10. Begitu ya?

371 58 7
                                    

    "Kak Zeidan, itu kak Thea," ujar Ghea yang melihat kedatangan Thea. "Sana samperin," imbuh Ghea.

"Tapi..."

"Kak, percaya sama saran aku. Kak Thea pasti ngertiin kak Zeidan."

Zeidan terdiam sejenak, nampak sedang berpikir. Tadi Ghea sempat memberinya saran yang sama persis dengan apa yang pernah Bara katakan di belakang sekolah tempo hari. Yaitu agar Zeidan mau berbicara secara baik-baik pada Thea tentang semua masalah telah terjadi.

"Kak... Udah sana, tunggu apa lagi?."

"Oke, aku bakal ngomong sama Ara dan nyelesaian semua ini," ujar Zeidan lalu bangkit dari duduknya dan menuju Thea yang duduk didekat pintu kantin tanpa memesan apapun. Mungkin karena pikirannya sedang tertuju pada Bara saat ini.

"Ara," panggil Zeidan dengan pelan.

"Zeidan?"

"Aku boleh ngomong sebentar gak sama kamu?"

"Ngomongin soal apa ya? Bukannya kamu benci sama aku?"

"Ra... Please."

Thea pun mengalah dan mengikuti Zeidan keluar dari kantin dengan malas hingga sampai di koridor yang lumayan sepi.

"Jadi gini Ra... Aku mau gak ada masalah lagi diantara aku sama kamu. Aku mau kita sahabatan kaya dulu, tapi-"

"Aku harus lupain rasa cinta aku ke kamu, kan?," potong Thea dengan datar.

"Kamu tau?," tanya Zeidan bingung.

"Iya, aku denger omongan kamu sama Bara tadi."

Hening sejenak sebelum Zeidan kembali berbicara. "Jujur, aku gak ada maksud sedikitpun untuk jauhin kamu, aku juga gak pernah benci sama kamu. Tapi Ra... Aku gak bisa kalo harus jadi pacar kamu," ucapnya.

"Yaiyalah, orang ada Ghea," ujar Thea sambil tersenyum sinis.

"Aku tuh suka sama Ghea udah dari lama. Dan kalaupun aku gak suka sama Ghea, aku rasa aku tetap gak akan bisa suka sama kamu lebih dari sahabat."

"Karena aku gak cantik, kan? Atau karena aku gak pinter kaya Ghea?"

Zeidan menggeleng pelan lalu menggenggam kedua tangan Thea. "Ra... Aku sayang sama kamu, kamu itu udah kaya adik buat aku. Aku gak bisa, Ra, pacaran sama adik aku sendiri," ucapnya, dan ketika Thea hendak mengatakan sesuatu, Zeidan dengan cepat mendahuluinya.

"Iya aku tau! Kita gak ada ikatan darah sedikitpun, aku tau itu. Tapi hati aku tetep gak bisa, Ra, dihati aku ada Ghea. Kamu boleh suka sama aku, kamu boleh sayang sama aku, tapi nggak buat cinta. Aku gak mau kamu menderita karena terus ngejar aku yang selalu lari dari kamu."

"Terus aku harus gimana, Zeidan?..." tanya Thea yang mulai menangis.

"Hilangin rasa itu."

"Aku gak bisa!!," ucap Thea sambil menyentak tangan Zeidan lalu terisak, tapi kembali Zeidan genggam.

"Kamu bisa! Aku yakin itu. Dan aku juga yakin kamu bukan perempuan egois yang cuma mementingkan perasaan kamu sendiri, kamu pasti bahagia kalo ngeliat aku bahagia, kan?"

"Walaupun bahagianya bukan sama aku, kan?"

"Itu kamu paham, Ra... Udah ya,. Jangan nangis lagi," ujar Zeidan lalu menghapus air mata Thea.

"Oke aku akan hilangin rasa itu, tapi kamu tau sendiri, kan, itu gak mudah? Aku harap kamu gak akan jauhin aku disaat aku lagi berusaha untuk itu."

Zeidan tersenyum lalu memeluk Thea. "Aku gak akan jauhin kamu, asal kamu janji akan berusaha untuk hilangin rasa cinta kamu ke aku."

"Aku... Janji...," ucap Thea walaupun hatinya menolak keras dan tidak yakin jika ia bisa menepati janji itu.

Chase with You [completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang