EPILOG

896 46 6
                                    

Thea yang sedang berlari kini berhenti didepan gudang sekolah yang mana koridor menuju tempat itu jarang dilalui oleh orang jika tidak memiliki keperluan.

Ucapan Bara yang bisa diartikan bahwa laki-laki itu tidak ingin memberinya kesempatan kedua tetiba muncul menghantui pikirannya.

Thea duduk begitu saja dilantai dengan punggung yang menempel pada dinding gudang yang pintunya sedang tertutup itu.

Gadis itu menangis sembari memukul-mukul dadanya yang terasa sakit dan sesak. Jadi ini rasanya patah hati, ya?

Tak lama, Thea mendengar suara langkah kaki yang mendekat kearahnya. Thea tau itu adalah Bara, namun Thea sama sekali tidak menengadahkan kepalanya. Mungkin dia tidak ingin Bara melihatnya menangis, meskipun kenyataannya sudah pasti Bara melihatnya.

"Thea, bangun," titah Bara dengan pelan.

Thea hanya diam dengan tatapan mata yang mengarah ke kiri, sedangkan posisi Bara berdiri saat ini adalah disebelah kanan.

"Gue mau bilang sesuatu."

Thea tetap pada posisinya, ia tidak sanggup jika harus mendengarkan kata-kata pahit yang kemungkinan besar akan Bara sampaikan.

Tapi Bara tidak tinggal diam, ia berjongkok kemudian mengabgkat kedua bahu Thea dengan perlahan, sehingga kini mereka pun menjadi berdiri secara berhadapan.

"Mau bilang apalagi, sih? Ucapan lo tadi udah cukup jelas, kok, buat gue," ucap Thea yang akhirnya mau berbicara.

"Ucapan gue yang mana?," tanya Bara, pura-pura tak tau.

"Yang lo bilang kalo 'cuma Tuhan yang ngasih kesempatan dua kali, dan gue bukan Tuhan'," jawab Thea lalu terisak dan sedikit memutar tubuhnya agar tidak langsung berhadapan dengan Bara lagi.

Bara pun tertawa kecil, membuat Thea kembali memutar tubuhnya lagi dan dengan kesal ia bertanya pada Bara. "Kenapa malah ketawa?!"

"Lo seneng, ya, liat gue sedih? Hiks..."

"Eh, gak gitu," jawab Bara dengan cepat. "Gue cuma mau bilang kalo sebenernya, kata-kata gue tadi itu gak serius gue ungkapin ke lo."

"Maksudnya?"

"Gini, ya, Thea manis dingin. Jangankan ngasih kesempatan dua kali, gue ngasih kesempatan seribu kali asalkan buat lo, gue mau, kok," aku Bara lalu tersenyum dengan senyum yang sudah lama sekali ingin Thea lihat.

"Ja-jadi..."

"Iya, kita udah jadian sekarang."

Baru saja Thea hendak mengeluarkan kata-katanya, mulutnya kembali tertutup karena Bara mendahuluinya bicara dengan kedua tangan yang memegang tangannya.

"Jangan nangis lagi, ya?," pinta Bara yang langsung mendapat anggukan setuju dari Thea.

Bara pun tersenyum dan menghapus air mata yang membanjiri pipi gadis yang sampai detik ini masih ia sayangi itu.

"Sekarang ikut gue," ucap Bara dan menarik tangan Thea sambil berlari.

"Tapi kemana?," tanya Thea, namun tidak dijawab oleh Bara.

Beberapa saat kemudian Bara akhirnya berhenti, membuat Thea semakin bingung. Sebenarnya apa yang akan dilakukan si Bara api unggun ini, pikir Thea.

"SEMUANYA DENGERIN GUE!! GUE UDAH JADIAN SAMA THEA MANIS DINGINNYA GUE!!!"

Sontak semua orang yang ada disekitar mereka pun menatapnya dengan tatapan kaget. Begitupun dengan Thea yang tak kalah kagetnya.

"Bara-"

Chase with You [completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang