pelengkap kisah - bagian dua

183 15 2
                                    

november, 2019

"jadi, si dwi beneran putus sama rafli? kok bisa?"

saniyya bomin menatap bingung yoonbin alfharizi yang tengah bermain game di hadapannya, pemudi itu dengan sengaja menginjak ujung sepatu milik alfharizi karena tak kunjung mendapat jawaban.

"apaan?" sahut sang pemuda.

sedang, sang pemudi menunjuk ke arah pintu kantin, dimana sosok rafli sanha dan mulia jungmo tengah bersenda gurau dan tak menghiraukan tatapan penuh tanya saniyya bomin.

"oi, rafli, mulia!" seru yoonbin alfharizi tanpa sadar bahwa mereka tengah duduk di tengah suasana kantin yang amat sangat ramai.

mulia jungmo mengacungkan ibu jarinya dan menghampiri kedua temannya yang terlihat telah menghabiskan makan siang mereka.

"berdua aja? yang laen kemana nih?" tanya mulia ketika dirinya duduk di samping yoonbin alfharizi.

saniyya bomin mengjawab dengan gelengan. "ratu lagi sibuk sama guru, adisa baca novel, galuh sama alya entah kemana, jadilah gue sama manusia 1 ini aja."

"anw, mul. gue mau tanya," sambungnya.

"sok, tanya aja."

pemudi bersurai hitam legam itu tak kunjung bertanya, hingga ketika netranya menangkap sosok rafli sanha. pemudi itu meletakkan gawai dan bersiap untuk aksinya.

"raf, gue mau tanya soalnya gue penasaran. boleh yak?" ujar saniyya bomin.

rafli sanha yang baru menduduki bangku di sebelah kiri mulia pun mengangguk. "apa, san?"

"lo putus sama dwi tuh kenapa dah? ngga cocok lo berdua? apa lo mendua?"

kemudian hening.

mulia yang sempat tersedak, alfharizi yang hampir terjungkal ke belakang, dan sang target utama yaitu rafli yang masih setia mengaduk semangkuk bakso pesanannya.

semesta, mungkinkah harus terungkap kisah lama yang telah dipendam dalam diam?

"putus bukan berarti ada alasan buruknya, san. putus juga bisa karena alasan klise semacam lebih nyaman temenan atau lebih suka tanpa status, itu alasan gua sama dwi putus. jelas?" jelas rafli sanha.

saniyya bomin mengangguk beberapa kali. "bagus juga pemikiran orang pinter kalo putus ya, iri gue."

"ya, makanya lu belajar biar pinter juga," sahut yoonbin alfharizi, pemuda itu perlahan mengesap es cokelat di hadapannya.

mulia jungmo mengangguk setuju, karena ya memang begitulah. "setuju sih gua, asli. gua harusnya ikut rafli belajar biar pinter."

"bacot bener, dua manusia aneh ini. kaya kaga punya kaca di rumah? gue merasa paling aneh disini," cibir saniyya bomin.

terkadang, hal yang dianggap kecil bisa jadi menjelma menjadi semarak.
seperti hati yang sekali di tata perlahan, maka
terus menerus akan tentram dan berakhir gembira.

namun, ada juga yang memilih untuk
berakhir swatantra.

namun, ada juga yang memilih untukberakhir swatantra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
kelas enjoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang