6

2.2K 409 132
                                    

Happy Reading
























Jelaga hitam itu tersirat kekesalan kala beberapa orang mencuri pandang ke arahnya kemudian buru-buru beralih ke ponsel masing-masing. Bola matanya bergulir ke bawah, sneakers putih mahal, celana training hitam serta kaos lengan pendek pinjaman dari Sakura, cukup membuat penampilannya tidak termasuk kedalam kategori gembel hingga menjadi daya tarik bagi orang asing. Sasuke melirik gadis disisinya yang tetap fokus pada jalan di depannya dan sesekali berhenti sejenak menggumamkan suatu hal yang ia sendiri pun tidak tahu apa, dasar tidak peka.

"Aku tahu, mereka melihatmu kemudian buru-buru mengetik sesuatu pada ponselnya," ujar pelan Sakura.

Delikan sempurna Sasuke berikan pada Sakura. Ya Tuhan bagaimana mungkin gadis itu mengetahui isi pikirannya, apa mungkin dia termasuk golongan orang yang dianugerahi indera keenam.

"Apa? Kau pikir aku tidak tahu, semua orang juga tahu jika kelakuan mereka jelas-jelas diperlihatkan. Kau saja yang baru sadar, dasar tidak peka."

Bola mata hitamnya berputar malas mendengar ocehan benar Sakura. Helaan napas pelan lolos dari bibir Sasuke kala sekali lagi tugas lelaki sejati yang seharusnya untuknya didahului gadis berbandana kuno itu.

"Bisakah kau tidak melakukan hal-hal seperti ini?" Sasuke melangkah melawati pintu kaca. "Aku bisa membukakan pintu untukmu asal kau tahu."

"Maaf tapi kau kurang tanggap atau bisa dibilang tidak peka," Ejek Sakura seraya mengikuti jejak langkah Sasuke ke dalam bilik kaca. Dengan awas si gadis mengeluarkan sebuah kartu dari dompet bekas perhiasan antingnya. "jangan ngintip."

Sasuke hanya melirik sekilas lantas menyandarkan tubuhnya pada dinding kaca. Mengabaikan sambutan halus dari seorang perempuan di balik mesin, ia memilih menutup perlahan kedua matanya menikmati sejuknya pendingin ruangan yang hampir sebulan ini tidak menyambangi indra perabanya. Desingan mesin mulai menerobos gendang telinganya, pertanda sesuatu yang sangat dicari para manusia itu akan keluar sebentar lagi.

"Hei Sasuke," ujar Sakura sembari menyenggol ringan lengan pria tersebut. "Kau mau ku tinggal di sini?"

Iris hitam itu menyorot tajam. "Kau pikir aku tidur?" setelahnya ia bergegas mendorong pintu kaca mempersilahkan Sakura keluar lantas mengikuti jejaknya.

"Mungkin, diterpa sejuknya pendingin ruangan membuatmu terlena."

"Pendingin ruangan yang kapasitasnya tidak seberapa itu?"

Sakura melirik tajam. "Seperti kau pernah pakai pendingin ruangan berkapasitas besar saja."

"Belum tahu saja kalau di ..." Sasuke menggantung kalimatnya kala mendapat pelototan dari gadis di sisinya.

"Di mana ... hutan belantara begitu?!"

"Cih."

Dengusan pelan lolos dari bibir Sasuke namun seulas senyum turut nangkring di bibirnya. Ya Tuhan berani sekali gadis itu memotong ucapannya, benar-benar tipikal ibu-ibu cerewet. Kaki berbalut sneakers putihnya tak pernah lelah mengikuti jejak sepatu cokelat lusuh milik Sakura. Bahkan hingga ke ujung dinding tembok bumipun ia akan selalu mengikutinya asal ada si secerewet Sakura maka dunianya akan selalu baik-baik saja. Entah benar atau tidak anggapannya.

"Sasuke kau pilih yang mana?"

Sasuke menoleh dengan kerutan samar di jidatnya. "Apanya?"

"Kau budeg?" Sakura melipat kedua tangannya kesal. "kau tidak dengar dari tadi aku menyuruhmu memilih baju?!"

VibrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang