Chapter 17 : Beginning of The End?

320 69 6
                                    

Roseanne memilih untuk menarik selimut merapat di tubuhnya ketika sinar matahari hangat menyinari wajahnya namun tidak membantu menghangatkan tubuhnya.

Ia kembali bergelung di tempat tidur.

"Silau.." Roseanne bergumam, berharap bahwa tirai jendela yang lupa ia tutup semalam akan menutup sendiri. Senyumnya terukir walaupun matanya masih tertutup rapat ketika merasakan sinar matahari tidak lagi menyorot wajahnya dan menganggu tidurnya.

"Nyenyak banget tidurnya, tuan putri?"

Seketika matanya terbuka lebar dan jantungnya berpacu cepat mendengar suara pria, ketika pikiran menghantamnya, ia sadar bahwa ia masih di rumah ibu Jidan dan suara yang baru ia dengar adalah suara Jidan.

"Astaga! Ini jam berapa?!" Roseanne segera bangkit dan duduk di tempat tidur, ia mendapati Jidan berdiri membelakangi jendela dengan lengan terlipat di depan dada.

Jidan terkekeh geli, "ssst, santai aja. Ini baru jam delapan," ujarnya dengan santai, yang justru membuat Roseanne membelalakan matanya karena terkejut.

"Jam delapan itu bukan baru, Jidan!" Roseanne dengan kesal melempar bantal ke arah Jidan dan segera beranjak dari tempat tidur. Tentu saja, ia biasa bangun sangat pagi untuk berolahraga, sarapan dan mandi. Apalagi saat ini ia menginap di rumah orang lain.

"Lah, siapa yang kesiangan, siapa yang dimarahin," Jidan menggelengkan kepalanya dan membiarkan bantal malang itu terjatuh ke lantai.

Roseanne pergi ke kamar mandi dan segera mencuci wajahnya dan menyikat giginya, ia terkejut mendapati Jidan masih berada di kamarnya --kamar yang ia tempati di rumah ibu Jidan. Dengan santai tubuhnya telungkup diatas tempat tidur dengan mata terpejam.

"Hei, kamu ngapain disini?" Roseanne menyentuh pundak Jidan.

Jidan membuka matanya dan menoleh mendapati Roseanne berdiri di samping tempat tidur dengan handuk kecil yang tersampir di bahunya.

"Kenapa emang?" Jidan bertanya dengan santai.

Roseanne mengernyit, "aku mau ganti baju, keluar dulu," ucapnya yang membuat Jidan mendesah tidak suka. Ia malah menyembunyikan wajahnya dan kembali merapatkan matanya.

"Jidan..." Roseanne merengek kesal, ia mengguncang bahu Jidan.

"Aku gak akan lihat," jawab Jidan masih menyembunyikan wajahnya di bantal.

Roseanne memutar matanya, "tetep aja, aku gak nyaman. Tolong keluar dulu, ya?"

Jidan menghela nafasnya namun akhirnya mendudukkan tubuhnya, ia bersila diatas tempat tidur.

"Kalau kamu semalas ini, barusan mau ngapain datang ke kamar ini?" Roseanne memutar matanya melihat ekspresi wajah Jidan yang tampak mengantuk.

Jidan menyengir, "mau minta morning kiss," ia mengendikkan bahu dengan santai.

Roseanne membulatkan matanya dan dengan refleks memukul kepala Jidan, "aku bilang sama ibu kamu, ya!"

Jidan hanya tertawa, entah kenapa akhir-akhir ini menjahili Roseanne menjadi hobi barunya, Jidan menyadari bahwa ia suka melihat Roseanne menunjukkan berbagai emosi diwajahnya, tidak hanya kebencian. Ia masih memperhatikan Roseanne yang saat ini berjalan mengambil pakaiannya yang tergantung.

"Ngomong-ngomong, kamu seksi pakai baju aku, sayang," Jidan tersenyum melihat penampilan Roseanne yang memakai kaus hitam yang tampak sangat besar ditubuhnya dengan celana piyama panjang yang juga kebesaran sehingga harus digulung beberapa kali oleh Roseanne.

Roseanne mendelik, "ngomong aneh sekali lagi, aku hajar!" Ucapnya mengangkat tinju di tangan kanannya, "dan ngomong-ngomong, ini bukan baju kamu. Kamu belum pernah pake, kan?" Ia menunjuk baju yang ia pakai.

1111 HEARTBREAKER [Rosékook] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang