Keesokan harinya, Bara benar-benar tidak sabar untuk segera berangkat sekolah. Karena hari ini adalah hari pertamanya untuk kembali mendekati Thea dan memperjuangkan cintanya.
Sepanjang perjalanan menuju sekolah dengan motornya, bibirnya terus mengumbar senyum dibalik helem fullface yang kacanya tidak ia tutup.
Sekitar 25 menitan Bara tiba di sekolah, ia memarkirkan motornya di parkiran khusus murid dan segera turun setelah melepas helemnya.
Ia melihat lebih dulu wajahnya di kaca spion sebelum benar-benar menuju kelasnya, dan pucuk dicinta ulam pun tiba, ia melihat Thea yang baru memasuki gerbang sekolah dari kaca spion motornya. Merasa dirinya sudah keren, Bara pun langsung bergegas menghampiri Thea.
"Pagi, Thea manis dingin," sapanya lalu tersenyum manis sambil menghadang jalan Thea.
"Pagi, tumben nyapa gue?," sahut Thea dan mempertanyakan kenapa Bara menyapanya dengan bingung.
"Gue tuh kan dari dulu emang sering nyapa lo, cuma baru kali ini aja lo balik nyapa gue," jawab Bara membuat Thea terkekeh.
"Tapi kemaren-kemaren nggak tuh? Sikap lo malah dingin ke gue, dan tiba-tiba sekarang lo balik kaya dulu lagi. Sebenernya lo itu kenapa sih?."
"Oh... Itu... Agak ribet ceritanya, gue ceritain sambil kita jalan gimana?," tawar Bara dan mendapat anggukan setuju dari Thea.
"Bay the way, lo gak bawain gue sarapan lag?"
"Pengen sih, tapi tadi gue bangunannya kesiangan jadi gak sempet. Dan buktinya sekarang gue bisa jalan bareng sama lo ke kelas."
"Lah? Emang ada hubungannya?," tanya Bara sok polos sambil dengan sengaja memiringkan kepalanya agar bisa melihat wajah Thea.
"Adaa," jawab Thea sambil mendorong wajah Bara dengan pelan lalu menahan bibirnya agar tidak tersenyum. Ia merindukan sikap Bara yang seperti ini rupanya.
"Apa emang?," tanya Bara sambil terkekeh.
"Lo, kan, kalo dateng ke sekolah tuh selalu mepet waktu. Bahkan sering pas bel masuk lo belom ada di kelas," Bara pun tertawa renyah sambil mengacak-acak rambut Thea tanpa sadar. Hal ini tentu membuat Thea merasa canggung dan menghentikan langkahnya.
"Eh? Maap ya, tangan gue refleks kaya gitu barusan," ucap Bara sambil tertawa, kali ini tawanya terlihat dipaksa agar dirinya tidak merasa gugup.
"Iya, gapapa, kok," sahut Thea dan kembali berjalan diikuti dengan Bara.
"Oh iya, kan, gue lupa. Lo belom jawab pertanyaan gue tadi."
"Pertanyaan yang mana?," tanya Bara, kali ini ia benar-benar lupa.
"Yang pas-"
Tringgg.... Tringgg....
Sial, belum sempat Thea menyelesaikan kalimatanya, bel masuk malah berdering membuatnya mau tak mau menghentikan pembicarannya dengan Bara saat ini.
"Nanti aja, deh, udah bel dan sekarang pelajarannya Pak Teguh, ayo!," ujar Thea sambil sedikit berlari.
"Pak Goyah maksudnya?," tanya Bara dibelakang Thea.
"Pak Teguh, Baraaa," ralat Thea.
"Iya, sayang," ucap Bara dengan sengaja menggoda Thea membuat wajah gadis itu blushing.
"Apaansih!," sahut Thea yang salah tingkah dan semakin mempercepat langkahnya, ralat, dan berlari maksudnya.
"Thea manis dinginnya Bara, kok gitu sih?!," teriak Bara lalu ikut berlari meyusul Thea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase with You [completed✓]
Fiksi Remaja"Kasih gue satu kesempatan lagi, gue janji gak akan nyia-nyiain lo lagi." -Thea "Cuma Tuhan yang ngasih kesempatan dua kali, dan gue bukan Tuhan, Thea." -Bara // *Notes: Cerita ini adalah karya fiksi/hasil rekayasa saya sendiri. *Typo bertebara...