BAB 7 Warning⚠️18+

843 84 17
                                    

Hoseok berjalan sedikit terpincang merasakan sakit di sekujur tubuhnya terutama bagian belakangnya, tubuh putih itu lebam di beberapa bagian. Tangan Hoseok meraba dinding sembari berjalan, membiarkan tubuh polosnya berjalan di koridor appartement tentu saja dengan Suho yang berjalan santai di belakangnya.

Hoseok tahu pria di belakangnya pasti tengah tersenyum puas dengan seringai di bibir tipisnya, Hoseok rasanya ingin menghilang saja tak hanya sakit yang ia tanggung namun juga malu takut saja ada seseorang yang melihatnya berjalan tanpa busana menyusuri koridor untuk mencapai unitnya.

"Sshh.."

Hoseok terhenti, ia meringis sembari memegangi perut bawahnya. Lagi, Hoseok menangis. Sakit dan malu bercampur memenuhi rongga dadanya hingga menimbulkan sesak.

Suho ikut terhenti 1 meter di belakang Hoseok, alisnya terangkat kala melihat punggung Hoseok yang gemetar. Dengan wajah datar ia mendekat, memegang kedua bahu Hoseok agar kembali berjalan 4 pintu lagi menuju unit mereka.

"Brengsek jangan menyentuh ku!" Hoseok berteriak, menatap Suho dengan wajah yang sudah di banjiri air mata.

"Hiks, bajingan."

Hoseok menggelengkan kepalanya, ia jatuh terduduk menutup wajahnya dengan kedua tangan sembari menangis.

Suho berjalan ke arah unitnya meninggalkan Hoseok yang masih menangis, tak lama ia keluar dengan bathrobe di tangannya.

Tanpa kata ia pergi setelah melempar bathrobe itu pada Hoseok.

"Kalian, hiks. Aku harap kalian mati."

"Bajingan."

Hoseok meremas kain bathrobe sembari menengok ke arah Suho yang berjalan menjauh, jelas sekali mata tupai itu memancarkan aura kesedihan.

Brak

Hoseok membanting pintu appart dengan kasar, membanting dan melempar apapapun yang ia lihat.

"ARGH.."

"hiks.."

Dering telpon appart membuatnya mendongak, ia berjalan tertatih untuk meraih telpon.

"Ya?" Ucap Hoseok dengan suara sumbang.

Hening.

Hingga di menit berikutnya suara yang ia kenal menyapa indera pendengarnya.

"Hoseok, Jung Hoseok. Pembunuh."

Mata tupai Hoseok berkaca, ia menggeleng ribut. "Hyung, hiks."

"Hyung, mianhe."

"Kau bahkan lari ketika melihatku."

"Kau pikir rasa bersalahmu bisa mengganti semuanya?"

"Kau pikir dengan menikahi Suho kau bisa menghapus semua identitas mu dan juga kejadian itu? kau tetap Jung Hoseok. Bungsu dari keluarga Jung."

"Tapi apa kau masih pantas? kau bukan bagian dari Jung. Dulu ataupun sekarang."

"Yoongi Hyung." Suara Hoseok gemetar, begitupun dengan tangan yang memegang gagang telpon itu.

"Hyung, kau bahkan tidak tau apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Kenapa kau terus menyalahkan ku?!" Ucap Hoseok parau, Hoseok mencoba untuk menahan tangisnya.

"Kau membuangku, hiks."

"Bagaimana aku bisa bertahan hidup tanpa menikahi pria brengsek itu?" Teriak Hoseok, ia menutup telpon melempar telpon itu ke dinding hingga hancur.

Hoseok menatap kosong meja di depannya, bisa ia rasakan cairan hangat menuruni hidungnya, darah. Hoseok menutupi hidungnya yang mengeluarkan darah, berlari tergesa ke arah kamar. Kepalanya sakit, telinganya berdengung hebat. Hoseok sudah mencapai batasnya, hingga tanpa sadar gelap mengambil alih kesadarannya.

Lo$er Lo💜er (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang