Bagian 13 : Love

3.5K 499 10
                                    

Saren mendengus kesal saat membuka pintu unitnya dan menemukan June yang berdiri, ia melongokan kepala untuk mencari sosok Viora. "Vio mana?"

"Lo pura-pura sakit, ya?" June memicing tajam pada Saren, Viora telah menceritakan apa yang terjadi hingga wanita itu menyuruhnya untuk naik ke lantai 12 ke unit Saren untuk mengambil ponsel Viora yang tertinggal.

"Tadi gue sakit. Abis minum obat, jadi mendingan. Ngapain lo ke sini? Mau minta makan?" Saren tertawa saat June memukul lengannya. Kondisi Saren belum sepenuhnya fit, tapi kepalanya sudah tidak seberat tadi. Mungkin karena efek obat demam yang ia minum ditambah tadi sudah tidur.

"Gue mau ambil hapenya Vio."

"Suruh dia yang ambil sendiri." Sebelum June protes, Saren segera menutup pintu unitnya. June menggedor pintunya dan ia berteriak mengancam akan melapor pada pihak kemanan jika June tidak berhenti. Akhirnya June berhenti dan pergi dari sana.

Sarena menunggu....

Hingga tidak berapa lama bel berdenting. Ia membuka pintu dan menemukan Viora yang tanpa ekspresi di wajahnya. "Hei Vi..."

"Mana hape gue?"

"Emang lo taruh di mana, sih? Gue nyari gak dapet," ujar Saren dengan suara lemah. Membiarkan Viora masuk ke apartemennya. Tapi langkah wanita itu berhenti sebelum masuk lebih dalam. Membuatnya mengernyit apalagi saat Viora kembali menatapnya.

"Nyokap lo udah balik?"

"Iya. Emang kenapa?"

"Oh. Gak pa-pa. Gue gak mau aja disangka salah satu cewek lo," ujar Viora ketus.

Saren tertawa. "Pede banget lo." Viora hanya mendelik lalu masuk ke kamar Saren mulai mencari ponselnya. Mencoba mengingat letak ia menaruh ponselnya.

"Perasaan ada di sini deh." Viora menunjuk meja nakas sebelah ranjang. Lalu ia menatap Saren yang duduk bersandar di sofa yang sedari tadi diam mengamatinya. Pria itu benar-benar sakit karena jika kondisinya fit, sudah pasti akan mengoceh tidak hentinya. "Coba lo hubungi."

"Tuh hape gue." Saren mengendikkan kepala ke arah ranjang, posisi letak ponselnya. Segera Viora meraihnya lalu memberikan padanya. Membuatnya mendongak menatap bingung wanita itu.

"Lo mau gue geplak pake nih?! Cepet ambil!" desis Viora kesal membuat Saren menyengir lalu mengambil ponselnya. Kemudian menghubungi nomor Viora yang sudah tidak aktif.

"Kayaknya batrenya habis deh," gumam Saren, ia bisa melihat ekspresi Viora yang resah membuatnya berusaha keras menahan diri agar tidak tersenyum.

"Semuanya gara-gara lo!" Viora menjitak kepala Saren membuat Saren mengaduh sakit. Kini mengelus kepalanya. "Lo harus cari!" Titah Viora galak.

"Cari di mana?"

"Ya mana gue tau! Kalau gue tau, gue gak bakal nyuruh lo yang nyari! Cepetan!" Viora mendorong pundak Saren agar pria itu segera berdiri, tapi Saren tetap duduk lemah.

"Gue masih sakit," ujar Saren lemah. Menatap memelas Viora.

"Sial!" desis Viora kesal seraya berdecak pelan. Kini ia kembali menjelajahi kamar Saren bahkan membuka lemari pakaian pria itu.

Gerakan tangan Viora berhenti, lalu menoleh menatap Saren yang masih pada di tempatnya. "Lo gak sembunyiin, kan?"

"Kurang kerjaan banget gue," ujar Saren malas, kini beranjak untuk tidur kembali. Tidak mengacuhkan Viora yang terlihat frustasi.

"Saren!"

Saren yang posisinya tengkurap, terkikik tanpa suara. Sangat puas mendengar nada suara Viora yang kesal.

Bittersweet Enemies Be LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang