23. Berakhir

464 52 9
                                    

     Saat ini Bara sedang dipindahkan ke ruang operasi oleh dokter dan juga beberapa orang suster, dan tentu diiringi oleh Adi dan Mira sampai seorang suster mengatakan untuk keduanya agar tetap diluar saja.

Rasa khawatir kini sangat mendominasi perasaan Mira, begitupun dengan Adi. Yang mereka bisa lakukan saat ini hanyalah berdoa dan berdoa, semoga operasi Bara berjalan dengan lancar dan tentu membuahkan hasil seperti yang mereka harapkan. Ya, semoga saja Bara bisa selamat.

Sementara itu, Thea saat ini sedang duduk dibangku panjang yang berada di taman sekolah, tak ada yang ia lakukan selain melamun sedari tadi.

Bayangan tentang Bara terus saja muncul bagai kaset rusak dibenaknya, dan itu membuat air matanya meluruh tanpa ia sadari. Bagaimana jika nanti ia benar-benar tidak bisa bertemu Bara lagi? Akankah dirinya mendapat hukuman dengan rasa sesal seumur hidupnya? Menyesal, karena telah menyia-nyiakan seseorang yang begitu tulus mencintai dirinya.

Meskipun keiinginan terbesarnya dulu sudah tercapai, yaitu menjadi kekasih Zeidan, entah kenapa Thea tidak bisa merasakan kebahagiaan yang sebenarnya ia mau. Thea merasa seolah Zeidan hanya menjadikannya sebagai pelampiasan. Bahkan seringkali Thea memergoki Zeidan yang sedang bergumam sendiri sambil memperhatikan foto Ghea di ponselnya. Jujur rasanya sakit bagi Thea, tapi tidak lebih sakit daripada mendengar fakta tentang Bara.

"Ra, aku cariin daritadi ternyata kamu disini?," ujar seseorang yang baru saja tiba dan langsung duduk disebelah Thea.

Thea bergeming dengan pikirannya yang semakin kacau dan tidak menyadari kedatangan Zeidan.

"Hei... Kok kamu nangis?," tanya Zeidan dengan raut wajah cemas sambil menghapus air mata Thea, membuat gadis itu tersadar bahwa ada Zeidan disebelahnya saat ini.

"Eh, Zeidan?... Sejak kapan kamu disini?"

"Hm, barusan sih. Jawab aku, kenapa kamu nangis?"

Thea kembali terdiam, memang sejak kapan dirinya menangis? Itu pertanyaan yang ia ajukan pada dirinya sendiri.

"Aku... Kepikiran..."

"Kepikiran apa?"

"Bara, aku daritadi mikirin dia terus. Aku khawatir dia kenapa-napa, aku pengen banget ketemu dia sekarang, tapi aku gak tau dimana rumah sakitnya... Hiks... Hiks..."

Kali ini giliran Zeidan yang terdiam, rupanya Bara yang sedang Thea pikirakan. Zeidan juga sudah tau apa yang terjadi pada Bara karena Thea yang menceritakan tentang Bara padanya.

Bukannya Zeidan posesif, tapi entah kenapa ia tidak suka jika Thea terlalu mengkhawatirkan Bara seperti itu. Menurutnya, itu berlebihan jika ditujukan pada seorang laki-laki yang bahkan Zeidan tau jika Thea membencinya.

"Segitunya, ya, kamu khawatir sama Bara?," tanya Zeidan pada akhirnya, membuat Thea yang sedang menangis seseggukkan berhenti dan menatapnya dengan tajam.

"Maksud aku, aku juga khawatir sama Bara, tapi-"

"Tapi apa hah?! Maksud kamu sikap aku ini gak wajar, iya?"

"Iya, kamu dari pagi nangis terus, aku ajakin sarapan kamu nolak, dan pas aku cari kamu ke kelas tadi, temen kamu bilang kalo kamu gak masuk kelas. Kamu bolos, kan? Kamu bolos cuma gara-gara Bara?"

"Kamu kok jadi marah sih?"

"Aku gak marah, Ra, aku cuma heran aja kenapa kamu segitunya khawatir sama Bara, kamu kalo sayang sama dia tinggal ngaku aja sekarang. Itu lebih baik daripada kamu bohong sama aku."

"Zeidan kamu tuh?-," Thea menjeda ucapannya dan berusaha menahan emosinya sebelum melanjutkan ucapannya. "Kamu tuh kenapa kekanak-kanakan banget sih? Walau bagaimanapun Bara itu temen sekelas aku, dia juga baik sama aku, jadi wajar kalo aku khawatirin dia. Tapi.... Tapi bukan berarti aku sayang sama dia...," ucapnya dan berbohong diakhir kalimatnya.

Chase with You [completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang