Chapter 9 : Boys Just Be Boys

351 74 16
                                    

Rintik hujan terdengar di pagi hari, membuat sang pemilik tempat tidur ogah untuk beranjak. Roseanne menarik selimutnya dan merapatkan tubuhnya. Jakarta terasa dingin tanpa AC adalah hal yang langka, sehingga ia berpikir untuk memanfaatkan suhu dingin alami ini untuk tertidur lebih lama.

Namun ketika sebuah pikiran menghantamnya, ia membuka matanya dan dengan cepat memeriksa jam yang menunjukkan pukul sepuluh pagi. Ia mengerang karena ingat harus melakukan perjalanan ke Bandung untuk pekerjaannya.

Dengan berat hati, ia menyingkirkan selimut dari tubuhnya dan beranjak dari tempat tidur. Berjalan ke arah dapur untuk meminum kopi, ia melirik ke arah sofa di ruang tamu dan mendapati dirinya tersenyum kecil melihat Jidan yang masih meringkuk dengan selimut yang membungkus tubuhnya.

Ia menyalakan mesin kopi miliknya. Sambil menunggu kopinya siap, ia mengambil ponselnya dan menelepon.

"Halo? Ibu gimana?" Ia bertanya pada perawat khusus yang dipekerjakan untuk merawat ibunya.

"Ibu udah bangun pagi, Bu. Tadi pagi sudah olahraga ringan, sarapan, juga mandi. Sekarang ibu lagi nonton tv"

Roseanne tersenyum kecil, ia menyandarkan punggungnya di pantry dapur. Mendengar kabar ibunya yang semakin membaik setiap harinya, adalah kebahagiaan yang luar biasa.

"Boleh kasih telponnya ke ibu?" Tanya Roseanne.

"Halo, Rosie" suara ibunya terdengar lembut.

"Ibu. Maaf aku sering gak pulang, jarang nemenin ibu" Roseanne dengan sungguh merasa bersalah, ia selalu menghindari ibunya ketika keadaan sedang tidak baik-baik saja untuknya.

"Hei, kenapa minta maaf? Ibu gak apa-apa sekarang. Kamu sibuk kerja, ibu ngerti."

'Dan sibuk berantem sama ayah' -Roseanne menambahkan dalam hatinya.

"Makasih, Bu. Aku sayang ibu" Roseanne tersenyum.

"Ibu lebih sayang kamu" ucap ibunya yang entah kenapa membuat Roseanne merasa emosional. Betul, ibunya tidak pernah meninggalkan Roseanne. Tidak apa-apa ayahnya meninggalkannya, karena ia tahu bahwa ia memiliki seorang wanita hebat seperti ibunya.

"Ibu, hari ini aku mau ke Bandung" Roseanne menuangkan segelas kopi, mengambilnya dan berjalan ke arah jendela besar di seberang ruang tamu, ia berdiri di dekat jendela sembari memperhatikan rintik air hujan yang masih turun.

"Masalah kerjaan?" Ibunya bertanya.

Roseanne tidak bisa menahan senyumnya karena akhirnya ia bisa berbicara lancar dengan ibunya.

"Iya, butik aku buka cabang baru di Bandung. Besok grand opening, aku mau cek tempatnya sama persiapan dari sekarang" Roseanne terkekeh mendengar ibunya menjerit antusias.

"Ibu bangga sama kamu, sayang" Roseanne menunduk memperhatikan cangkir dalam genggamannya, ia masih tersenyum.

Roseanne tersentak ketika merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangnya.

"Morning.." Jidan berbisik di telinga Roseanne dan mengecup pipinya sekilas, ia menaruh dagunya di pundak Roseanne, membiarkannya melanjutkan percakapannya di telepon.

Roseanne tersenyum menanggapi Jidan.

"Iya. Ibu mau oleh-oleh apa dari Bandung?" Tanya Roseanne, membiarkan Jidan memejamkan matanya sembari meletakkan dagunya di pundaknya.

"Ibu kangen makanan khas Bandung, bisa kamu bawain?"

Roseanne mengangguk. "Tentu, ada lagi?"

1111 HEARTBREAKER [Rosékook] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang