Chapter 11 : I'm Done!

323 63 16
                                    

Roseanne POV

Aku menatap ponselku setelah memastikan sambungan telepon dengan Jidan.

Ternyata sulit juga mengendalikan suara agar tetap tenang ketika emosi. Tentu saja aku emosi, masih sangat emosi dan marah pada Jidan.

Tidak, aku tidak kecewa.

Seharusnya tidak.

Karena aku tahu Jidan seperti itu dari awal, jadi aku tidak boleh berekspektasi berlebihan. Aku tidak boleh kecewa karena ekspektasiku pada orang brengsek.

Bukankah itu prinsipku selama ini? Tidak ada manusia yang menyakiti perasaan manusia lain dalam hubungan, mereka tersakiti oleh ekspektasi sendiri.

Hanya saja, aku ingin menguji sesuatu untuk sedikit meredakan emosiku.

"Halo Jeff?"

"Hai! Apa kabar?"

Aku tersenyum mendengar suara ramah di seberang telepon.

"Aku baik, kamu gimana?" Tanyaku berbasa-basi. Sebenarnya aku ingin sekali mengatakan tujuanku padanya secara langsung tanpa basa-basi. Tapi, mana bisa dia terjerat pesonaku jika aku tidak sopan, bukan?

"Aku juga baik. Tumben kamu nelpon, ada apa nih?"

Aku menghela nafasku lega ketika ia tidak memperpanjang obrolan basa-basinya.

"Ah! Aku mau undang kamu ke acara Grand Opening butik baru aku di Bandung", ucapku.

"Wah! Butik baru? Congrats!"

Mau tidak mau aku secara tidak sadar mengingat cara Jidan mengucapkan kalimat itu. Terdengar lebih baik daripada Jeff.

"Dimana tempatnya? Btw, aku harus pakai apa? Atau bawa apa?"

Aku menggelengkan kepalaku, mencoba untuk melenyapkan bayang-bayang si Jidan brengsek itu

"Nanti aku kirim alamatnya. Kamu gak usah bawa apa-apa, datangnya kamu aja udah seperti hadiah buat aku"

Aku tersenyum mendengar tawa renyahnya

"Okay, see u later cantik!"

Setelah mematikan sambungan telepon, aku dapat merasakan jantungku berdebar, semoga rencanaku berhasil. Sudah aku ingatkan pada Jidan, bahwa apa yang dia lakukan kemarin, akan aku bayar lunas.

Mungkin aku harus memberi cashback?

"Heh, senyam-senyum sendiri lu"

Aku tersentak mendengar suara Lisa yang datang menghampiriku.

"Lu kesini?" Tanyaku, mengabaikan ucapannya barusan. Aku sendiri sadar, beberapa saat lalu sepertinya aku menyeringai karena isi pikiranku sendiri.

"Iya lah. Ini, congrats ya!" Lisa memberikan sebuket bunga dan memelukku dengan erat. Tanganku yang tidak memegang bunga dari Lisa membalas pelukannya.

Ucapan sederhana seperti ini membuat hatiku hangat. Bagaimanapun, Lisa adalah sahabatku yang selalu mendukungku. Dia adalah salah satu orang yang tidak pernah meninggalkanku dalam keadaan apapun.

"Makasih, gak usah repot-repot padahal bawa bunga segala." Aku mendelik ke arahnya yang aku tahu dia tidak hanya membawa sebuket bunga, tapi juga sudah mengirimkan papan bunga ucapan selamat yang besar dan diletakkan diluar oleh timku.

"Kalau gue tahu yang ngirim ucapan sebanyak itu, gue harusnya gak ngirim." Ucapnya mengendikkan bahu dan membuatku tertawa.

"Btw, gue lihat ada kiriman dari Jidan juga ya?"

1111 HEARTBREAKER [Rosékook] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang