8. Puisi

319 53 1
                                    

     Keesokan harinya, Bara baru saja tiba di sekolah dengan motor ninja warna hitamnya. Ia baru membuka helm fullface nya dan langsung melihat Thea yang baru memasuki gerbang.

Bara pun segera turun dari motornya dan langsung menghampiri Thea.

"Thea."

Thea yang mendengar suara Bara memanggilnya pun langsung mempercepat langkahnya karena tidak ingin bertemu dengan Bara.

"Thea tunggu," pinta Bara sambil meraih satu tangan Thea namun langsung ditepis oleh gadis cantik itu.

"Apasih! Masih pagi jangan bikin gue emosi!"

"Gue gak mau bikin lo emosi, gue cuma mau minta maaf sama lo soal kemarin."

"Ngapain lo minta maaf ke gue? Kan yang lo pukul itu Zeidan, harusnya lo minta maaf ke dia, bukan ke gue," ucap Thea dengan emosi sambil menatap tajam Bara dan hendak meninggalkannya.

"Tapi lo juga marah, kan, sama gue? Gue minta maaf..."

Thea berhenti namun tidak berbalik. "Maaf lo gak ada gunanya, Bara, lo minta maaf ribuan kali pun tetep gak akan bisa ngembaliin semua yang udah terjadi," ucap Thea, beberapa detik kemudian ia pun berbalik dengan wajahnya yang garang. "Karena Zeidan udah terlanjur benci sama gue! Dan itu semua gara-gara lo! GUE BENCI SAMA LO BARA!," timpalnya dengan emosi yang semakin menjadi lalu berlari tanpa memperdulikan Bara.

"Ini emang salah gue, gue terlalu sayang sama lo sampe gue gak terima kalo ada yang nyakitin lo, Thea," ucap Bara dengan sendu. Semangatnya hidupnya hilang karena kini orang yang sedang ia perjuangkan mati-matian malah membencinya.

Berharap hati yang ia dapat, namun justru malah benci yang ia dapat. Sakit? Tidak usah dipertanyakan lagi seberapa sakit hatinya saat ini.

Tapi Bara tidak akan pernah putus asa dan berhenti mengejar Thea hingga dirinya merasa tak mampu untuk melakukan itu lagi.

***

      "Hai, Thea manis dingin," sapa Bara yang baru saja di kelas, seolah melupakan kejadian di halaman sekolah tadi.

Thea hanya bersikap tak peduli dan memilih untuk memainkan ponselnya.

"Thea udah sarapan belum? Kalo belum sarapan bareng gue, yuk, di kantin. Gue bayarin deh."

"Gak perlu, gue udah sarapan," ucap Thea dengan dingin dan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

"Hmm... Kalo gitu, istirahat nanti kita bareng, gimana?"

Thea pun berdecak dan menoleh pada Bara dengan tatapan tidak sukanya. "Bisa gak sih gak usah banyak omong?," tanyanya dengan judes, namun Bara tetap bersikap biasa saja dan tidak mengambil hati sikap Thea tersebut.

Bara pun menarik kursi yang biasa ia duduki agar lebih dekat dengan posisi Thea, lalu segera duduk.

"Udah dong marahnya, kan, gue udah minta maaf Thea..."

"Gue gak mau maafin lo."

"Lo kalo marah makin cantik, tau gak?," ujar Bara sambil terkekeh.

"Basi."

"Yaelah, ngaku aja sebenernya lo baper, kan?"

"Idih, kepedean banget lo?," Bara pun tertawa renyah hingga kepalanya sedikit terasa sakit tapi tidak ia tunjukkan dengan jelas pada Thea.

"Udah sana jauh-jauh lo dari gue, gue males berdekatan sama orang yang sok jadi pahlawan."

"Maksud lo?"

"Gak usah banyak tanya, udah sana jauh-jauh dari gueee."

Kali ini Bara tidak menyahut lagi, ia pun berdiri dan mengembalikan posisi kursinya seperti semula. Ia kemudian duduk sambil memikirkan ucapan Thea barusan.

Chase with You [completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang