22. Baru sadar, katanya...

462 52 9
                                    

     Adi berjalan dengan gontai menuju kelasnya, pagi ini ia benar-benar tidak bersemangat untuk bersekolah, yang ia ingin hanyalan pergi menuju rumah sakit. Tapi seperti yang dikatakan Mira kemarin, Adi setidaknya harus pergi sekolah lebih dulu meskipun hanya beberapa jam saja.

"Adi!," panggil seseorang dari arah belakangnya, membuat laki-laki yang hobi main game online itu berhenti berjalan dan enggan berbalik karena tahu betul siapa orang yang memanggilnya itu.

"Gue..."

"Apa?," tanya Adi dengan malas saat Thea tiba dihadapannya.

"Gue mau tau apa yang sebenarnya terjadi sama Bara," jawab Thea dengan ragu, ia hanya ingin mengetahui keadaan Bara yang sebenarnya karena entah kenapa ia memiliki firasat buruk tentang laki-laki itu.

Kenyataannya memang betul, tanpa sepengetahuan Thea, Bara sedang terbujur kaku di rumah sakit dan akan dioperasi yang kemungkinan operasinya berhasil hanya 30% saja. Dan jika operasinya gagal... Ya... Hanya takdir yang bisa menjawab.

"Kalo gue jawab, emang lo mau apa?," tanya Adi dengan satu alis terangkat membuat Thea bingung harus menjawab apa.

"Kalo cuma pengen tau, mending lo gak usah tau, karena apapun yang terjadi sama Bara itu gak akan ngebuat lo peduli sama dia."

"Justru gue nanya karena gue peduli sama dia," sahut Thea dengan cepat, membuat Adi terkekeh sinis.

"Peduli lo bilang? Hahaha... Kayanya kalo lo peduli sama Bara, Bara sekarang gak akan kenapa-napa deh."

"Maksud lo apa?"

"Gapapa, lupain aja gak penting," jawab Adi lalu kembali berjalan tanpa memperdulikan wajah bingung Thea.

Thea tidak nenyerah sampai situ, ia mengekori Adi sambil mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Adi kesal.

"Gue gak akan berhenti nanya sebelum lo jawab jujur tentang Bara," ujar Thea namun tidak dihiraukan oleh Adi.

"Bara kenapa sih, Di? Tolong jawab gue."

"..."

"Bara sakit? Sakit apa? Tolong jawab aja apa susahnya sih?!"

"BARA DI RUMAH SAKIT DAN MAU DIOPERASI!," bentak Adi sambil berhenti berjalan dan berbalik menghadap Thea membuat gadis itu terkejut akan kalimat yang dilontarkannya.

"Ma-mau dioperasi? Emang Bara kenapa?," tanya Thea dengan perasaan cemas yang mulai menyelimuti dirinya.

"Dia kanker otak stadium akhir, kemungkinan dia hidup setelah operasi cuma tiga puluh persen doang. PUAS LO?!! jawab Adi dengan lirih tapi berubah menjadi bentakan lagi diakhir katanya.

Thea hanya bisa membisu, entah kenapa jawaban yang sangat ingin ia dapatkan malah membuat tubuhnya lemas sehingga ia hampir terkulai kelantai jika saja dirinya tidak menempelkan tubuhnya pada dinding.

Bulir demi bulir air mata mulai keluar dari kedua mata Thea, hatinya terasa sangat perih. Kenapa? Kenapa Thea jadi merasa begitu kesakitan sekarang?

Adi yang melihat Thea seperti itu hanya berdecih tak suka lalu melenggang pergi.

"Bara... Hiks... Kenapa lo gak pernah bilang?...," lirih Thea lalu benar-benar terduduk dilantai, ia menangis sambil memeluk lututnya.

Thea saat ini sedang menangis di koridor sekolah yang terbilang sepi, mungkin karena masih terbilang sangat pagi. Hingga seseorang yang memakai tas ransel coklat tua pun melihatnya dan segera berlari menghampirinya.

"Ara? Kamu kenapa, Ra?," tanya Zeidan dengan panik sambil memegang kedua bahu Thea yang bergetar karena tangis.

Perlahan Thea pun mendongakkan kepalanya yang sempat ia tenggelamkan. "Zeidan..."

Chase with You [completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang