Happy Reading!!
"Sakura, salam kenal."
Gadis itu membungkuk hormat setelah Sasuke secara resmi mengenalkanya sebagai sekretaris baru dibawah pengawasan pria bernama Naruto yang mengaku sebagai sahabat terbaik Sasuke katanya. Sakura kembali mendudukkan dirinya, sejujurnya ia cukup kaget mengetahui bahwa pria yang dianggap gelandangan itu merupakan pimpinan di kantor sebesar ini. Ingatkan dirinya untuk minta maaf pada Sasuke nanti.
Giok Sakura bergulir memindai orang-orang penting yang rata-rata rupawan, mungkin dia sendiri yang dekil di sini. Apa sekarang wajah rupawan termasuk seleksi dalam mencari pekerjaan, pantas saja orang sepertinya berakhir di sawah.
"Dia keluargaku," Sasuke mematikan layar pintarnya setelah membabat habis perkembangan perusahaannya yang tidak menunjukkan peningkatan signifikan. "Jadi hormati dia sebagaimana kalian menghormatiku."
Suara Sasuke yang mengalun rendah membuat Sakura sedikit tak nyaman, bagaimana mungkin anak bawang yang baru belajar sepertinya harus dihormati. Gadis itu sedikit melirik Sasuke saat melepas kacamatanya. Sumpah demi apapun Sasuke dengan kacamatanya terlihat keren, sungguh jauh lebih keren daripada saat pria itu menggembala sapi-sapinya.
"Baik presdir."
"Kembali bekerja," titah Sasuke.
Melihat pegawai lain meninggalkan tempat duduknya dengan membungkuk hormat, Sakura turut beranjak dengan raut bingungnya. Apa yang harus ia lakukan, kemana ia harus pergi, bagaimana ia harus mulai bekerja, apa ia juga harus membungkuk hormat pada Sasuke.
"Tidak perlu membungkuk padaku, dan jangan panik seperti itu."
Deretan kata yang meluncur dari bibir Sasuke agaknya tak sedikitpun mengurangi rasa gelisahnya. Rasa paniknya meningkat derastis, benar dugaannya sekembalinya dari Konoha Sasuke benar-benar menjadi seorang indigo.
"Aku akan membantumu Sakura-chan," Satu-satunya pegawai yang masih tinggal itu mendekat. "Ngomong-ngomong kau masih ingat dengan ku kan? Kita pernah bertemu-"
"Jangan banyak bicara dobe," Langkah lebar Sasuke membawanya pada Sakura. "Tidak perlu mengkhawatirkan apapun, kau bisa menghubungiku kapan saja jika terjadi sesuatu," Kedua tangannya terulur sekedar memperbaiki tata letak balzer hitam calon isterinya. "Dia Naruto akan mengajari dan mengawasimu, hanya sementara waktu."
Sakura mengangguk singkat lantas membungkuk hormat kearah Naruto. "Mohon bantuannya Naruto-san."
Sasuke berdecak kesal. "Tidak perlu membungkuk kepadanya Sakura, kau atasannya di sini."
Orang yang dibicarakan hanya menggaruk pipinya canggung tanpa berniat menimpali.
Iris hitam Sasuke setia mengamati bagaimana calon isterinya itu mengambil tas tangan lantas perlahan melangkah dengan kaku. Sumpah, ia lebih memilih mengurung Sakura di rumah, memasak untuknya kemudian menyambut kepulangannya. Memang sialan Itachi dan Sasori.
"Kau bisa jalan dengan benar?"
"Aku bisa, jangan khawatir."
Senyum kecil Naruto terbit menangkap raut khawatir Sasuke, akhirnya sahabatnya itu menemukan gadis yang tepat. Naruto melangkah cepat lantas menangkap tangan Sakura. Syukur saja cekatan, jika tidak calon isteri Sasuke itu bisa jatuh dan ia yang kena semprot.
"Dua kali Naruto," Sasuke berdesis tajam. "Aku tidak menolerir sipapun menyentuhnya, termasuk kau."
"Aku hanya menolongnya, demi Tuhan," balas Naruto tak terima.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vibrasi
Подростковая литератураGetaran yang ia rasakan kali ini sungguh melampau batas, terasa asing, mendebarkan dan menyenangkan. Disclaimer @Masashi Kishimoto