Jidan POV
Ingatan tentang beberapa jam lalu masih sangat menggangguku. Kata-kata Roseanne dan tatapannya yang terlihat terluka, benar-benar menganggu pikiranku.
Sejak dia pergi, aku berlari keluar meninggalkan Dinda sendirian. Bermaksud menyusul Roseanne, tapi entah kenapa aku ragu. Seperti merasa harus memberinya waktu sendirian.
Sekarang tanpa sadar, aku mengemudikan mobilku dan sudah Sampai di depan rumah salah satu temanku.
"Ngapain sih gue kesini" gumamku kesal. Dari semua orang, temanku yang satu ini adalah yang paling menyebalkan.
Paling blak-blakan dan tidak pernah menyaring kata-katanya ketika mengungkapkan pendapat.
Aku membuka ponselku dan meneleponnya.
"Halo? Akang Agus?" Aku mencoba membuat suaraku Semanis mungkin
"Udah gue bilang jangan manggil akang, gue bukan kang cimol"
Aku meringis mendengar suaranya yang terdengar jutek. Tapi itulah dia.
"Oke oke maaf." Aku menggaruk tengkuk karena bingung harus mengatakan seperti apa bahwa aku ada di depan rumahnya.
"Lu kalau mau diem di depan rumah orang mending pulang."
Apa?
Aku mencondongkan tubuhku ke samping dan melihat temanku –Agus tengah menatapku dengan cuek dari balik jendela kamarnya.
Lihat? Dia sangat menyebalkan.
"O-oke.. gue ada urusan.." ucapku bingung.
"Masuk aja dulu. Geuleuh* gue telponan sama cowok padahal deket. Nanti orang ngira kita homo"
Aku mendelik ke arah ponselku dan segera menutupnya. Dia benar-benar tidak suka basa-basi.
Aku segera keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam rumahnya.
"Ada apa?"
Aku sedikit terkejut melihatnya menghampiriku.
"Bisa gak, persilahkan gue duduk dulu gitu?"
"Gak. Kalau lu mau duduk, gue tebak obrolan lu bakal lama" ia memutar matanya malas, kemudian berjalan ke arah dapur.
Aku mengangguk. "Iya bener, tapi gue gak tahu harus curhat ke siapa lagi" ucapku kemudian duduk di sofa ruang tamu.
Aku mendengarnya terkekeh mengejekku. "Curhat? Lu kira gue mamah Dedeh?"
Aku dapat melihatnya membawa sebotol besar minuman bersoda dan membawa dua gelas di tangannya yang lain.
"Ya.. makannya gue bingung harus ngobrol sama siapa" ucapku merasa putus asa.
Serius, aku merasa putus asa. Aku ingin membicarakan tentang kegelisahanku yang disebabkan oleh wanita bernama Roseanne Palgunadi itu.
"Naik ke kamar gue, kalau disini nanti emak lihat gue" ucapnya yang membuatku bingung.
"Lah, terus kenapa?"
Ia memutar matanya dan menatapku dengan malas. "Kalau emak gue tahu gue gak tidur, dia bakal nyuruh gue. Males, mending rebahan" ucapnya dan berjalan menaiki tangga ke lantai atas.
Aku tertawa mendengarnya. "Durhaka lu"
Ia mengendikkan bahu tanpa menjawab. Kami sampai di kamarnya dan aku duduk diatas karpet yang ada di kamarnya.
"Jadi?" Ia menyimpan botol dan gelas di depanku sementara ia duduk di atas kasur. Sebenarnya, dia menyebalkan karena terlalu blak-blakan, tapi selalu ada ketika aku butuh berbicara dengan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
1111 HEARTBREAKER [Rosékook] ✓
Fanfiction[TAMAT] 22/06/2021 - 10/04/2022 Psikopat cinta. Julukan menggelikan sekaligus mengerikan yang Roseanne peroleh. Tidak heran karena reputasi nya dalam membuat para pria menangis patah hati sudah terkenal. Setiap bulan, tepatnya tanggal 11. Roseanne...