"Yaampun Thea manis dinginnn, gue tuh nyariin lo sampe keliling tuju planet tau gak? Taunya lo di kelas," ujar Bara yang baru saja tiba di kelas biologi. Rupanya, Thea meninggalkannya dan pergi ke kelas.
"Apasih lebay banget lo," sahut Thea dengan acuh yang sedang bermain ponsel.
"Nih minumnya," ucap Bara sambil meletakkan sebotol air mineral yang ia beli di kantin tadi.
"Gak perlu, gue punya minum sendiri," tolak Thea tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
"Ck, udah dibeliin juga, gak ngehargain banget lo jadi orang."
"Bara, kalo Thea gak mau, minumnya buat gue aja," ujar Sisil, teman sekelas mereka.
"Tuh, ambil aja," titah Bara acuh tak acuh, sementara Thea selesai bermain ponsel dan memasukkannya ke dalam tas miliknya.
"Makasih, ya, makin fall in love deh sama Bara," para murid di kelas pun riuh menyuraki kata 'cie' dan tak sedikit yang menertawai Bara salah satunya adalah Thea. Gadis itu terus tertawa hingga perutnya terasa keram.
"Haduhh haduhhh... Ciee... Bara api unggun ciee...."
"Ngomong gitu sekali lagi gue tutup mulutmu pake cinta," Thea pun kembali tertawa tapi tidak seperti tadi.
"Cintanya lo kasih aja noh ke Sisil," ucap Thea sambil terkekeh dan membuat Bara meletakkan kedua telapak tangannya di meja Thea dengan lumayan keras membuat gadis itu tidak berani tertawa lagi.
Thea meneguk air liurnya dengan susah payah karena jarak wajahnya dan Bara terbilang sangat dekat saat ini, bahkan Thea bisa merasakan nafas hangat Bara menerpa kulit wajahnya begitupun sebaliknya. Keadaan kelas yang semula riuh pun kini mendadak sunyi, hal ini tentu membuat Thea merasa sangat tidak nyaman.
"Gue, bakal buat lo jatuh cinta sama gue Thea, gue bakal buat lo balik ngejar gue, camkan itu baik-baik," ucap Bara dengan serius dan penuh penekanan yang entah kenapa membuat mulut mercon Thea tak bisa bersuara.
"EKHEM... EKHEM...," Bara yang mengetahui asal deheman tersebut langsung menjauhi Thea. Ia juga lupa, bahwa sebetulnya bel masuk sudah berdering sekitar 5 menit yang lalu.
"Bapak kenapa, pak?," tanya Bara dengan polosnya.
"Pake ditanya lagi, menurut kamu saya kenapa?!"
"Umm...," Bara berpura-pura berpikir sambil memukul-mukul dagunya lalu menebak pertanyaan gurunya itu. "Bapak lagi ada gangguan tenggorokan, ya? Minum baygon aja, pak, dijamin tenggorokan bapak langsung gak bermasalah lagi."
"Kurang ajar kamu!! Sudah pacaran di kelas dengan Thea, sekarang kamu mau bikin saya meninggal, begitu Bara?!," Bentak Pak Teguh yang emosinya terpacing karena Bara, apalagi dikala Thea protes dengan suaranya yang cempreng, semakin membuat darah Pak Teguh mendidih.
"Enak aja! Bapak kalo ngomong jangan sembarangan! Saya sama Bara itu gak pacaran!!"
"Cukup Thea, suara kamu bikin kepala bapak mau pecah!"
"AHAHAHAHAHA," tawa semuanya termasuk Bara.
"DIAM!!," Bentak Pak Teguh memperingati.
Hening...
"Bara, sekarang kamu duduk, dan jangan bikin ulah lagi atau kamu akan bapak hukum," suruh Pak Teguh yang langsung dipatuhi oleh Bara. Bara dengan santainya dan tanpa rasa takut sedikitpun terhadap gurunya itu berjalan dan duduk di bangkunya yang bersebelahan dengan Thea.
"Oke, bapak mau absen dulu."
"Kok tadi pas si Bara api unggun itu natap gue dari deket, gue deg-degan, ya?," batin Thea dan tanpa sadar malah menatap Bara. Bara yang kebetulan menyadari hal itu pun langsung memamerkan senyuman khasnya pada Thea, ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase with You [completed✓]
Fiksi Remaja"Kasih gue satu kesempatan lagi, gue janji gak akan nyia-nyiain lo lagi." -Thea "Cuma Tuhan yang ngasih kesempatan dua kali, dan gue bukan Tuhan, Thea." -Bara // *Notes: Cerita ini adalah karya fiksi/hasil rekayasa saya sendiri. *Typo bertebara...