Chapter 2 : The Last Target

542 103 8
                                    

Semilir angin dan hawa dingin di daerah Dago, Bandung tidak membuat Roseanne malas untuk bangun pagi. Setelah berolahraga ringan di kamar hotelnya, Roseanne memutuskan untuk mandi dan membersihkan tubuhnya sebelum kemudian turun untuk sarapan.

Sembari membawa iPad miliknya di tas, Roseanne berjalan memasuki cafe yang masih menyatu dengan hotel ini, memutuskan untuk bekerja sembari sarapan. Roseanne mulai menyapukan gambar di layar iPad nya setelah ia duduk, menyantap makanannya dengan mata yang juga terfokus pada layar. Membuat garis, siluet dan beberapa kali menghapus gambar yang Roseanne rasa kurang pas.

Perhatiannya teralih pada ponselnya yang mulai berdering menandakkan telepon masuk.

Ayah

Roseanne menghela nafasnya malas, telepon yang masuk membuatnya benar-benar kehilangan fokus.

"Halo" ucapnya setelah mengangkat telepon, tangan satunya ia gerakkan untuk mematikan iPad miliknya.

"Kamu dimana?"

"Bandung" Jawab Roseanne sekenanya.

"Ayah yakin kamu ngerti maksud ayah bukan nanya dimana Kota kamu"

Roseanne memutar matanya malas, ia memang memutuskan untuk menginap di hotel walaupun ayahnya memiliki rumah di Bandung. Ia sudah tidak menginjakkan kakinya di rumah sang ayah semenjak tiga tahun lalu ketika ia memutuskan untuk pergi dari rumah.

"Aku lagi sarapan di hotel" jawab Roseanne lagi yang membuat sang ayah menghela nafasnya.

"Sharelock" titah ayahnya.

Roseanne mematikan sambungan telepon dan memberikan lokasinya pada sang ayah. Suasana hatinya tiba-tiba terasa sangat tidak menyenangkan, ia tahu bahwa ayahnya akan segera datang menemuinya. Sebenci apapun, ia tak ingin menjadi anak yang di cap durhaka. Ia hanya malas dengan obrolan diantara dia dan ayahnya yang selalu berakhir dengan pertengkaran.

Kurang lebih tiga puluh menit setelah Roseanne mematikan sambungan telepon, saat ini ayahnya sudah duduk di hadapannya dan meminum kopi dengan santai.

"Kenapa kamu ga nginep di rumah?" tanya sang ayah memulai obrolan.

"kenapa ga pesen makan sekalian?" memilih untuk mengabaikan pertanyaan sang ayah, Roseanne menyodorkan buku menu.

"Ayah yang duluan nanya, kamu harus jawab"

Roseanne selalu sadar, bahwa sikap keras kepala dan tidak terbantahkan murni menurun dari watak sang ayah.

"Udah tiga tahun tiap ke Bandung aku ga pernah nginep di rumah ayah." Mengehla nafasnya mencoba untuk tenang, Roseanne memberanikan diri menatap sang ayah.

"Aku rasa, jawaban aku masih sama" lanjutnya mengangkat gelas dan meminum kopi miliknya, lalu menyandarkan punggungnya di kursi.

Ayahnya menghela nafas, sebenarnya memang tidak ada gunanya menanyakan itu semenjak tiga tahun lalu. Jawabannya selalu, bahwa Roseanne tidak betah di rumah. Walaupun sebenarnya ia sangat mengetahui alasan sebenarnya dari sang anak yang tidak pernah lagi mau menginjakkan kaki di rumahnya.

"Ayah denger rumor miring tentang kamu" ucap ayahnya yang mulai terlihat lebih serius dari sebelumnya.

Roseanne mengernyit "Rumor apa?"

"Kalo kamu itu gonta-ganti pacar terus, beberapa anak kenalan ayah juga ayah denger mereka beberapa diantara korban kamu"

Roseanne mendecih "Korban?" menyunggingkan sebelah senyumnya, ia menatap sang ayah dengan mata menyipit.

1111 HEARTBREAKER [Rosékook] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang