berhasil keluar sebelum api menyebar dan membesar. Kebakaran terjadi karena arus pendek listrik. Tiga mobil pemadam kebakaran yang datang untuk memadamkan si jago merah tersebut.

Viora mengalami kerugian besar.

Meski masih memiliki kos-kosan lain, ia tetap merasa sedih karena kos-kosan tersebut adalah usaha pertamanya. Bagaimana perjuangannya meminjam uang, membeli lahan, membangun dan lain-lain. Semuanya tidak dalam sekejap mata.

Tapi, orang-orang tidak ada yang mengerti dengan hal itu. Karena ia masih memiliki kos lain, orang-orang beranggapan jika ia tidak perlu bersedih karena sumber penghasilannya tidak sepenuhnya hilang.

Sejak kejadian itu Viora mengurung diri di rumah, tidak menerima tamu apapun yang ingin menghiburnya. Karena hiburan mereka tidak menenangkan Viora. Hanya seperti, 'Gak usah sedih, nanti ada gantinya kok'.

Meski orang-orang menyerah karena keras kepalanya, hanya Saren yang gigih datang ke rumahnya. Meski tidak bertemu denganny, pria itu selalu menaruh makanan di depan pintu rumah. Akan mengirim chat padanya.

Hari itu saat ia selesai membuang sampah, ia bertemu dengan Saren. Pria itu terlihat terkejut melihatnya seakan melihat hantu membuatnya mendengus kesal. Segera ia masuk ke rumah, hendak menutup pintu, tapi Saren menahannya.

"Vi, mau sampai kapan sih lo begini?" ujar Saren memelas. Viora mendorong pundak Saren. Ekspresinya datar.

"Terus lo mau ngomong apa lagi? 'Gak usah sedih, nanti ada gantinya kok'. Atau, 'lo masih punya kos-kosan yang lain'. Bosan gue dengernya. Lo gak ngerti dan ngerasin apa yang gue alami. Gue bangun kos-kosan itu gak langsung jadi. Gue minjem duit sana-sini. Awal buka bisnis itu gak langsung lancar, Ren. Cuma satu bahkan sampai tiga doang yang ngekos. Jadi, gue harus promosi sana-sini. Gak ada yang ngertiin gue!"

Viora meledak, meluapkan semua rasa sedih dan amarahnya pada keadaan yang menimpanya. Jatuh merosot dan menangis meraung-raung.

Viora terdiam sesaat saat merasakan pelukan di tubuhnya. "Oke, gue emang gak pernah ngerasain apa yang lo rasain. Gue gak ngerti sama sekali. Orang-orang pun juga gak ngerti. Perjuangan lo yang bangun usaha lo itu dan apa yang menimpa lo saat ini. Maafin gue yang cuma selalu ngomong, 'gak usah sedih bakal ada gantinya'. Maafin gue yang gak ngertiin lo."

Viora kembali menangis, menggelamkan wajahnya di dada Saren. Mencengkeram erat lengan kemeja yang di kenakan pria itu. Keduanya berpelukan di depan pintu.

"Udah ya nangisnya. Kalau mau nangis, nanti aja lanjut. Lo makan dulu, ya?" ujar Saren lembut usai mengurai pelukan, mengusap lembut pipi Viora yang basah akibat air mata.

"Awas kalau lo ngeledek gue cengeng!" ujar Viora ketus. Mulai sadar jika menangis didepan Saren.

Saren tersenyum geli. "Gak bakal." Terdiam sejenak. Lalu kembali berujar, "Sesekali gak pa-pa, kan?"

"Dasar!" Viora memberikan cubitan bertubi-tubi pada perut Saren. Bukannya merasa sakit, Saren malah merasa geli. Membuat pria itu terkikik. Bahkan Viora mencubit puting dadanya membuat Saren melotot, wanita itu tersenyum lebar.

"Mau gue balas!" Segera kepalanya ditoyor Viora lalu wanita itu mengambil bungkusan makanan yang dibawanya, masuk lebih dulu ke dalam. Saren pun berdiri, ikut masuk dan tidak lupa menutup pintu.

Membuat June yang sedari tadi mengintip tidak bisa lagi melihat apa yang akan dilakukan dua orang itu.

June menghela nafas kasar. Ia menatap bungkusan makanan yang dipegangnya. "Keputusan buat mundur udah tepat, Dam."

***

"Morning pacar!" Seruan tersebut membuat Viora terkejut saat membuka pintu dan melihat Saren yang tersenyum lebar. Ia meraup wajah pria itu lalu mendorongnya agar tidak menghalangi jalannya. Tidak lupa mengunci pintunya.

"Lo pagi-pagi ke sini emang gak ada kerjaan?" ujar Viora pada Saren.

"Kan libur."

"Maksud gue, lo gak nikmatin waktu liburan lo buat tidur?"

"Gue mau nikmatin waktu libur gue sama lo."

Viora hanya mendengus pelan menanggapi perkataan pria itu. Ia pun melangkah menuju motornya. "Eh mau ke mana?"

"Nagih uang kos." Viora bersiap naik ke atas motornya, tapi Saren menahannya.

"Gue temenin. Yuk, naik mobil aja."

"Lebih cepat naik motor."

"Oh ya udah. Naik motor aja." Viora melongo saat Saren naik ke atas motor bagian belakang. Maksudnya Viora yang menyetir, gitu?

"Gue yang nyetir?"

Saren mengangguk pelan. "Gue gak tau bawa motor." Lalu menyengir lebar.

"Bohong! Lo mau modus, kan?!" Saren mengaduh pelan saat Viora memukul pundak kanannya. Ia kembali menggeleng.

"Suwer! Gue gak bohong. Kalau gak percaya..." Saren merogoh saku celananya lalu mengeluarkan ponsel. "Telpon Mami gue nih." Saren menekan tombol telepon membuat Viora melotot, hendak mematikan, tapi sudah di jawab.

"Halo Ren, mau ke rumah, Nak?"

"Besok aja ya, Mi."

"Ck! Kalau gak mau ke rumah hari ini ngapain nelpon?!" Saren meringis mendengar omelan Mami, sementara Viora tersenyum meledek padanya.

"Mi, aku gak bisa nyetir motor, kan?"

"Lah kenapa nanya Mami?"

"Jawab aja Mi!"

"Iya gak bisa. Eh jangan-jangan kamu mau belajar nyetir motor, ya? Jangan! Nanti kamu jatuh!" Mami pun mulai mengomeli Saren layaknya anak kecil.

"Biru mana, Mi?"

"Keluar sama Papi mu. Awas ya kalau kamu nyetir motor!"

"Gak kok." Saren menyengir, setelah sambungan terputus. "Udah percaya, kan?"

"Dasar anak Mami," ledek Viora lalu naik ke bagian depan. "Jangan modus lo, ya?"

"Iya."

Keduanya pun menuju ke tempat kos-kosan milik Viora. Sepanjang perjalanan, mereka mengobrol. "Rencananya kos-kosan lo yang kebarakan tuh gimana?"

"Sisa kebakarannya mau dihancurin dulu terus diratain. Mau bangun lagi sih, tapi gak dalam waktu dekat ini. Mau kumpulin duit dulu."

Hingga mereka tiba, Saren duduk di kursi yang ada di teras. Menunggu Viora yang masuk ke dalam.

Sementara Viora mulai menagih. "Jangan tunda-tunda ya, gue baru aja dapet musibah."

"Iya Mbak. Gak kok."

"Mbak, ada temen gue mau tinggal di sini selama sebulan bareng di kamar gue."

"Asal bukan cowok."

"Ih bukan kok Mbak. Gak ada uang tambahan, kan?"

"Gak ada. Santai aja. Yang penting gak bikin rusuh."

Setelah selesai, Viora keluar. Matanya memicing tajam saat salah satu anak kosnya mengajak Saren bicara. "Gak usah ganjen ya sama cowok gue!"

Kedua orang itu tersentak. Si anak kos langsung melipir kabur.

"Cuma nanya doang, gue tamunya siapa," jelas Saren seraya bangkit. Menghampiri Viora. Lalu menyeringai, "Cowok gue?"

Wajah Viora memerah, ia segera melangkah tergesa-gesa menuju motornya. Tentu Saren mengekori masih menggodanya dengan perkataan. 'Cowok gue'.

Viora menyesal mengatakan dua kata itu.

***

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
20/11/21

Bittersweet Enemies Be LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang