Lo$er Lo💜er (END)

BAB 39

Semuanya sudah berada di tempat masing-masing, Sehun menatap datar laptop yang menampilkan seisi markas MS 13 dari cctv yang Yoongi sadap.

"Aku tidak tahu jika mereka bertambah sebanyak ini." Ucapnya pelan.

"Bagaimana, Yoong? kau bisa menemukan celahnya?"

Min Ho ikut melihat, mereka semua sudah siap dengan tubuh yang di balut pelindung peluru juga masing-masing memegang senjata.

"Carikan aku gedung yang tak jauh dari markas itu."

Ucapan Jungkook membuat semua mata menatap ke arahnya.

"Ck."

Sehun tersenyum remeh sembari berdecak.

"Di arah timur, kau bisa memantau semuanya dari atas gedung itu." Ucap Yoongi.

Jungkook mengangguk sebelum beranjak pergi, langkahnya terhenti saat Min Ho mengintrupsi.

"Kau pergi sendiri? bawa Soobin bersama mu!"

Min Ho bisa melihatnya, kilatan mata itu sedingin mimik wajah Jungkook kini.

"Dia hanya akan menghalangi ku."

"Aku akan melindungi kalian dari atas sana, terus maju saja ke dalam markas itu." Ucapnya sembari pergi.

Sehun mengepal erat, menatap punggung itu yang kian menjauh.

Jungkook keluar mengendarai motor yang sudah di sediakan, senjatanya masih di balut tas besar yang ada di punggungnya.

"Im coming, bastard."

**

Hoseok bisa mendengar sayup-sayup suara itu, Matanya menyipit kala cahaya putih yang berada di atas kepalanya menyala.

"Kita akan mulai."

"Pisau."

"Perhatikan denyut jantungnya juga darahnya."

"Baik, dokter."

Perut dengan usia kandungan memasuki 7 bulan itu di sayat melintang perlahan, ruangan kecil dengan 1 dokter juga 4 perawat itu terdengar sangat sunyi.

Di balik kaca besar transparant Daniel Lee menatap datar.

"Apa yang terjadi?"

Suara itu terdengar mengintimidasi, membuat bawahan sekaligus tangan kanan nya itu menunduk kaku.

"I-itu, mereka mencoba untuk menyentuhnya. Aku menemukan dia tak sadarkan diri saat mencium aroma darah yang pekat."

"Ck, bunuh mereka!"

"Berikan rasa sakit yang tak pernah mereka bayangkan seumur hidupnya."

"Baik, Tuan." Ucapnya sebelum pergi meninggalkan sang tuan.

Daniel bisa melihat dengan jelas, bagaimana segumpalan darah yang sudah berbentuk seperti bayi itu diangkat oleh salah satu perawat.

Giginya bergemelatuk dengan tangan yang mengepal erat membuat kulitnya sendiri terluka.

"Dokter bayinya sudah di keluarkan."

"Jahit kembali, tutup lukanya!"

Perawat yang tengah menatap alat pendeteksi jantung itu terkejut, kala melihat angka yang semakin menurun.

"Dokter darahnya, juga denyut jantungnya melemah."

"Pasti ada pendarahan di tempat lain."

Ketegangan di dalam ruang itu semakin menjadi, namun mereka tetap bertindak dengan tenang.