Thea sudah sampai di rumah sakit tempat Bara dioperasi, ia juga baru saja tiba didepan ruangan operasinya. Dengan ragu dan perasaan cemas luar biasa ia membuka pintu itu dengan perlahan.
Didalam terlihat ada seorang wanita paruh baya yang sedang menangisi putranya yang sudah tak bernyawa.Kaki Thea lemas namun masih bisa berdiri, hatinya bergetar, dan air matanya kembali meluruh. Selangkah demi langkah ia mulai mendekati Bara yang sedang tertidur, tertidur untuk selamanya.
"Bara...," lirihnya dengan sangat pelan.
Mira yang menyadari kedatangan Thea pun melihat kearahnya, siapa gadis itu? Pikirnya. Tapi masa bodo, Mira tidak ingin mengetahui itu, ia hanya ingin putranya terbangun dari tidurnya.
"Bara udah gak ada, Thea," ucap Adi dengan suara yang gemetar. Terlalu sulit untuk Adi menerima, bahwa sahabatnya telah tiada.
Thea menutup mulutnya sambil menggeleng, tidak mungkin yang dikatakan Adi itu benar. Ia semakin mendekat dan memperhatikan wajah Bara yang begitu pucat dan terlihat tenang. Mungkin memang ini yang Bara inginkan.
"Bara... Hiks... Ini bohong, kan?... Hiks..."
Mira yang sedari tadi hanya menangis tanpa suara pun berdiri dari duduknya dan mendekati Adi. Mungkin gadis yang sedang menangisi putra tercintanya ini adalah kekasihnya, jadi Mira ingin memberikan waktu untuk Thea meski tak akan lama lagi.
"Bara jawab gue... Ini semua bohong, kan? Yang dibilang Adi itu bohong, kan? JAWAB GUE BARAAA!!!," ucap Thea yang histeris sambil mengguncang kedua bahu Bara, hal ini membuat Adi tidak tinggal diam. Laki-laki itu mendekati Thea agar menghentikan aksinya, karena percuma, itu tidak akan bisa membuat Bara kembali hidup.
"Thea cukup! Bara udah gak ada, jadi biarin dia tenang di alam sana!," bentak Adi.
"Kenapa sih lo gak pernah ngasih tau gue dimana rumah sakitnya Bara?," tanya Thea lalu terisak. "Kenapa lo baru ngasih tau gue sekarang, disaat... DISAAT BARA UDAH GAK ADA?!! KENAPA DI, KENAPA?!!," timpalnya dan memukuli dada bidang Adi.
"Karena gue takut kehadiran lo cuma menambah rasa sakitnya Bara," jawab Adi dengan liirih.
Thea yang masih histeris pun tidak memperdulikan Adi lagi, kini ia memilih untuk menggenggam tangan Bara untuk yang pertama kalinya.
"Bara gue mohon bangun... Hiks... Gue mau minta maaf sama lo..."
"Percuma, udah telat," sindir Adi namun tidak didengar oleh Thea.
"Katanya lo sayang sama gue, terus kenapa lo ninggalin gue?...," tanya Thea lalu menempelkan punggung tangan Bara dipipinya. "Asal lo tau aja, gue juga sayang sama lo... Jadi jangan tinggalin gue... Gue mohon...," imbuhnya dengan pilu.
Adi yang mendengar itu hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar lalu melihat Mira yang menangis tersedu-sedu sambil menunduk menbuatnya merasa kasihan dan memeluk wanita itu dari samping lalu mengelus-ngelus bahunya.
"Adi tau ini berat buat tante, tapi tante harus kuat," ucapnya pada Mira lalu tidak mengeluarkan suara lagi dan hanya mendengarkan ocehan dari mulut Thea sambil memperhatikan wajah Bara.
"Bara bangun... Hiks... Gue tau lo denger gue, jadi tolong bangunnn... Hiks... Hiks... Banyak orang yang sayang sama lo, kenapa lo tega buat mereka sedih dengan kepergian lo hah?!!," ucap Thea yang mengira jika Bara bisa mendengarnya.
Hening sesaat, hanya isak tangis yang terdengar disana. Sekeras apapun usahanya untuk membuat Bara sadar, nyatanya Bara tetap memilih untuk tertidur.
"Bara, kalo lo bangun gue janji gak akan nyakitin lo lagi, gue janji... Hiks..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase with You [completed✓]
Novela Juvenil"Kasih gue satu kesempatan lagi, gue janji gak akan nyia-nyiain lo lagi." -Thea "Cuma Tuhan yang ngasih kesempatan dua kali, dan gue bukan Tuhan, Thea." -Bara // *Notes: Cerita ini adalah karya fiksi/hasil rekayasa saya sendiri. *Typo bertebara...