"Aku tidak setuju, tidak mau, dan tidak akan pernah sudi!"
Penolakan gamblang tanpa keraguan sedikitpun itu menyedot seluruh atensi para makhluk bernyawa yang berusaha mengendalikan diri. Pisau garpu tergenggam erat pada kedua tangan mereka, agaknya steak daging kualitas premium dengan siraman brown sauce itu terlupakan seketika.
"Itachi!" Sang kepala keluarga mendesis pelan. "perhatikan bicaramu."
Pria bernama Itachi itu dengan santai memasukkan steak terakhirnya ke dalam mulut lantas mengunyah perlahan, kualitas premium sayang kalau tidak dihabiskan. "Bagian mana yang harus diperhatikan? Papa tahu sendiri kalau aku sudah punya Izumi, perempuan yang jauh lebih pantas menjadi ibu dari anak-anakku kelak."
"Apa yang bisa kau harapkan dari gadis penjahit itu," Pria paruh baya dari pihak perempuan meletakkan kasar sepasang pisau dan garpu "sadarlah Itachi hidup tidak akan cukup hanya bermodalkan cinta."
"Ya gadis penjahit sekelas desainer yang bajunya dipakai putrimu sendiri," Pandangan Itachi menyipit menelisik perempuan di seberang meja yang masih menunduk. "dan apa yang bisa aku harapkan dari gadis lugu sepertinya? Memasak, cuci piring, atau ngepel?"
"Cukup Itachi!"
"Jangan mengangkat suara tinggi dengan kakakmu Sasuke," titah Fugaku.
Itachi menghembuskan napasnya kasar, jelaganya bergulir menangkap raut adiknya yang memerah menahan amarah dengan kedua tangan terkepal erat di atas paha. Mamanya sendiri mengelus kepalan tangan Sasuke berusaha menenangkan. Sejujurnya ia tahu, terlampau tahu bahwa adik kecilnya menaruh rasa pada gadis itu.
"Kenapa kalian tidak menjodohkannya dengan Sasuke saja, mereka seumuran dan terlihat dekat," tawar Itachi.
"Telingamu tidak tuli jika Hinata memilihmu bukan?" tanya Fugaku.
Itachi mendecih pelan. Gadis sial itu bahkan tahu sendiri jika ia sudah punya tambatan hati dan dengan seenak udelnya menerima perjodohan. Bukannya selama ini Sasuke yang rela menjadi babunya.
"Baiklah Fugaku," Hiasi berdeham pelan mencoba mengurai ketegangan. "ku rasa kedua anak kita sudah setuju bagaimana kalau kita segera melangsungkan pernikahan?"
"Coba dan aku akan membuat putrimu tinggal di neraka bersama jutaan malaikat yang menyiksanya setiap hari."
Bugh.
Pukulan telak menghantam rahang Itachi, sang pelaku Sasuke segera merangsek menggenggam erat kerah baju kakaknya. "Jangan coba-coba Itachi."
"Perjuangkan dia jika kau mencintainya, aku sama sekali tidak berminat dengan gadis modelan sepertinya."
"Sialan."
Tinjuan Sasuke akan kembali mendarat di rahang kakaknya jika sang kepala keluarga tidak menariknya tiba-tiba.
"Jangan membuatku lebih malu dari ini," Fugaku menatap tajam putra bungsunya. "pergi dan masuk ke kamar, sekarang juga."
Sasuke melepas paksa lengan kirinya dari cekalan papanya. Jelaganya bergulir menatap tambatan hatinya yang menunduk. Dari dalam dasar hatinya yang terdalam ia begitu kecewa dengan keputusan yang gadis itu ambil. Bukannya selama ini mereka cukup dekat untuk ukuran teman, atau sejatinya ia sendiri yang mengambil kesimpulan demikian.
***
Akhir pekan yang biasanya pria itu gunakan untuk rebahan dirumah atau sekedar menemani Hinata bermain piano kini berubah total. Pria yang akan menginjak angka dua puluh tiga tahun bulan depan itu sudah siap dengan sneakers putih dan setelan tracksuit warna biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vibrasi
Подростковая литератураGetaran yang ia rasakan kali ini sungguh melampau batas, terasa asing, mendebarkan dan menyenangkan. Disclaimer @Masashi Kishimoto