Chapter 14 : Weakness

385 79 24
                                    

Jidan segera menolehkan kepalanya dan menatap Roseanne yang menunduk dengan air matanya yang menetes ke atas pahanya.

"Aku gak suka kayak gini," Roseanne mengangkat wajahnya dan menatap Jidan. "Aku gak suka ngerasa ketergantungan sama cowok. Sekarang kamu seneng kan lihat cewek nangis karena kamu?" Roseanne menatap Jidan dan membiarkan air matanya yang tidak bisa lagi ditahan, dia benar-benar merasa sensitif hari ini. Apalagi di hadapan Jidan, entah kenapa Roseanne merasa dirinya selalu lemah.

"Kamu pasti ngerasa saat ini kamu menang, kan? Kamu berhasil, Jidan. Kamu berhasil bikin aku patah hati--"

Jidan melepaskan sabuk pengamannya, ia mencodongkan tubuhnya dan menarik wajah Roseanne untuk menempelkan bibirnya di bibir Roseanne, mencium Roseanne sebelum ia sempat menyelesaikan kata-katanya.

Roseanne membulatkan matanya, ia berusaha mendorong dada Jidan, namun Jidan menekan belakang kepalanya dan memperdalam ciumannya.

Semua emosi Jidan seolah dapat Roseanne rasakan ketika Jidan melumat bibirnya dengan emosional.

Perlahan-lahan dorongan Roseanne melemah dan ia memejamkan matanya, membalas ciuman Jidan.

Ciuman yang berlangsung beberapa saat, seolah mereka mencurahkan emosi dan isi hati mereka melalui ciuman itu.

Jidan dan Roseanne melepaskan diri dan mengambil nafas sebanyak mungkin, namun wajah keduanya tidak benar-benar menjauh.

Jidan menyentuhkan dahinya di dahi Roseanne, menatap mata berair Roseanne dengan matanya yang juga masih basah karena air mata dan pipi yang memerah.

Tanpa berbicara apapun, Jidan memeluk Roseanne ketika Roseanne kembali terisak.

Jidan membiarkan Roseanne menumpahkan segala bentuk emosinya. Walaupun baik Jidan maupun Roseanne sendiri sama sekali tidak yakin, apakah arti dari emosi yang mereka rasakan.

Sakit hati yang entah karena apa saja penyebabnya. Namun yang mereka yakini, emosi menyakitkan yang mereka rasakan saat ini adalah emosi karena perasaan untuk satu sama lain.

Roseanne memeluk Jidan dengan erat dan membiarkan air matanya tumpah di dada Jidan. Ia sendiri tidak bisa memastikan itu emosi karena Jidan, wartawan, komentar jahat atau karena perasaanya sendiri yang bingung karena Jidan.

Beberapa saat setelah Roseanne tenang, Jidan melepaskan pelukannya dan menatap Roseanne.

Jidan membantu Roseanne mengelap air matanya.

Setelah emosinya stabil, Roseanne saat ini merasa malu dengan dirinya. Ia menjauhkan wajahnya dari Jidan,

"la-lanjut jalan aja." Ucapnya dengan gugup.

Jidan yang memperhatikan itu tersenyum gemas, ia mengecup pipi Roseanne sebelum kembali memakai seatbeltnya.

Roseanne membulatkan matanya, dapat ia rasakan pipinya semakin memanas. Roseanne memalingkan wajahnya menatap keluar jendela.

Apa-apaan itu?

Roseanne mengutuk dirinya berkali-kali ketika mengingat apa yang dia lakukan beberapa saat lalu.

Ia lebih membenci Jidan karena tampak senang melihatnya seperti ini.

Namun yang tidak Roseanne ketahui, bahwa Jidan saat ini juga tengah mati-matian menahan detak jantungnya yang berdetak kencang.

Berkali-kali Jidan mengulum bibirnya, berusaha untuk tidak tersenyum-senyum sendiri dan berusaha untuk fokus pada jalanan yang ia tempuh. Perasaannya yang sebelumnya terasa sakit hati dan begitu emosional, kini berganti dengan berdebar-debar yang menyenangkan.

1111 HEARTBREAKER [Rosékook] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang