Dua tahun kemudian, rupanya tak terasa waktu berjalan begitu cepat dan kini semuanya sudah lulus dari sekolah menengah atas yang sempat diceritakan sebelumnya.
Saat ini, tepatnya di sore hari seorang lelaki muda yang tampan sedang memandangi laut sore dan menikmati hembusan angin yang menerpa kukit putihnya.
Laki-laki itu tersenyum dikala mengingat seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya dan tidak pernah bisa ia lupakan sampai sekarang.
"Aku kangen kamu, kamu kangen aku nggak?," tanyanya, entah pada siapa sambil tersenyum pahit.
Keadaan dipantai yang sedang ia kunjungi saat ini memang sudah mulai sepi, dan langit mulai berubah menjadi orange.
Beberapa menit kemudian, telinganya mendengar sayup-sayup suara langkah kaki orang yang mendekat kearahnya. Tapi laki-laki itu tidak berniat untuk menoleh dan tetap setia memandang lautan yang seolah terdapat matahari akan tenggelam ke dalam laut.
"Hai, apa kabar?"
Tunggu, suara itu? Ah tidak mungkin, tidak mungkin itu dia. Mungkin karena sedang meindukan sosok Ghea, Zeidan jadi berhalusinasi mendengar suaranya.
"Kak, ini aku," Zeidan pun menoleh dengan perlahan dan tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat saat ini.
Zeidan berdiri dengan ekspresi tak percayanya, sedangkan Ghea tersenyum dan langsung memeluknya.
Hm, halusinasi Zeidan semakin parah rupanya. Ia merasa bahwa Ghea saat ini sedang benar-benar memeluknya.
"Aku kengen kamu, kak," lirih Ghea dan mulai menangis.
"Kamu, beneran Ghea?," tanya Zeidan sembari melepaskan pelukannya.
"Iya, ini aku," jawab Ghea lalu terisak.
"Kok, kamu ada disini, bukannya kamu-"
"Aku kangen sama kak Zeidan, makanya aku pulang ke Indonesia."
"Beneran? Sa-sampai kapan kamu disini?," tanya Zeidan dengan sangat antusias karena merasa senang dan ternyata dirinya sedang tidak berhalusinasi.
"Gak tau," jawab Ghea sambil menggeleng pelan.
Zeidan pun tanpa basa-basi langsung menarik Ghea berhambur kedalam pelukannya. Ia memeluk gadis itu dehgan erat seolah tidak ingin Ghea pergi meninggalkannya lagi.
Rasa rindu yang masing-masing mereka rasakan memang belum hilang sedikitpun meskipun mereka sudah bertemu kembali.
Ghea pun menangis dengan pelan sambil memeluk Zeidan dengan tidak kalah erat. Begitupun dengan Zeidan yang tanpa Ghea sadari juga ikut menitihkan air mata, mungkin karena terharu bisa bertemu dan memeluk gadis yang selama ini masih ia harapkan untuk kembali padanya.
"Aku sayang kamu, Ghea."
"Aku juga sayang kamu, kak Zeidan."
"Maaf, aku udah pernah nyakitin kamu. Tapi sumpah, itu semua karena salah paham. Buktinya sampai sekarang aku masih belum bisa ngelupain kamu."
"Hiks... Iya, kak, aku percaya sama kakak. Maafin aku juga karena udah buat kakak nunggu lama."
"I love you."
"I love you too."
***
Saat ini, gadis cantik yang mengenakan dress selutut dengan lengan panjang serta rambut yang dikuncir satu dan menyishkan beberapa helaian rambutnya sedang menanti kedatangan sesorang.
Ia juga mengenakan make up tipis yang semakin menambah poin untuk penampilannya malam ini.
"Bara mana sih, ngajak ketemuan tapi udah mau setengah jam belum juga dateng." gerutu Thea yang sedang menunggu Bara datang untuk menjemputnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase with You [completed✓]
Novela Juvenil"Kasih gue satu kesempatan lagi, gue janji gak akan nyia-nyiain lo lagi." -Thea "Cuma Tuhan yang ngasih kesempatan dua kali, dan gue bukan Tuhan, Thea." -Bara // *Notes: Cerita ini adalah karya fiksi/hasil rekayasa saya sendiri. *Typo bertebara...