Chapter 12 : 1111 in a Mess

332 70 8
                                    

Roseanne POV

Aku melihat punggung Jidan semakin menjauh sampai kemudian menghilang dari pandanganku. Aku benci rasa sakit ini, rasa sakit yang membuat air mataku tidak tertahan, air mata yang seharusnya telah kering bertahun-tahun lalu untuk hal semacam percintaan.

Seperti orang bodoh, aku masih berdiri di luar. Sampai aku dapat mendengar suara jepretan kamera beberapa kali. Tanpa harus melihatnya, aku tahu itu ulah beberapa wartawan atau bahkan orang-orang yang berniat mengunggah berita tentangku.

"Ros.."

"Ros!"

Aku tersentak merasakan tepukan cukup keras dan ketika menoleh, aku mendapati Lisa menatapku dan kemudian matanya melebar.

"Lu kenapa?!" Ia memegang pundakku dan memperhatikan wajahku dengan seksama, aku tahu dia pasti dapat melihat jejak air mata di pipi dan mataku.

Aku menggeleng, namun gelombang tangisan malah terasa semakin naik dan aku tidak dapat membendung tangisanku.

Lisa memelukku dan menuntunku untuk masuk ke dalam melalui pintu belakang.

"Lu kenapa?" Lisa memberikan tisu padaku ketika tangisanku telah mulai reda, kami duduk di sofa ruang belakang khusus staff.

Aku menghela nafasku setelah membersihkan kekacauan di wajahku.

"Jidan.. dia.." aku menarik nafas lagi, entah harus seperti apa aku menceritakan tentang ini.

Lisa tampak menghela nafasnya, namun ia tetap diam dan menungguku menceritakan semuanya.

"Dia ninggalin gue, dia bilang gak akan pernah lihat gue ninggalin dia lagi. Jadi dia yang ninggalin gue," ucapan Jidan kini kembali terngiang di telingaku.

Mengingat raut wajah Jidan bahkan membuat kata-katanya terdengar lebih menyakitkan.

Aku dapat merasakan Lisa menyentuh tanganku dan meremasnya pelan, "gue gak tahu apa yang bakal gue omongin ini bakalan bikin lu enakan atau lebih parah. Tapi kayaknya lu harus tahu," Lisa menatapku dengan serius.

Aku mengangguk, meyakinkan Lisa untuk segera bercerita.

"Gak semua orang tahu, tapi Jidan itu dari SMA hidup sendiri. Setahu gue, dia tinggal sama neneknya dari kecil, ibu dia ninggalin dia karena nikah lagi. Setelah neneknya meninggal, dia hidup di asrama, sampai sekarang dia kuliah. Gue gak tahu detailnya, tapi kata temen-temen sih itu alesan Jidan jadi brengsek," Lisa menghela nafasnya.

Jidan seperti itu?? Aku bahkan tidak tahu sama sekali dan tidak pernah mencoba mencari tahu.

"Dari SMA sampai sekarang, Jidan yang gue tahu gak pernah menjalin hubungan semacem ini, Ros. Maksud gue, dia bener-bener brengsek dan gak pernah bener-bener pacaran. Gak pernah ada kata jadian, semua mantan Jidan itu cewek-cewek yang nganggep Jidan pacarnya."

Aku mengernyit mendengar ucapan Lisa, "maksudnya? Gimana bisa jadi mantan kalau gak pernah jadian?"

Lisa memutar matanya, "gue pernah bilang, kan? Banyak cewek bego yang nganggep diri mereka pacar Jidan, padahal gak pernah bener-bener ada kata jadian dari Jidan." Lisa mengendikkan bahunya.

"Sebenarnya, lu itu cewek pertama yang Jidan kenalin ke kita dengan sebagai seseorang yang dia sebut 'pacar'. Biasanya 'cewek gue', itu pun pasti beda-beda tiap kita kumpul, pastinya."

Ingatanku kembali pada saat makan malam bersama teman-teman Jidan. Apakah benar seperti itu?

"Gue gak percaya," gumamku pelan. Lebih seperti meyakinkan diriku bahwa Jidan tidak sebaik itu.

1111 HEARTBREAKER [Rosékook] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang