Beberapa menit berlalu, Bara dengan malangnya masih berdiri didepan dengan keadaan kakinya yang sudah pegal luar biasa, dan entah mengapa kepalanya juga terasa sangat pusing. Bahkan saking pusingnya, Bara hampir kehilangan keseimbangan dan hampir terkulai, beruntung dirinya masih sanggup bertahan.
Thea yang menyadari hal itu pun menjadi panik, ia refleks memanggil nama Bara sambil berdiri membuat si guru killer langsung menatap Bara.
"Bara!"
"Iya, Thea?," sahut Bara sambil berusaha terlihat biasa saja. "Kenapa?," tanyanya lalu tersenyum membuat Thea menggeleng kan kepalanya karena bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Bara.
"Bara Agarta, kamu mau main-main sama ibu, ya?"
"Eh? Ya... Ya nggak lah bu, saya.. Mana berani main-main sama ibu..."
"Loh, Bara kenapa? Kok kaya mau pingsan gitu, sih?!," ujar Sisil dengan panik membuat Thea tersadar bahwa wajah Bara kali ini terlihat pucat.
"Iya, bu, mukanya Bara pucat banget," timpal yang lainnya.
"Bara kamu sakit?"
"Sebenernya nggak sih bu, cuma kepala saya agak pusing aja," jawab Bara masih berusaha bersikap biasa saja.
"Kamu beneran, kan, Bara?"
"Yaelah bu, masa mungkin sih saya bohong. Orang saya gak kenapa-kenapa kok, beneran," jawab Bara, tapi sedetik kemudian jawabannya berubah. "Nggak deh bu, kepala saya sakit, saya kayanya harus istirahat di UKS."
Guru itu mempertimbangkan jawaban Bara, ada keraguan dalam hatinya jika Bara berkata jujur. Tapi jika murid tengil itu berbohong, kenapa wajahnya terlihat sangat pucat?
"Yaudah, kali ini ibu percaya sama kamu, mending sekarang kamu istirahat di UKS."
"Yess!! Akhirnya... Makasih, ya, bu. Dah teman-teman," ujar Bara sambil melambai-lambaikan tangannya pada teman-teman sekelasnya. Bayangkan jika kamu yang menjadi guru itu, apa kamu akan percaya jika Bara benar-benar pusing?
"Bara kenapa sih, aneh banget," batin Thea.
"Udah, sekarang kalian tenang dan kita kembali pada materi."
***
Bara berjalan dengan sempoyongan menuju UKS, kepalanya benar-benar terasa sangat sakit sakarang, bahkan rasanya mau pecah.
"AARGGHHH!!!," kesal Bara sambil menjambak rambutnya prustasi. Rasa sakit itu selalu saja muncul dan menyiksa dirinya, Bara benar-benar tidak tahan dengan rasa sakit ini. Kapan penyakit yang dideritanya ini akan sembuh? Sungguh, Bara lelah menerima rasa sakitnya.
"Bara lo gakpapa? Lo kenapa woi?," tanya seorang murid laki-laki yang kebetulan berpapasan dengan Bara.
"Kepala gue sakit lagi, Di," lirih Bara lalu benar-benar terkulai dengan sisa-sisa kesadarannya.
Adi pun dengan sigap langsung membantu Bara untuk pergi ke UKS. Kebetulan Adi adalah anggota PMR di sekolah itu.
Sesampainya di UKS, Bara langsung terbaring di brankar berkat bantuan Adi. Adi pun mengambil obat pereda nyeri dan memberikannya pada Bara untuk diminum.
"Minun ini dulu, Bar," suruh Adi dan langsung dituruti oleh Bara.
"Sekarang lo istirahat supaya kepala lo gak sakit lagi."
"Makasih, Di, lo selalu ada disaat gue lagi dalam kondisi kaya gini."
"Santai aja, ini bukan hal besar, kok."
"Inget, ya, lo gak boleh ngasih tau soal ini ke siapa-siapa apalagi ke Thea manis dingin gue."
"Iyaa... Tenang aja, udah mending sekarang lo tidur dah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase with You [completed✓]
Novela Juvenil"Kasih gue satu kesempatan lagi, gue janji gak akan nyia-nyiain lo lagi." -Thea "Cuma Tuhan yang ngasih kesempatan dua kali, dan gue bukan Tuhan, Thea." -Bara // *Notes: Cerita ini adalah karya fiksi/hasil rekayasa saya sendiri. *Typo bertebara...