Beberapa hari kemudian, seperi yang sudah kalian ketahui saat ini tampaknya kedaan sudah berbalik. Bara tidak lagi mengejar Thea dan justru malah Thea lah yang berusaha mendekati Bara.
Bara saat ini sedang berjalan sambil mengobrol bersama Nayla di koridor sekolah. Sebenarnya Bara tidak ingin Nayla terus mengikutinya, tapi karena merasa jika Nayla bisa ia manfaatkan. Tunggu, bukan memanfaatkan dalam hal-hal yang buruk, tapi Bara memanfatkannya agar bisa membantu dirinya melupakan Thea. Dan Bara juga sadar, akhir-akhir ini Thea selalu berusaha untuk mendekatinya, bisa dibilang kisah Bara dulu dikala mendekati Thea namun Thea selalu menghindar karena menyukai Zeidan kini berbalik pada Thea, dimana dirinya mendekati Bara dan Bara sering bersama Nayla. Begitulah kurang lebih scenario yang dituliskan oleh takdir.
"Bara sekarang udah gak ngejar-ngejar Thea lagi, ya?," tanya Nayla.
"Emangnya Thea maling harus gue kejar-kejar terus?," tanya balik Bara dengan diiringi oleh sedikit kekehan.
"Bukan gitu maksud gue," ucap Nayla yang mendadak gugup.
"Terus maksudnya apa?"
"Ya... Itu berarti gue bisa bebas ngobrol sama lo, jalan bareng lo, atau sekedar makan bareng di kantin sama lo, gitu...," jawab Nayla lalu menggigit bibir bawahnya karena gugup dan takut Bara merasa tidak nyaman. Tapi ternyata Bara malah tertawa mendengar jawabannya itu yang membuat dirinya merasa bingung.
"Nay, Nay, emang kalo gue masih ngejar-ngejar Thea lo gak boleh ngobrol, jalan, makan bareng sama gue gitu?," tanya Bara sambil menghentikan langkahnya dan menatap Nayla masih diiringi dengan sedikit tawanya.
"Soalnya waktu Sisil ngedektin lo waktu itu, lo nya malah marah ke Sisil dan bilang gak usah ngedektin lo lagi. Jadi-,"
"Itu, kan, dulu, Nayla. Lagian Thea bukan pacar gue, jadi gue bebas mau bareng sama cewek manapun," ucap Bara memotong ucapan Nayla karena nenyadari ada Thea yang sedang memperhatikannya dari arah belakang Nayla.
"Berarti nanti istirahat kedua gue boleh bareng lo lagi?," tanya Nayla dengan sangat antusias.
"Boleh dong, emang siapa yang ngelarang?," tanya balik Bara lali tersenyum sambil mengacak-acak rambut Nayla pelan.
Nayla yang mendapat perlakuan seperti itu pun tentu merasa senang sekaligus gugup sehingga membuat rona merah kini muncul dikedua pipinya. Lain halnya dengan gadis yang sedari tadi memperhatikan dari jarak yang agak jauh, hatinya terasa seperti sedang diperas, sakit sekali. Kenapa Thea harus melihat pemandangan itu lagi untuk kesekian kalinya?!
"Yaudah, ayo, katanya mau ke perpus," ucap Bara yang mendapat anggukan dari Nayla.
Mereka pun melanjutkan jalannya yang sempat terhenti secara beriringan. Tapi tak lama keduanya berhenti lagi dikala berpapasan dengan Thea.
Tidak ada yang berbicara diantara ketiganya, melainkan Bara hanya saling menatap dengan Thea meskipun tak lama karena tangan kanannya dengan sengaja menggenggam sebelah tangan Nayla untuk kembali melanjutkan langkahnya yang lagi-lagi terhenti karena satu tangan Thea meraih tangan kirinya.
Bara tidak langsung bertanya melainkan melihat tangannya yang digenggam oleh Thea lalu melihat kearah kedua bola mata Thea yang menatapnya dengan tatapan seperti sedang ingin menangis.
"Kenapa?," tanya Bara.
Thea diam sejenak sebelum menjawab. "Gapapa, sorry," jawabnya kemudian lalu melepaskan tangan Bara dan berlari begitu saja dengan dada yang terasa sesak.
"Thea kenapa, ya, Bar?"
"Gak tau gue juga," ucap Bara lalu melepaskan tangan Nayla dan kembali berjalan yang langsung diikuti oleh Nayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase with You [completed✓]
Fiksi Remaja"Kasih gue satu kesempatan lagi, gue janji gak akan nyia-nyiain lo lagi." -Thea "Cuma Tuhan yang ngasih kesempatan dua kali, dan gue bukan Tuhan, Thea." -Bara // *Notes: Cerita ini adalah karya fiksi/hasil rekayasa saya sendiri. *Typo bertebara...