Chapter 8 : Never Let You Go

350 70 14
                                    

Song Recommended :

Please Don't Cry

–Davichi–

****************************************

Jidan menatap kepergian Roseanne dari dalam restoran, matanya beralih melihat ayah Roseanne yang masih terduduk disana dengan mata yang menatap Roseanne dengan tajam. Jidan berdiri untuk menyusul Roseanne.

"Anak gak tahu terimakasih"

Langkah Jidan terhenti ketika mendengar suara gumaman ayah Roseanne, ketika ia lihat, ekspresi ayah Roseanne tampak marah sembari meminum kopinya.

Entah kenapa, Jidan merasa emosi, ia mengepalkan tangannya kemudian menghampiri ayah Roseanne, ia duduk di hadapan pria yang dapat Jidan tebak memiliki kepribadian keras.

"Siapa kamu?" Tanya ayah Roseanne menyipitkan matanya heran melihat Jidan.

Jidan menghela nafasnya. Ia gugup, tapi sudah terlanjur duduk di hadapan ayah Roseanne, ia tidak bisa mundur.

"Saya Jidan Jatmiko, kekasih Roseanne Palgunadi, putri anda" ucap Jidan menatap tepat ke arah mata ayah Roseanne –Galih Palgunadi. Pria paruh baya di depan Jidan ini memiliki aura menyeramkan secara alami, Jidan tentu saja gugup sekalipun ia berusaha untuk tetap mempertahankan dirinya agar tidak melarikan diri saat ini juga.

"Kamu pacar anak saya?" Galih tampak tersenyum sinis. "Saya hanya ingin mengingatkan, mungkin sebentar lagi kamu akan ditinggalkan anak saya. Jadi gak ada gunanya kamu memperkenalkan diri ke hadapan saya" ucapnya sembari dengan santai mulai menyantap hidangan yang ada di hadapannya.

Jidan menghela nafasnya. "Saya tahu" ucapnya yang membuat gerakan tangan Galih terhenti.

"Kamu tahu?" Tanyanya, kini ia menatap Jidan.

"Saya tahu, Roseanne sudah beberapa kali mengatakan hal itu secara langsung. Dia juga sudah pernah bilang agar saya menjauh dari dia" jawab Jidan.

Galih terdiam beberapa saat, ia merasa aneh. Biasanya beberapa pria mendatanginya setelah Roseanne memutuskan hubungan mereka, bahkan ada beberapa orang tua yang mendatangi Galih dan mengeluh tentang sikap Roseanne yang seenaknya pada anak mereka.

"Terus kenapa kamu masih mau?" Tanya Galih.

Jidan memberanikan diri untuk terus menatap mata Galih. "Karena saya tidak akan menyerah seperti anda" ucapnya, ia memutuskan untuk mengatakan yang ingin dia katakan.

Galih mengernyit mendengarnya. "Apa maksud kamu?"

Jidan mengepalkan kedua tangannya dibawah meja, mencoba untuk menghilangkan rasa gugupnya. Persetan jika dia akan mendapat bogem mentah di wajahnya setelah ini.

"Saya gak akan menyerah sekalipun Roseanne mengatakan saya harus menjauh, saya gak akan diam melihat Roseanne pergi dari saya." Ada jeda sebelum kemudian Jidan melanjutkan

"Saya akan berusaha ada, ketika Roseanne butuh saya. Saya akan berusaha tidak melakukan yang anda lakukan pada anak anda"

Galih mendecih, ia menatap Jidan dengan mata menyipit. "Kamu pikir kamu tahu apa tentang keluarga saya? Jangan asal ngomong. Kamu ini gak punya sopan santun?"

Jidan mengangguk. "Saya memang tidak tahu keluarga anda seperti apa. Tapi saya rasa saya lebih tahu tentang Roseanne dibanding anda" ucap Jidan yang membuat Galih mengerjap.

"Saya tahu, Roseanne membutuhkan seseorang di sampingnya. Saya tahu Roseanne tidak sekuat itu. Saya tahu, sekalipun Roseanne pergi, dia ingin seseorang agar tetap mengikuti dia. Saya tahu, puteri anda sebenarnya tidak sekuat itu hidup sendirian. Dia juga butuh seseorang yang bisa menjadi pundak dan juga penguatnya" Jidan berbicara panjang lebar dengan serius.

1111 HEARTBREAKER [Rosékook] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang