Beberapa hari kemudian setelah Ghea pindah ke Paris, Zeidan merasakan perubahan sikap Ghea padanya. Meskipun tidak berinteraksi secara langsung, tapi Zeidan paham betul perubahan sikap kekasihnya itu. Misalnya saja, Ghea jadi jarang membalas pesannya, dan sekalinya dibalas selalu dengan singkat seperti tidak minat membalas pesannya. Jika dihubungi lewat panggilan pun, Ghea tidak banyak bicara melainkan lebih banyak diam.
Zeidan merasa sedikit prustasi, barusan ia menelfon Ghea, tapi tidak kunjung diangkat padahal sudah terbilang hampir 10 kali ia menelfon gadis itu. Zeidan bingung, sebenarnya apa yang terjadi pada Ghea, dan apa alasan dia membatasi interaksi dengannya?
"Kalo aku salah, kasih tau kesalahan aku apa, Ghea," lirihnya lalu melempar ponselnya ke kasur begitu saja dan dan menjatuhkan tubuhnya dikasur kingsize bermotif abstrak tersebut.
***
Keesokan harinya di sekolah, Zeidan berlari di koridor menuju kelas Thea yaitu kelas biologi.
Kebetulan sekali, padahal belum sampai dia sudah bertemu dengan Thea yang sedang berjalan santai menuju kelasnya.
"Ra!," panggil Zeidan, Thea pun berhenti dan berbalik.
"Zeidan? Kenapa?," tanyanya lalu tersenyum saat Zeidan sampai dihadapannya.
Zeidan menghelas nafasnya lebih dulu, mungkin sedikit lelah karena berlari tadi. "Aku mau tanya sesuatu ke kamu," ucapnya dengan serius.
"Nanya soal apa?," tanya Thea dengan kening berkerut tanda bahwa ia bingung.
"Soal Ghea. Kamu tau kenapa sikap dia berubah ke aku?."
Thea semakin bingung, kenapa Zeidan menyakan hal itu padanya? Bukankah seharusnya laki-laki itu lebih tau mengenai perubahan sikap pacarnya itu?
"Maksudnya gimana? Aku bingung deh. Sikap Ghea berubah gimana emangnya?"
"Ya dia berubah, gak kaya biasanya. Dia kaya membatasi interaksi aku sama dia gitu. Kamu tau alasannya kenapa?"
"Kok kamu nanya aku sih? Kan, kamu pacarnya, Zeidan. Harusnya kamu lebih pah-"
"Ini bukan kamu yang kirim ke Ghea, kan?," potong Zeidan sembari menunjukkan foto dilayar ponselnya pada Thea. Gadis itu pun terdiam dan perlahan mengambil alih ponsel Zeidan untuk melihat lebih jelas foto tersebut.
"Ini, kan?..."
"Waktu ditelpon juga dia bilang gini ke aku; 'Aku gak tau yang ngirim foto itu siapa, kak, tapi aku tau apa motif dibalik dia ngirim foto itu ke aku. Kakak bilang itu salah paham? Tapi waktu kakak bilang sayang ke kak Thea itu beneran, kan?'. Aku bingung Ra, mungkin sebenarnya Ghea paham maksud dari kata sayang yang aku ucapin ke kamu itu apa, tapi gara-gara foto itu dia jadi salah paham," jelas Zeidan yang mulai prustasi.
Thea teridam sebentar, memperhatikan Zeidan yang terlihat kacau. Ia baru saja ingin mengatakan sesuatu tapi malah didahului oleh Zeidan.
"Yang ngirim foto itu bukan kamu, kan, Ra?"
Deg!
Seolah ada batu besar mengantam dada Thea Jadi Zeidan menuduhnya?
"Jawab Ra!," bentak Zeidan tak tertahankan membuat Thea tersentak kaget.
Bara yang kebetulan sedang menuju kelas pun melihat Thea dan Zeidan, ia juga mendengar bahwa Zeidan baru saja membentaknya. Tentu saja Bara tidak tinggal diam, dia langsung mempercepat langkahnya untuk menghampiri keduanya.
"Kalian kenapa?" Tanya Bara. Seolah tuli, tidak ada satupun yang mau menjawab pertanyaan Bara barusan.
"Kamu, kan, yang ngirim foto itu ke Ghea?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase with You [completed✓]
Novela Juvenil"Kasih gue satu kesempatan lagi, gue janji gak akan nyia-nyiain lo lagi." -Thea "Cuma Tuhan yang ngasih kesempatan dua kali, dan gue bukan Tuhan, Thea." -Bara // *Notes: Cerita ini adalah karya fiksi/hasil rekayasa saya sendiri. *Typo bertebara...