BAB 33

323 53 8
                                    

Deru nafas Jungkook terlihat menguap, karena cuaca memang sudah mau memasuki musim dingin. Bangunan sederhana dengan 2 lantai itu masih sama seperti terakhir ia pergi. Jungkook mendongak, lampu appartementnya gelap.

"Hyung." 

Jungkook menaiki tangga dengan pelan, senyum kelinci tersemat di bibirnya kedua tangannya memegang tali ransel yang ia gunakan.

"Semoga Jin Hyung belum merubah passwordnya."

Tit Tit tit

Deretan angka Jungkook tekan namun pintu itu tak kunjung terbuka. Raut panik kini tercipta di wajahnya, "Hyung, Jin Hyung. Ini aku."

Jungkook memukul pintu besi itu berulang kali, bahkan kini tangannya sudah memerah karena berbenturan dengan benda keras itu.

Keributan yang ia ciptakan membuat beberapa tetangga menghampirinya, "Nak apa yang kau lakukan?" 

Wanita paruh baya itu menghampirinya, mencoba untuk menenangkan pemuda di depannya. 

"Ahjuma, apa penghuni apartemen ini ada?" 

Wanita itu menatap kedua mata Jungkook, ia memperhatikan wajah yang tertutup masker hitam juga topi.

"Uri Seokjin sudah pindah 2 bulan yang lalu, kau siapa?"

Jungkook terkejut, ia kembali menatap pintu apartemen itu sembari menggeleng kecil. "Ahjuma, kemana dia pergi? A-apa kau tahu dengan siapa dia pergi?"

Wanita itu menggeleng, "semenjak adiknya hilang, Seokjin sangat kacau, Nak. Dia pergi begitu saja." Jungkook bisa lihat raut sedih dari wajah yang sudah dimakan usia itu.

"Terimakasih, Ahjuma."

Jungkook menatap kosong langkahnya setelah pergi menjauh dari bangunan itu, sekarang apa yang harus ia lakukan? bukankah orang-orang sudah mengira jika ia mati. Jadi haruskah ia benar-benar mati?

"Hyung,  kau dimana?" Bisiknya pelan.

Rasanya sudah lama sekali ia tidak menangis, namun malam ini air mata itu sangat deras sampai ia tak bisa menahannya.

Tanpa sengaja ia menabrak beberapa orang di depannya, "Ah maaf." Jungkook membungkuk kecil sembari melanjutkan langkahnya.

"Yak apa kau pikir dengan maaf semua berakhir?"

Pria itu berteriak, menarik ransel Jungkook hingga ia terjatuh menabrak dinding di belakangnya, "Shit."

Umpatan kecil dari Jungkook membuat kedua pria yang di pengaruh oleh alkohol itu memukul Jungkook telak, "brengsek berani sekali kau."

Pukulan demi pukulan mereka layangkan, entah itu di wajah ataupun di tubuh.

"Ya sudah hentikan! dia bisa mati." Pria yang masih sedikit sadar itu menarik temannya menjauh kala Jungkook sudah di ambang kesadarannya.

Bugh

Brak.

"A-akh.."

Jungkook memegang perutnya yang baru saja di tendang, matanya tak henti menatap kedua orang itu pergi. Masih dengan wajah yang kacau, dipenuhi air mata juga kini lebam Jungkook bangkit meraih botol kaca yang tak jauh darinya.

"Arghh..."

Buk buk buk

Brak

Jungkook bangkit, botol yang sudah di penuhi cairan dengan aroma besi itu menggelinding karena ia jatuhkan.

"Hah.."

"Hahaha, hiks. Sialan."

Jungkook mengusap wajahnya, ia berlari menjauhi kedua pria yang mungkin kini sudah tak tertolong itu. Ia masih terus berlari dengan tangan yang sibuk di bersihkan, ia mengusap tangan penuh darah itu ke baju juga celananya.

Jungkook lelah, ia tak tau harus pergi kemana lagi. Beberapa pasang mata menatapnya aneh juga takut melihat penampilan Jungkook. Yang di tatap berjalan menjauh dari kerumunan, langkahnya kini terhenti di jembatan sungai Han.

"Hyung, kenapa ini sangat menyesakkan."

"Tak bisakah kau menunggu lebih lama, sampai aku kembali? sekarang apa yang harus aku lakukan?"

"ARGHH..."

Kedua tangannya mencengkeram pembatas pagar, Jungkook berteriak keras meluapkan semua sesak di dadanya. "Apa aku mati saja?"

"Hahahaha.."

Dengan sekali loncatan tubuh itu terjun, menyentuh dinginnya air yang menusuk hingga ke tulang. Jungkook tenggelam, gelembung kecil mengiringi tubuhnya. "Hyung, mianhe." 

Semakin dalam ia jatuh, pernafasannya semakin terhimpit. Jungkook benar-benar kehilangan arah, di sisa kesadarannya bisa ia rasakan jika sebuah pelukan.

**

"Kau sudah mengerahkan semuanya?" 

Min Ho mengangguk kecil, "ya tapi menurut kabar di sebuah university terbengkalai ada 2 mafia yang sedang berperang. Ku dengar mereka memperebutkan sebuah penemuan."

"Lakukan dengan pelan, aku tidak ingin membuang tenaga jika harus terlibat. Kita harus menemukan Hoseok secepat mungkin." Ucap Sehun datar, menatap keluar jendela hotel VVIP yang ia sewa. 1 Hotel ia sewa dengan harga yang tak main-main, karena ia tidak ingin privasinya terganggu juga tak ingin penghuni lain menganggunya.

Para tim dari La Cosa juga Sinaloa membawa alat tempur mereka kedalam hotel itu tentu dengan membungkam para petinggi negara dengan sejumlah uang juga emas, laptop senjata api, dan alat militer lainnya memenuhi kamar hotel itu.

"Dimana asistenmu?" Ucap Sehun saat tak mendapati orang yang selalu berada di samping sang Lord.

Min Ho beralih duduk menyandarkan punggungnya, "mengikuti bayi kecil yang akan ku jadikan mesih pembunuh." 

Sehun yang paham mengangguk, ia setuju itu. Pria yang duduk bersebrangan di pesawatnya tadi, "apa kau memungutnya di jalanan?"

"Sialan, jaga ucapanmu." Min Ho terkekeh kecil.

Mereka saling menatap, "dia kekasih adik kecilmu, Godfather." Ucap Min Ho dengan senyuman miring.

Min Ho  bisa melihat ketidaksukaan pada kedua manik hitam itu, "pria lemah tidak pantas bersama Hoseok ku." 

"Dengarkan aku baik-baik, biarkan Hoseok memilih saat kita membebaskannya."

"Aku tahu, kau menyimpan rasa padanya."

Tepukan pelan Min Ho bubuhkan pada bahu Sehun sebelum ia pergi ke kamarnya. Min Ho duduk di atas ranjang, ia meraih ponselnya yang baru saja menerima pesan.

Jaehyun Jung.

Lord, Jungkook bersama ku. Aku akan membawanya ke appartementnya yang sudah di siapkan.

Min Ho melempar ponselnya, "tunggu sebentar lagi, Hope. Daddy akan membawa mu pergi ke New York."

 Min Ho merebahkan tubuhnya, ia sudah terlalu lelah untuk hari ini.

**

Sehun menatap keluar jendela, tubuh kekarnya di balut kemeja hitam juga celana kain dengan warna senada.  

Tangannya bersarang di antara saku, hujan salju mulai terlihat mengetuk jendela.

Ddrrt drrt.

Getaran ponsel di atas nakas membuatnya menoleh, Sehun berjalan mendekat.

"Godfather, kami menemukan lapas tempat Tuan muda berada."

"Besok pagi, aku ingin pergi kesana."

Sehun mencengkeram ponselnya erat, semuanya tidak mungkin. Hoseok tidak mungkin ada di dalam penjara, ada yang salah pikirnya.

19.19/12/21


Lo$er Lo💜er (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang